Properti residensial mulai bergeliat dengan pergeseran harga. Properti yang lebih diminati adalah tipe rumah tapak. Penyesuaian terus dilakukan pengembang untuk membangkitkan pasar.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
Kompas/Heru Sri Kumoro
Pekerja menyelesaikan pembangunan rumah di perumahan sejahtera tapak Griya Andika di Jampang, Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (13/9/2020). Pembeli perumahan ini mendapatkan fasilitas kredit perumahan rakyat (KPR) subsidi dari pemerintah. Ada 571 unit rumah yang disediakan pengembang. Ada yang sudah jadi, sedang dibangun, dan belum dibangun.
JAKARTA, KOMPAS — Tren investasi properti residensial mulai bergeliat dan diprediksi meningkat pada triwulan IV (Oktober-Desember) 2020. Investasi residensial saat ini didominasi rumah tapak dengan kisaran harga unit di bawah Rp 1 miliar.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Real Estat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida, Selasa (27/10/2020), mengatakan, pandemi Covid-19 telah memukul industri properti, khususnya di awal masa pandemi hingga triwulan II-2020. Namun, memasuki triwulan III-2020, arah tren properti berbalik meningkat. Rumah yang disasar konsumen meliputi rumah untuk dihuni ataupun investasi.
Pembelian properti residensial didominasi untuk kebutuhan rumah tinggal (end user), yakni sekitar 86 persen. Akan tetapi, pola pembelian untuk investasi mulai meningkat. Tren investasi yang dibidik pengembang masih terbatas ke tipe rumah dengan harga maksimal Rp 1,5 miliar per unit, baik rumah tapak maupun apartemen.
”Nilai (investasi) tidak lebih dari Rp 1,5 miliar per unit karena membatasi dengan kondisi dan situasi pandemi. Persentase investasi lebih besar di rumah tapak,” ujarnya dalam telekonferensi pers Property Fiesta Virtual Expo 2020.
Pameran properti secara virtual itu berlangsung pada 15 Oktober-1 November 2020. Pameran tersebut dapat diakses melalui situs www.propertyfiestavexpo.com.
Menurut Totok, siklus perlambatan properti residensial berlangsung sejak 2013 dan berdampak terhadap pertumbuhan harga rumah yang stagnan. Biasanya, properti mengalami siklus perlambatan setiap 2-3 tahun. Kini, siklus perlambatan semakin panjang mencapai 6-7 tahun.
Properti residensial yang sudah lama lesu dan harganya stagnan diperkirakan akan kembali melonjak selepas pandemi Covid-19. Saat ini, masyarakat sudah mulai mempertimbangkan dan mencari momentum tepat untuk membeli properti.
”Tren peningkatan pembelian rumah diprediksi akan berlanjut sampai akhir tahun 2020, sambil menunggu perkembangan vaksin yang akan mendorong perekonomian,” katanya.
Properti residensial yang sudah lama lesu dan harganya stagnan diperkirakan akan kembali melonjak selepas pandemi Covid-19 karena masyarakat mulai mempertimbangkan momentum tepat untuk membeli properti.
Kompas/Hendra A Setyawan
Iklan-iklan penawaran properti baru tersebar di berbagai sudut kota, seperti terlihat di kawasan Ciater, Tangerang Selatan, Banten, Sabtu (4/4/2020). Posisi Tangerang Selatan sebagai daerah penyangga Ibu Kota menjadikan kawasan ini dijejali pemukiman-pemukiman baru untuk kebutuhan masyarakat urban.
Totok mencontohkan, properti di Singapura mulai bergeliat sejak Juni 2020 seiring upaya negara tersebut mengatasi dampak pandemi Covid-19. Di Indonesia, penjualan beberapa pengembang properti mulai laris di triwulan III-2020. Ini ditopang strategi pengembang melakukan penyesuaian luas kavling dan desain untuk menekan harga jual rumah.
CEO Founder Pinhome Dayu Dara Permata mengemukakan, penjualan beberapa produk hunian saat ini sudah kembali membaik, bahkan melebihi level penjualan di Maret atau masa awal pandemi. Selama 13 hari pameran berlangsung, pencarian terbesar terutama untuk hunian di area Jabodetabek dengan kisaran harga Rp 300 juta hingga Rp 1 miliar.
”Ini tidak mengejutkan karena dari listing properti di Pinhome, pencarian terbesar di rentang harga yang sama,” katanya.
Selama 13 hari pameran berlangsung, pencarian terbesar terutama untuk hunian di area Jabodetabek dengan kisaran harga Rp 300 juta hingga Rp 1 miliar.
Properti yang dicari terutama memiliki konsep hunian terintegrasi transportasi (TOD), antara lain kedekatan akses dengan sarana transportasi MRT, KRL, atau halte bus Transjakarta. Selain itu, hunian yang memiliki dukungan fasilitas umum memadai, rumah tapak dengan ketersediaan ruang terbuka, serta desain hunian minimalis. Sistem pembayaran dengan termin pembayaran yang inovatif juga diminati konsumen.
Sebelumnya, Konsultan Properti Colliers International Indonesia mencatat, pemulihan pasar apartemen diprediksi memerlukan waktu lebih panjang. Per triwulan III-2020 hanya ada tambahan pasokan sebanyak 649 unit dari rencana pasokan 3.034 unit. Selain itu, tidak ada proyek apartemen baru yang dirilis ke konsumen.
Senior Associate Director Research Colliers Intenational Indonesia Ferry Salanto menilai, pasar apartemen sudah mengalami koreksi sejak 2015 yang ditandai tren penjualan yang terus menurun. Akibat pandemi Covid-19, penjualan turun lebih drastis. Tingkat penyerapan apartemen selama Januari-September 2020 yakni 1.382 unit, atau merosot dibandingkan tahun 2019 sebanyak 4.682 unit.
Dari sisi investor, pembeli mengharapkan pertummbuhan pendapatan dari sewa unit apartemen. Apabila sewa apartemen menurun, minat investor menurun. ”Sementara dari sisi pengguna dibutuhkan kemudahan cara pembayaran dari segi uang muka rumah dan suku bunga kredit agar bisa menjangkau harga apartemen,” katanya.