Pemerintah dan PLN tengah memopulerkan gerakan pemakaian kompor induksi untuk menaikkan konsumsi listrik. PLN tengah didera rendahnya konsumsi listrik selama masa pandemi Covid-19.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) meluncurkan program ”Gerakan Konversi 1 Juta Kompor Induksi”, Selasa (27/10/2020). Program ini bertujuan mengonversi pemakaian elpiji ke listrik.
Pemakaian kompor induksi yang bertenaga listrik dapat mengurangi impor elpiji yang sebagian disubsidi negara.
Menurut Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini, gerakan ini merupakan kontribusi PLN dalam mewujudkan ketahanan dan kemandirian energi nasional. Selain mengurangi beban impor elpiji, pemakaian kompor induksi yang masif dapat menaikkan konsumsi listrik PLN. Dengan demikian, pendapatan PLN akan meningkat dari penjualan tenaga listrik.
”Selain untuk kemandirian energi nasional, gerakan 1 juta kompor induksi sekaligus untuk menepis keraguan di masyarakat bahwa kompor listrik mahal dan sulit diperoleh. Memakai kompor induksi lebih bersih dan ramah lingkungan,” kata Zulkifli dalam sambutannya di acara yang digelar secara daring tersebut.
Menurut Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial, berdasarkan data pemerintah, impor elpiji pada 2019 sebanyak 5,7 juta ton dari total konsumsi elpiji sebanyak 7,7 juta ton. Kemampuan produksi elpiji dalam negeri hanya 2 juta ton per tahun. Subsidi elpiji pada tahun itu terealisasi Rp 40 triliun dan alokasinya naik menjadi Rp 50 triliun pada 2020.
Gerakan 1 juta kompor induksi sekaligus untuk menepis keraguan di masyarakat bahwa kompor listrik itu mahal dan sulit diperoleh.
”Pada saat ketergantungan terhadap impor elpiji membesar, sementara teknologi kompor induksi kian efisien, perlu perubahan gaya hidup di masyarakat untuk beralih dari elpiji ke kompor induksi untuk kebutuhan memasak,” ujar Ego.
Ego menambahkan, dari sisi modal, pembelian satu set kompor elpiji lebih murah ketimbang satu set kompor induksi. Namun, dari sisi biaya operasional, pemakaian kompor induksi lebih hemat ketimbang memakai elpiji, baik subsidi maupun nonsubsidi. Masyarakat juga diimbau tak perlu khawatir kekurangan pasokan listrik.
”Sampai dengan triwulan III-2020, konsumsi listrik nasional sebesar 1.086 kWh per kapita. Konsumsi listrik tersebut masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi listrik per kapita negara tetangga, seperti Singapura, Brunei Darussalam, dan Malaysia,” kata Ego.
Apabila 16,9 juta pelanggan PLN dari sektor rumah tangga dengan daya 1.300 volt ampere ke atas beralih ke kompor induksi, penghematan subsidi elpiji bisa mencapai Rp 81,7 triliun dalam lima tahun.
Pemakaian kompor induksi juga dapat mengurangi biaya impor elpiji dan besaran subsidinya. Apabila ada 1 juta pelanggan PLN beralih dari elpiji ke kompor induksi, akan menghemat subsidi elpiji sebesar Rp 4,8 triliun dalam lima tahun. Namun, apabila 16,9 juta pelanggan PLN dari sektor rumah tangga dengan daya 1.300 volt ampere ke atas beralih ke kompor induksi, penghematan subsidi elpiji bisa mencapai Rp 81,7 triliun dalam lima tahun.
”Pemerintah akan terus mendorong pemakaian kompor induksi dengan dukungan lewat penerbitan kebijakan, seperti aturan standardisasi dan pemberian stimulus,” kata Ego.
Di laman jual beli daring, kompor induksi satu tungku dijual mulai dari Rp 500.000 per unit hingga di atas Rp 1 juta per unit. Rata-rata daya listrik untuk kompor induksi satu tungku minimal 650 watt. Namun, alat masak untuk kompor induksi tidak bisa menggunakan alat masak yang biasa dipakai untuk kompor elpiji.