Neraca keuangan Grup Astra masih kuat. Berbagai langkah diambil untuk mengendalikan dampak Covid-19 agar perusahaan tetap bisa bertahan dari imbas pandemi yang masih akan berlangsung.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bisnis otomotif tengah melesu akibat imbas pandemi Covid-19. Meski penjualan kendaraan bermotor pelan-pelan meningkat sejak empat bulan terakhir, perkiraan target penjualan mobil, misalnya, diperkirakan tak akan mencapai target 600.000 unit hingga akhir tahun ini. Tahun lalu, penjualan mobil bisa tembus 1,05 juta unit.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan, total penjualan mobil secara ritel (retail sales) di Indonesia sepanjang periode Januari-September 2020 sebanyak 407.396 unit. Ada penurunan sebesar 46,6 persen dibandingkan dengan penjualan pada periode sama tahun lalu yang sebanyak 762.390 unit.
PT Astra International Tbk yang porsi bisnis besarnya ditopang sektor otomotif merasakan imbas pandemi ini. Hingga triwulan III-2020, Astra membukukan laba bersih Rp 14,03 triliun. Laba bersih ini turun 12 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 15,86 triliun.
Laba bersih pada triwulan III-2020 itu sudah termasuk keuntungan dari penjualan PT Bank Permata Tbk. Tanpa keuntungan penjualan itu, laba bersih Astra hanya Rp 8,15 triliun atau turun 49 persen secara tahunan.
Presiden Direktur PT Astra International Tbk Djony Bunarto Tjondro melalui siaran pers, Senin (26/10/2020), mengakui, keseluruhan kinerja Grup Astra sepanjang Januari-September 2020 lebih rendah dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Imbas pandemi Covid-19 terhadap perekenomian nasional, termasuk daya beli masyarakat, menjadi penyebabnya.
Kinerja pada triwulan III-2020 memang membaik dibandingkan triwulan II-2020 karena ada pelonggaran pembatasan sosial. Namun, imbas pandemi diperkirakan masih akan berlanjut selama beberapa waktu mendatang.
”Neraca keuangan kami masih kuat. Berbagai langkah kami ambil untuk mengendalikan dampak Covid-19 agar perusahaan tetap bisa bertahan dari imbas pandemi yang masih akan berlangsung,” ujarnya.
Neraca keuangan kami masih kuat. Berbagai langkah kami ambil untuk mengendalikan dampak Covid-19 agar perusahaan tetap bisa bertahan dari imbas pandemi yang masih akan berlangsung.
Pendapatan bersih konsolidasian Grup Astra pada Januari-September 2020 sebesar Rp 130,3 triliun atau turun 26 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang Rp 177,04 triliun. Pendapatan ini turun terutama karena penurunan kinerja divisi otomotif, alat berat dan pertambangan, jasa keuangan, dan penurunan harga batubara.
Laba bersih segmen otomotif Grup Astra anjlok 70 persen menjadi Rp 1,8 triliun. Laba bersih segmen alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi turun 40 persen menjadi Rp 3,1 triliun. Laba bersih bisnis jasa keuangan Grup Astra pun turun 36 persen menjadi Rp 2,8 triliun.
Djony menyebut, beberapa perbaikan kinerja pada triwulan III-2020 dibandingkan triwulan II-2020 antara lain terlihat di segmen otomotif Grup Astra yang kembali mencatatkan keuntungan setelah sebelumnya mengalami kerugian bersih. Perbaikan kinerja ini akibat dari peningkatan volume penjualan.
Gaikindo mencatat, pada Januari-September 2020, penjualan mobil Astra turun 51 persen menjadi 192.400 unit dengan pangsa pasar stabil di angka 52 persen. Khusus pada triwulan III-2020, penjualan mobil Astra sebanyak 53.000 unit, meningkat dari triwulan II-2020 yang sebanyak 9.700 unit.
Sementara, berdasarkan data Kementerian Perindustrian, penjualan sepeda motor secara nasional pada sembilan bulan pertama tahun ini turun 42 persen menjadi 2,9 juta unit. Penjualan sepeda motor Astra turun 38 persen menjadi 2,3 juta unit. Pada triwulan III-2020, penjualan sepeda motor Astra sebanyak 849.000 unit atau meningkat dibandingkan dengan triwulan II-2020 yang sebanyak 244.000 unit.
Tak hanya sektor otomotif dan keuangan, bisnis Grup Astra di bidang infrastruktur dan logistik juga turun. Sepanjang periode Januari-September 2020, segmen bisnis itu merugi bersih Rp 59 miliar. Padahal, pada periode sama tahun lalu segmen ini mencatatkan laba bersih Rp 155 miliar. Hal ini disebabkan penurunan pendapatan jalan tol dan penurunan margin operasi pada PT Serasi Autoraya.
Untuk sektor teknologi informasi, segmen bisnis ini masih membukukan laba bersih sebesar Rp 26 miliar kendati turun 66 persen dari periode yang sama tahun lalu. Hal ini terutama disebabkan penurunan pendapatan dari bisnis solusi dokumen dan layanan perkantoran PT Astra Graphia Tbk yang 76,9 persen sahamnya dimiliki perseroan.
Dua sektor bisnis Grup Astra yang masih menuai keuntungan adalah agrobisnis dan properti. Laba bersih sektor agrobisnis pada Januari-September 2020 sebesar Rp 464 miliar atau meningkat dibandingkan dengan periode sama 2019 yang sebesar Rp 89 miliar. Peningkatan signifikan ini terutama karena harga minyak kelapa sawit yang lebih tinggi.
Di segmen properti, Grup Astra melaporkan peningkatan laba bersih dari Rp 41 miliar pada sembilan bulan pertama 2019 menjadi Rp 86 miliar pada periode sama 2020. Hal ini terutama ditopang oleh peningkatan hunian yang lebih tinggi di Menara Astra dan pengakuan laba dari proyek pengembangan Asya Residences.
Director PT Menara Astra Wibowo Muljono menuturkan, Astra Property berkomitmen terus berkarya dan berinovasi. Proyek Arumaya Residences terus dibangun dan serah terima unit hunian di Asya dimulai di tahun ini.
”Kami juga baru saja, di minggu lalu, meluncurkan kluster baru di Asya, yakni kluster Sentarum,” kata Wibowo pada konferensi pers virtual Astra Property-Living First 2020.
Sementara itu, Head of Corporate Communications PT Menara Astra Demmy Indranugroho menambahkan, tahun ini merupakan tahun menantang bagi semua pelaku bisnis. Berbagai strategi usaha dilakukan agar bisnis tetap bertahan dan berjalan.
Salah satunya adalah dengan menggelar Living First yang merupakan acara tahunan Astra Property. Acara yang telah memasuki tahun keempatnya tersebut akan digelar secara virtual.
”Ini berbeda dengan acara pada tahun-tahun sebelumnya yang lebih fokus pada kegiatan luring. Tahun ini seluruh acara akan dilakukan secara virtual karena ada pandemi Covid-19,” katanya.
Living First 2020 akan digelar pada 26 Oktober-6 November 2020. Empat program utama di kegiatan tersebut adalah unjuk bincang secara daring, lokakarya kreatif, tinjauan properti, dan program kontribusi sosial perusahaan.