Tanaman Hidroponik Bisa Mencukupi Kebutuhan Pangan Warga
Bertanam ala hidroponik dapat dilakukan banyak orang. Apabila terorganisasi dengan baik, bukan tidak mungkin hasil panen tanaman ini turut mendukung kebutuhan pangan warga.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Geliat bertanam hidroponik dapat mendukung kebutuhan pangan dalam skala keluarga dan tetangga selama pandemi Covid-19. Demi memenuhi tujuan itu, lahan sekecil apa pun di rumah perlu dimanfaatkan untuk bercocok tanam.
Selama situasi pandemi, tren bertanam hidroponik kian populer seiring dengan orang makin terbiasa berada di rumah. Profesor riset bidang ekonomi pertanian dari Kementerian Pertanian, Tahlim Sudaryanto, melihat cara hidroponik kerap dilakukan dalam lingkungan rukun tetangga dan rukun warga di Jakarta. Apabila berlangsung masif, pola ini bisa mendukung kebutuhan pangan dalam skala mikro.
”Saya lihat banyak sekali inisiatif hidroponik di lingkungan RT/RW. Hal ini sangat menunjang kebutuhan pangan masyarakat dalam skala kecil. Kalau banyak yang melakukan, bertanam hidroponik bisa menjadi alternatif kebutuhan pangan yang mendesak,” ujar Tahlim dalam diskusi virtual Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bertajuk ”Ketahanan Pangan di Masa Pandemi Covid-19”, Senin (26/10/2020).
Tahlim menjelaskan, hidroponik memang bukan cara baru. Namun, cara bercocok tanam ini mungkin menjadi tantangan baru bagi sebagian orang karena memanfaatkan keterbatasan lahan di rumah. Cara membuat instalasi hidroponik pun kini makin mudah diakses lewat internet.
Tren hidroponik di kalangan warga juga sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. Dalam aturan itu, pemerintah mendorong terwujudnya optimalisasi pemanfaatan pekarangan rumah untuk bercocok tanam.
Peneliti ahli di Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, Endang Tri Margawati, mengatakan, bertanam hidroponik sebenarnya sangat menguntungkan karena tidak perlu menyiapkan lahan yang terlalu besar. Sebelum pandemi, warga Pangandaran, Jawa Barat, telah banyak memanfaatkan hidroponik di pekarangan rumah.
Di sana, varietas tanaman untuk hidroponik tidak berhenti pada buah dan sayuran semusim. Banyak pula tanaman lain, bahkan padi, yang ditanam dengan hidroponik. Endang memandang, pola-pola serupa bisa berlangsung pula untuk pegiat hidroponik di kota.
”Seiring dengan pengalaman, warga bisa mencoba bermacam varietas tanaman untuk budidaya di rumah. Saling berjejaring dengan sesama pegiat dan jangan lupa untuk tetap saling dukung,” tutur Endang.
Karena bertanam hidroponik, sejumlah warga terbiasa berbagi hasil panen dengan tetangga sekitar. Wahyudin (37), warga Cengkareng, Jakarta Barat, bulan ini menanam sayuran kangkung, cabai, serta singkong. Hasil itu dibagi dengan sejumlah tetangga yang membutuhkan.
”Karena dalam sebulan saya bisa dua kali panen, jadi sebagian hasil dibagi-bagi saja untuk tetangga sekitar. Kemarin lusa, 5 kilogram singkong saya bagi untuk makan-makan bareng tetangga,” ujar penghuni Rumah Susun Bambu Larangan, Cengkareng, ini saat dihubungi pada Senin sore.
Nani Yulianti (39), warga Ciawi, Bogor, Jawa Barat, yang telah lama hobi bertanam hidroponik juga berbagi hasil panen sayur bayam, kangkung, cabai, dan pakcoi selama pandemi. Belakangan, dia juga menanam kacang-kacangan dan labu sebagai variasi.
Berbeda dengan Nani, ada juga Eko Ambar (51) yang baru memulai bertanam hidroponik. Dia memanfaatkan lahan sempit pekarangan rumah di Rawamangun, Jakarta Timur. ”Saya baru coba-coba untuk kangkung saja. Pengairannya memanfaatkan air sisa pendingin ruangan, ditambah pupuk cair,” ujarnya.
Wakil Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) Bustanul Arifin menilai, upaya kecil, seperti hidroponik, di lingkungan rumah bisa berdampak besar apabila berlangsung secara masif. Sebagai contoh, warga bisa mengonsumsi cabai hasil budidaya sendiri saat harga di pasar sedang tinggi.
”Setiap orang bisa menjadi produsen pangan secara subsistem. Produksi sendiri, dimakan sendiri. Mungkin hal itu akan berkembang di beberapa daerah perdesaan atau di perkotaan bagi mereka yang memang hobi berkebun,” kata Bustanul (Kompas.id, 4/5/2020).
Pegiat Indonesia Berkebun, Winartania, mengajak masyarakat berkebun sayuran untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga. ”Bisa mencoba menanam di rumah dengan tanaman simpel, mudah tapi bisa menghasilkan dan mencukupi kebutuhan pangan di rumah,” kata Winartania dalam konferensi video yang bertema ”Urban Farming Saat Pandemi Covid-19” pada 11 Agustus lalu.
Jika ruang di rumah terbatas, warga tetap dapat berkebun dengan membuat pertanian vertikal menggunakan instalasi hidroponik dengan sistem tetes dan berkebun di atap. ”Kita bisa menanam ke atas vertikal, tidak perlu lahan yang luas, tapi bisa menanam ke atas, bisa ditanam di dinding,” katanya.