Jatim Perlu Segera Transformasi Digital Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Lebih kurang 9,78 juta usaha mikro, kecil, dan menengah di Jawa Timur perlu segera bertransformasi ke dunia digital agar bertahan dan berkembang.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS —Lebih kurang 9,78 juta usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM di Jawa Timur perlu segera bertransformasi ke dunia digital agar bertahan dan berkembang.
Saat ini, Covid-19 (Coronavirus disease 2019) akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2) masih mewabah dan memukul perekonomian Jatim. Untuk itu, transformasi digital dengan memaksimalkan aplikasi internet turut mendorong pemulihan ekonomi provinsi berpenduduk 40,05 juta jiwa ini.
”Transformasi digital bagi UMKM sudah menjadi suatu keharusan,” kata Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa di sela-sela Jatim Fair Virtual, Jumat (23/10/2020).
Jatim Fair merupakan rangkaian kegiatan untuk peringatan dan perayaan 75 tahun Jawa Timur. Pameran tahun ini dikemas secara luar jaringan (offline) pada 22-24 Oktober dan dalam jaringan (online) pada 22-26 Oktober. Pameran bertema ”Transformasi Digital untuk Pemulihan Ekonomi” ini berkomposisi 20 persen offline dan 80 persen online.
Skema luar jaringan diwujudkan dalam pertemuan bisnis ke bisnis (B to B) para undangan yang notabene penjual ulang (reseller) pada aplikasi perdagangan digital Tokopedia. Mereka terpilih melalui serangkaian syarat kesehatan dan skala ekonomi.
Lumayan peminat produk pewarnaan alami berupa kain, busana, dan tas menggunakan kulit domba, karena kami mempromosikan produk lewat media sosial. Jadi, pengunjung tak perlu hadir di arena pameran, cukup pantau produk terbaru dari Namira. (Didik Edy Susilo)
Skema dalam jaringan diwujudkan melalui pertemuan bisnis ke konsumen (B to C) masyarakat umum. Perdagangan online ini melalui Tokopedia dan laman resmi www.jatimfair.com.
Dalam jaringan
Menurut Khofifah, transaksi online menjadi dominan dalam Jatim Fair Virtual 2020 bukan sekadar terkait dengan situasi pagebluk yang memaksa dan menghambat perekonomian karena pembatasan sosial untuk menekan penularan. Transformasi digital merupakan tuntutan zaman dan masa depan.
”Ada prediksi, 2030 nanti 99 persen UMKM dunia terlibat dalam perdagangan online,” kata Khofifah.
Mau tidak mau, UMKM di provinsi bermoto ”Jer Basuki Mawa Beya” ini harus segera melek digital dan memahami skema perdagangan online. Yang tidak bertransformasi ke digital akan tergilas alias kalah dan punah.
Bagi Jatim sendiri, transformasi digital tidak bisa ditawar lagi. Kekuatan 9,78 juta UMKM merupakan basis atau soko guru perekonomian Jatim. UMKM menyumbang Rp 1.339,47 triliun atau 57 persen dari produk domestik regional bruto tahun lalu yang sebesar Rp 2.352,42 triliun. Dari statistik ini, jika UMKM remuk, perekonomian Jatim pun tumbang dan hancur.
Oleh karena itu, proses literasi digital, terutama bagi UMKM, harus sesegera mungkin diwujudkan. Pemangku kepentingan perekonomian, yakni pemerintah, Bank Indonesia, Kamar Dagang dan Industri, Otoritas Jasa Keuangan, serta perbankan, khususnya Bank UMKM dan Bank Jatim, perlu terus mendorong UMKM agar segera terjun dalam skema perdagangan online.
Khofifah mengatakan, pemerintah akan meneruskan program penguatan kelembagaan, pembiayaan, SDM, produk, dan pemasaran untuk mempercepat pemulihan ekonomi. Agregat perekonomian yakni mempertahankan basis konsumsi masyarakat melalui penyaluran program jaring pengaman sosial, fasilitasi permodalan melalui program DAGULIR, KUR, dan CSR/PKBL, Program OPOP (One Pesantren One Product), dan memfasilitasi UMKM mengakses bakat di Millennial Job Center (MJC).
Menghindari kerumunan
Boediono dari Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (APPI) mengatakan, Jatim Fair Virtual 2020 diikuti oleh 115 peserta dengan jumlah stan 124 unit, terdiri dari kabupaten/kota, BUMN, BUMD, swasta, dan organisasi perangkat daerah Pemprov Jatim.
”Transaksi selama pameran diajurkan secara online guna menghindari kerumunan serta saling sentuh,” kata Boediono.
Karena wabah belum teratasi, penerapan protokol kesehatan untuk menekan penularan menjadi prosedur standar. Jumlah pengunjung dalam kesempatan sama maksimal 500 orang. Ketika hendak masuk ke area pameran, seluruh penjaga stan sudah menjalani tes cepat dan pengunjung diukur suhu tubuh dan tanpa ada gejala flu.
”Pengunjung yang hendak masuk ke area pameran di Grand City Surabaya wajib registrasi agar mudah dilakukan penelusuran atau pelacakan jika ada yang terpapar Covid-19 selama pameran berlangsung,” ujar Boediono.
Pemilik Namira Ecoprint, Didik Edy Susilo (65), mengatakan, pengunjung pameran memang dibatasi dan sejak awal dianjurkan melakukan transaksi secara daring.
”Lumayan peminat produk pewarnaan alami berupa kain, busana, dan tas menggunakan kulit domba, karena kami mempromosikan produk lewat media sosial. Jadi, pengunjung tak perlu hadir di arena pameran, cukup pantau produk terbaru dari Namira,” katanya.
Meski pameran digelar dalam situasi serba terbatas, termasuk pergerakan dan jumlah pengunjung, produknya sejak hari pertama dan kedua banyak terjual. ”Promosi memang tidak hanya di pameran, tetapi sudah biasa transaksi dan berjualan melalui media sosial Instagram,” ujar Didik.
Di Jatim Fair juga dilakukan penandatanganan kerja sama secara virtual antara UMKM Jatim dan berbagai diaspora mancanegara. Misalnya, Kadin Jatim dan diaspora atau komunitas warga Jatim di Mesir dan China, UMKM binaan Dinas Koperasi dan UMKM Jatim dan diaspora di Selandia Baru dan Taiwan, serta UMKM binaan Dinas Perikanan dan Kelautan Jatim dan diaspora di China. Kerja sama ini menjadi bagian dari membangun jejaring untuk mendorong pemasaran produk UMKM Jatim secara global.