Di tengah kebutuhan dasar papan, konsumen masih ragu bertransaksi di tengah kondisi ekonomi yang belum stabil. Strategi mendorong daya beli menjadi kunci.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penjualan properti melambat akibat pandemi Covid-19. Konsumen cenderung ragu membeli rumah di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi. Oleh karena itu, konsumen perlu diyakinkan mengenai peluang dan keuntungan membeli rumah pada saat ini.
Country Manager 99 Group Indonesia Maria Herawati Manik menyampaikan, jumlah pengunjung situs properti rumah123.com pada triwulan Juli-September 2020 meningkat. Konsumen tetap tertarik mencari rumah, tetapi masih perlu diyakinkan perihal waktu yang tepat untuk membeli rumah.
Saat ini, sebagian konsumen cenderung masih ragu untuk bertransaksi membeli rumah. Dari hasil survei rumah123.com, pada triwulan III-2020 muncul kecenderungan konsumen mencari harga yang sesuai dengan kondisi keuangan. Namun, muncul persepsi dan keraguan sebagian konsumen tidak mampu membeli meskipun untuk kebutuhan rumah tinggal.
”Keraguan konsumen untuk membeli karena mitos saat ini (kondisi) kritis sehingga orang harus melihat lagi kemampuan finansial untuk membeli properti,” kata Maria dalam konferensi pers virtual, Senin (19/10/2020).
Tren pencarian properti masih didominasi rumah seharga di bawah Rp 300 juta per unit dan pada kisaran Rp 500 juta-Rp 1 miliar per unit. Sementara harga rumah yang ditawarkan pengembang dan agen properti cenderung terkoreksi. Pengembang banyak menawarkan rumah bagi konsumen yang ingin langsung menghuni.
Konsumen tetap tertarik mencari rumah, tetapi masih perlu diyakinkan perihal waktu yang tepat untuk membeli rumah. (Maria Herawati Manik)
Untuk meyakinkan konsumen membeli rumah, lanjut Maria, agen dan developer perlu menjelaskan peluang dan keuntungan membeli properti di masa sekarang. Selain itu, pengembang menyediakan penawaran yang lebih menarik, seperti cicilan uang muka ringan dan kemitraan dengan bank untuk memudahkan proses akad kredit konsumen.
Data Analyst 99 Group Indonesia Rayhanali Heiko Amier menyebutkan, suplai dan permintaan rumah pada triwulan III-2020 turun. Tren penurunan suplai dan permintaan itu berlangsung sejak April.
Suplai didominasi rumah dengan harga berkisar Rp 2 miliar-Rp 5 miliar per unit, sedangkan permintaan didominasi harga rumah di bawah Rp 1 miliar per unit.
”Belum ada keseimbangan antara harga yang ditawarkan dan permintaan harga. Konsumen cenderung mencari harga rumah di bawah rata-rata harga yang tersedia saat ini,” katanya.
Secara terpisah, Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Daniel Djumali mengemukakan, rumah merupakan kebutuhan dasar bagi masyarakat. Di era normal baru pandemi Covid-19 berkembang kebutuhan rumah pintar yang menunjang kerja dari rumah.
Meski demikian, sektor properti untuk masyarakat berpenghasilan rendah diprediksi akan turun 30-40 persen, sektor menengah turun 50-60 persen, sedangkan sektor properti segmen atas turun sekitar 65 persen. Pengembang terus berupaya mengembangkan sistem penjualan daring, lewat media sosial, dengan menawarkan produk yang berkualitas, dan rumah pintar untuk menarik konsumen.
Sektor properti untuk masyarakat berpenghasilan rendah diprediksi akan turun 30-40 persen, sektor menengah turun 50-60 persen, sedangkan sektor properti segmen atas turun sekitar 65 persen.
Di sektor rumah bersubsidi, hambatan penyaluran KPR subsidi di saat pandemi Covid-19 menyebabkan sebagian pengembang perumahan bersubsidi tumbang akibat kesulitan arus kas. ”Diperlukan relaksasi dan percepatan kredit dari perbankan untuk merealisasikan pembangunan perumahan, terutama rumah subsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan rumah menengah bagi masyarakat yang membutuhkan,” kata Daniel.