Jumlah Investor Bertambah, Pasar Modal Stabil di Tengah Pandemi
Respons positif pelaku pasar modal terhadap upaya pemerintah melakukan pemulihan ekonomi terefleksi tidak hanya dari kenaikan IHSG, tetapi juga jumlah perusahaan yang melakukan IPO pada periode pandemi Covid-19.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelaku pasar modal merespons positif komitmen pemerintah mempercepat pemulihan ekonomi dari krisis yang dipicu pandemi Covid-19. Hal ini ditandai dengan kehadiran 750.000 investor baru di pasar modal, terhitung sejak awal Januari hingga akhir September 2020.
Padahal, pandemi Covid-19 telah menimbulkan krisis yang terjadi tidak hanya di sektor riil, tetapi juga keuangan. Krisis terjadi akibat pembatasan aktivitas masyarakat yang memicu kontraksi aktivitas ekonomi, baik dari sisi konsumsi maupun produksi.
Hal itu mengemuka dalam seminar daring ”Strategi Pemulihan Ekonomi Nasional dan Ketahanan Sektor Riil” di Jakarta, Selasa (20/10/2020). Kegiatan ini merupakan rangkaian dari pergelaran Capital Market Summit and Expo (CMSE) 2020.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hoesen mengatakan, pasar modal Indonesia menyambut baik komitmen pemerintah untuk terus mendorong percepatan pemulihan ekonomi melalui berbagai kebijakan yang telah ditempuh.
”Adanya peningkatan jumlah investor serta kenaikan indeks saham secara bertahap membuktikan, kepercayaan publik terhadap pasar modal Indonesia masih terus meningkat,” ujarnya.
Adanya peningkatan jumlah investor serta kenaikan indeks saham secara bertahap membuktikan, kepercayaan publik terhadap pasar modal Indonesia masih terus meningkat.
Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor yang terdaftar dalam sistem identifikasi investor tunggal (single investor identification/SID) pasar modal pada akhir September 2020 sebanyak 3,28 juta investor. Padahal, pada 1 Januari 2020, jumlah investor pasar modal baru sebanyak 2,48 juta investor.
Sementara itu, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat terpuruk di titik terendah akibat sentimen krisis pandemi pada Maret 2020 di level 3.937. Namun, pada penutupan perdagangan Selasa ini, IHSG sudah kembali menguat di posisi 5.099,84 dengan nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp 5.931 triliun.
”Kondisi IHSG sepanjang tahun berjalan masih lebih baik dibandingkan negara-negara tetangga di Asia Tenggara, seperti Singapura, Filipina, dan Thailand,” kata Hoesen.
Kondisi IHSG sepanjang tahun berjalan masih lebih baik dibandingkan negara-negara tetangga di Asia Tenggara, seperti Singapura, Filipina, dan Thailand.
OJK mencatat, sejak awal Januari hingga 19 Oktober 2020, IHSG turun 18,62 persen. Pada periode yang sama, indeks bursa Singapura turun 21,06 persen, Filipina turun 22,98 persen dan Thailand turun 23,41 persen.
Di sisi lain, lanjutnya, OJK sudah turut mendukung pemulihan pasar modal melalui 35 kebijakan yang ditelurkan sepanjang 2020 berjalan. Kebijakan-kebijakan itu berfokus pada tiga hal, yakni relaksasi bagi pelaku industri pasar modal, pengendalian gejolak dengan menjaga stabilitas pasar modal dan sistem keuangan, serta kemudahan perizinan dan administrasi pelaku pasar.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo optimistis pasar modal domestik bakal lebih dinamis setelah pemerintah membentuk Badan Usaha Pengelola Investasi Negara (Indonesia Investment Authority/IIA) atau Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia.
”SWF Indonesia ini diharapkan mulai beroperasi pada Januari 2021 karena komponen pertumbuhan ekonomi tidak hanya dari permintaan domestik, tetapi juga perlu didorong masuknya investasi,” kata Kartika.
Menurut Kartika, komponen investasi, baik secara langsung maupun melalui portofolio, diperlukan untuk bisa masuk ke Indonesia secara signifikan pada awal pemulihan dari dampak Covid-19. Melalui penguatan komponen investasi ini, ekonomi nasional diharapkan kembali tumbuh ke level 5 persen.
”Tanpa komponen investasi, kita hanya bergantung pada konsumsi dan permintaan domestik sehingga upaya untuk membawa pertumbuhan ekonomi kembali di posisi 5 persen akan semakin berat,” katanya.
Sovereign Wealth Fund adalah lembaga yang dapat melaksanakan investasi langsung ataupun tidak langsung serta dapat bekerja sama dengan pihak lain. Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan mendefinisikan Sovereign Wealth Fund sebagai kendaraan finansial negara yang memiliki atau mengatur dana publik dan menginvestasikannya ke aset-aset yang luas dan beragam.
Secara terpisah, Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengemukakan, pasar modal masih menjadi tempat yang menarik bagi perusahaan untuk mencari pendanaan. Hal ini tecermin dari banyaknya perusahaan yang mencari pendanaan melalui penawaran saham perdana (initial public offering/IPO).
”Artinya, pasar modal masih berkembang di saat pandemi meski nilai emisi masih lebih kecil dibandingkan tahun 2019,” ujarnya.
Berdasarkan data OJK, hingga September 2020 terdapat 40 perusahaan yang melakukan IPO dengan total nilai emisi mencapai Rp 4,51 triliun. Adapun secara total, dana yang diraih dari pasar modal hingga September 2020 ialah Rp 85,90 triliun. Jumlah itu terdiri dari IPO sebesar 4,51 triliun, penawaran umum terbatas (PUT) sebesar Rp 13,55 triliun, dan efek bersifat utang dan/atau sukuk (EBUS) sebesar Rp 67,84 triliun.