Situasi pandemi Covid-19 membawa perubahan besar terhadap perilaku masyarakat. Pelaku usaha harus merespons dengan tepat lewat pemanfaatan teknologi, inovasi, dan kolaborasi.
Oleh
ARIS PRASETYO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Inovasi dan kolaborasi menjadi kunci pemulihan ekonomi di Indonesia yang terpuruk akibat pandemi Covid-19. Situasi pandemi juga menghasilkan perilaku baru dalam tatanan kehidupan bermasyarakat yang harus direspons dengan baik oleh pelaku usaha di dalam negeri. Dalam kehidupan tatanan baru atau lebih dikenal dengan istilah new normal, peranan teknologi kian vital.
Hal itu mengemuka dalam diskusi virtual ”Gotong Royong Pulihkan Ekonomi Negeri” pada Senin (19/10/2020). Sebagai narasumber adalah Sekretaris Eksekutif I Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Raden Pardede, Direktur Utama Indika Energy M Arsjad Rasjid, dan Chief Food Officer Gojek Group Catherine Sutjahyo.
Raden mengatakan, gejala pulihnya ekonomi Indonesia mulai tampak dan Indonesia telah mengalami pertumbuhan paling rendah pada triwulan II-2020, yaitu terkontraksi 5,3 persen. Berbagai pihak, seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF), memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini minus 2 persen sampai minus 1 persen atau di bawah mendekati nol persen.
Untuk terus memulihkan ekonomi akibat pandemi, pemerintah tidak bisa bergerak sendiri. Belanja pemerintah itu hanya 8-9 persen dari produk domestik bruto (PDB).
”Sementara kontribusi terbesar ada di belanja dari sektor rumah tangga, yaitu hampir 57 persen, dan sektor swasta sekitar 32 persen. Oleh karena itu, tanpa partisipasi kedua sektor itu, apa yang dilakukan pemerintah tidak akan berarti apa-apa,” ucap Raden.
Untuk terus memulihkan ekonomi akibat pandemi, pemerintah tidak bisa bergerak sendiri.
Menurut Raden, pandemi Covid-19 membawa perubahan baru dalam tatanan kehidupan masyarakat global, termasuk di Indonesia. Cara manusia bekerja atau berbelanja bergeser dan tak lagi mengandalkan pertemuan fisik, tetapi virtual. Sektor swasta dituntut adaptif terhadap segala perubahan itu.
”Bisa jadi, cara kita bekerja atau berbelanja akan terus-menerus online (daring). Harus ada adaptasi baru. Situasi ini menuntut diperlukan keterampilan baru dan terus meningkatkan kapabilitas,” ujar Raden.
Gojek adalah salah satu sektor swasta yang beradaptasi terhadap perubahan akibat pandemi Covid-19. Pandemi membawa tren baru terhadap konsumen, khususnya konsumen yang berbelanja makanan untuk dikonsumsi. Kebutuhan makanan siap olah meningkat seiring dengan kebijakan bekerja dari rumah diterapkan.
”Kami memberikan masukan kepada mitra Gojek, yang mayoritas adalah pelaku UKM atau UMKM, untuk membuat makanan jenis apa yang kami sebut ready to cook. Jadi, makanan yang dibeli masih butuh perlakuan, seperti digoreng beberapa saat atau dihangatkan di microwave. Makanan jenis ini yang banyak dicari selama pandemi,” kata Catherine.
Pandemi membawa tren baru terhadap konsumen, khususnya konsumen yang berbelanja makanan untuk dikonsumsi. Kebutuhan makanan siap olah meningkat seiring dengan kebijakan bekerja dari rumah diterapkan.
Konsep ready to cook tersebut, ujar Catherine, salah satu bentuk adaptasi Gojek terhadap perubahan perilaku di masyarakat. Selain itu, Gojek juga meningkatkan standar kebersihan kepada seluruh mitra perusahaan, baik itu untuk urusan transportasi maupun mitra penjual makanan. Jasa antar makanan meningkat drastis selama masa pandemi Covid-19.
Sementara Arsjad mengatakan, pandemi Covid-19 telah memukul bisnis energi perusahaan, yaitu penjualan batubara. Permintaan terhadap batubara, khususnya di China, merosot drastis. Hal itu berakibat pada jatuhnya harga batubara dunia.
”Harga komoditas tidak bisa kami kontrol. Oleh karena itu, kami harus bisa mengelola biaya operasional seefisien mungkin,” ucap Arsjad.
Merespons perubahan akibat pandemi, lanjut Arsjad, Indika mengandalkan peran teknologi. Pemanfaatan teknologi yang tepat berhasil membalikkan kondisi salah satu unit usaha Indika, yang awalnya merugi 100.000 dollar AS per bulan menjadi untung 1 juta dollar AS per bulan. Selain adaptif dan inovatif, menurut dia, perusahaan harus agile (lincah).