Daya Ungkit Ruang Pamer Virtual
Agar pelaku usaha dan industri tidak kehilangan pemasukan, pameran virtual digelar tahun ini. Dua di antaranya mampu mendatangkan pembeli dari luar negeri dan mencatatkan transaksi miliaran rupiah.
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 mengakibatkan pameran fisik tak memungkinkan digelar. Agar promosi produk dan jasa tetap berjalan, sejumlah penyelenggara bertransformasi mengadakan pameran virtual untuk mengungkit ekonomi nasional sekaligus menumbuhkan ekonomi kreatif.
Indonesia Event Industry Council (Ivendo) memperkirakan, kerugian dari 1.218 penyelenggara jasa pertemuan, insentif, konvensi, dan pameran (MICE) akibat pandemi Covid-19 berkisar Rp 2,69 triliun-Rp 6,94 triliun. Sekitar 96,43 persen acara di 17 provinsi ditunda dan 84,2 persen dibatalkan, serta sekitar 90.000 pekerja di sektor tersebut kehilangan pekerjaan.
Padahal, kontribusi industri MICE di Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) cukup besar. Data Global Economics Significants Business Events 2018 menyebutkan, industri MICE di Indonesia berkontribusi sebesar 3,9 miliar dollar AS terhadap PDB nasional. Nilai itu memosisikan Indonesia di peringkat ke-17 dari 50 negara.
Project Director Seven Event Agus Riyadi mengatakan, hanya satu dari enam pameran tahun ini yang bisa terlaksana. Pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2020 yang dijadwalkan di empat kota, yakni Jakarta, Surabaya, Medan, dan Makassar, terpaksa dibatalkan akibat pandemi Covid-19. Akibatnya, hampir 90 persen dari total pendapatan hilang.
Tahun lalu, tingkat kunjungan GIIAS Jakarta di ICE BSD sebanyak 472.000 pengunjung, dengan pengunjung terbanyak dari Jabodetabek. Sementara itu, total penjualan mobil 23.000 unit atau 4,87 persen, tidak termasuk transaksi di luar pameran.
Director PT Indonesia International Expo ICE BSD City Alim Gunadi menyampaikan, bisnis MICE memang mulai bergerak, antara lain pertemuan-pertemuan yang diadakan korporasi dan pemerintah. Akan tetapi, sumber pendapatan terbesar selama ini berasal dari pameran.
Tahun 2019, jumlah penyelenggaraan MICE di ICE BSD City mencapai 396 kegiatan, termasuk pertunjukan, pameran, pernikahan, dan pertemuan. ”Adapun Januari-September 2020, jumlah penyelenggaraan yang terlaksana hanya 28 persen dari rencana awal. Sebanyak 72 persen dari kegiatan mengalami penundaan ataupun pembatalan,” katanya.
Presiden Direktur Dyandra Promosindo Hendra Noor Saleh mengemukakan, industri MICE yang terbiasa mengumpulkan orang sangat terdampak akibat pandemi. Dari 34 pameran yang dijadwalkan Dyandra tahun ini, sejumlah 32 pameran mengalami penundaan. Sebanyak 80 persen dari 32 pameran itu mengalami pergeseran ke platform multikanal, yakni digital dan televisi.
”Kami melakukan transformasi untuk tampil dengan platform berbeda, yakni menjadi pameran virtual dan pertunjukan lewat televisi,” kata Hendra.
Kami melakukan transformasi untuk tampil dengan platform berbeda, yakni menjadi pameran virtual dan pertunjukan lewat televisi.
Membuahkan hasil
Agar para pelaku usaha dan industri kecil, menengah, hingga besar tidak kehilangan pemasukan atau pembeli potensial, berbagai pameran virtual pun digelar pada tahun ini. Pameran-pameran itu antara lain Indonesia Franchise, License and Business Concept Expo and Conference (IFRA); Trade Expo Indonesia Virtual Exhibition (TEI-VE); Pertamina SMEXPO; Indonesia Property Virtual Expo; Mobil123 DRIVE Virtual Expo; dan Karya Kreatif Indonesia (KKI) Virtual yang digelar Bank Indonesia.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Kasan Muhri mengemukakan, memfasilitasi promosi produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi salah satu intensi pemerintah menggelar TEI-VE 2020. Keyakinan untuk tetap mengadakan pameran yang ke-35 itu berasal dari kepastian pembeli sebagai pengunjung serta pebisnis dan pelaku UMKM yang menjadi peserta.
”Penyelenggara telah memiliki basis data pengunjung dan peserta TEI dari tahun ke tahun. Kemendag pun menggandeng perwakilan kedutaan besar RI, perwakilan perdagangan di luar negeri, dan jaringan diaspora untuk mempromosikan ajang virtual tahun ini. Pembeli potensial pun akan kami hadirkan secara daring,” paparnya.
Baca juga : Pembeli Dihadirkan secara Daring
Bank Indonesia juga terpaksa menggelar pameran UMKM binaannya, yaitu KKI, secara virtual. KKI BI 2020 yang melibatkan 377 UMKM binaan BI itu diselenggarakan dalam tiga seri. Seri I Sinergi untuk UMKM Ekspor dilaksanakan pada 28-30 Agustus 2020, Seri II Sinergi untuk UMKM Digital pada 7-9 Oktober 2020, dan Seri III Sinergi UMKM untuk Sahabat Milenial pada November 2020.
Pameran KKI 2020 seri I telah mencatat omzet penjualan produk UMKM yang terdiri dari kain, kerajinan, serta makanan dan minuman sebesar Rp 4,86 miliar. Dalam seri tersebut juga dilakukan one-on-one meeting yang berhasil mempertemukan 31 UMKM dengan 16 pembeli potensial dari Singapura, Italia, Korea Selatan, Jepang, China, dan Australia serta agregator dari Indonesia.
”Metode baru dalam kegiatan KKI ini adalah wujud tanggung jawab BI membina UMKM agar siap beradaptasi dalam era kenormalan baru. BI berkomitmen untuk terus mengembangkan UMKM agar dapat menjadi tulang punggung perekonomian daerah dan nasional,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo.
Baca juga : Karya Kreatif Indonesia 2020 Digelar Virtual
Ajang pameran virtual UMKM binaan PT Pertamina (Persero) atau ”Pertamina SMEXPO 2020” yang digelar pada 9-11 September 2020, misalnya, didominasi oleh pembeli dari luar negeri. Pameran yang menghasilkan transaksi sebesar Rp 9,3 miliar ini didominasi pengunjung AS, Singapura, Malaysia, Australia, Belanda, Arab Saudi, Jepang, dan Taiwan.
”Dari keseluruhan transaksi, penjualan terbesar adalah produk Hitara Black Garlic yang tak lain adalah bawang putih olahan dengan nilai transaksi sekitar Rp 2 miliar. Produk tersebut diminati pembeli dari Inggris, Perancis, Afrika Selatan, dan Australia,” kata Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman.
Di sektor properti, tingginya antusiasme masyarakat membuat PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk memperpanjang periode waktu pameran perdagangan properti virtual bertajuk Indonesia Properti Virtual Expo hingga 15 Oktober 2020. Rencana sebelumnya, gelaran yang melibatkan 175 pengembang properti dengan lebih dari 500 proyek perumahan ini berlangsung dari 22 Agustus hingga 30 September 2020.
Vice President Non-subsidized Mortgage and Consumer Lending Division BTN Suryanti Agustinar menuturkan, pengunjung virtual acara yang digelar atas kerja sama BTN dengan PT Adhouse Clarion Events per 10 Oktober 2020 telah mencapai 1,7 juta orang. Masyarakat dapat mengakses pameran perdagangan properti virtual ini melalui situs ipex.btnproperti.co.id.
”Secara ongkos pun pameran virtual lebih efisien, baik untuk developer maupun bank, karena tidak memerlukan biaya sewa tempat, booth, dan petugas penjaga pameran luring,” ujarnya.
Secara ongkos pun pameran virtual lebih efisien, baik untuk developer maupun bank, karena tidak memerlukan biaya sewa tempat, booth, dan petugas penjaga pameran luring.
Baca juga : Tantangan Meramaikan Pameran Virtual
Meski tidak merinci nilai transaksi yang berhasil dibukukan dari gelaran tersebut, Suryanti mengatakan kesepakatan transaksi dari pameran ini menopang penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) BTN tahun ini yang ditargetkan tumbuh 10 persen dibandingkan dengan 2019.
Di sektor otomotif, Direktur Pemasaran PT Toyota-Astra Motor (TAM) Anton Jimmi Suwandy mengatakan, PT TAM menjual mobil di situs resmi, platform e-dagang, dan pameran virtual. Situs resmi PT TAM telah dikunjungi hingga 2,5 juta kali di masa pandemi, meningkat sekitar 35 persen dibandingkan dengan sebelumnya.
Toyota juga pernah dua kali membuat pameran di jagat virtual. Di akhir Juli, lewat virtual expo terjual 250 unit mobil. Penjualan ini cukup besar atau hampir sama dengan pameran di mal.
”Itu baru dilakukan oleh dealer di Jakarta saja. Pada Agustus kami ikut lagi pameran virtual, kali ini tingkat nasional, dan berhasil terjual sekitar 600 unit. Itu bukan sekadar surat pemesanan kendaraan (SPK), tetapi sudah membayar booking fee, jadi sudah ada transaksi,” kata Anton.
Kendala
Kendati pameran virtual dapat mengungkit ekonomi berbagai pelaku usaha dan industri, tak jarang mereka menghadapi kendala. Ketua Umum Asosiasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Indonesia (Akumindo) Ikhsan Ingratubun mengatakan, pameran konvensional dan virtual memiliki kelebihan dan kekurangan. Pameran virtual memungkinkan UMKM tetap menjangkau konsumen dan mengenalkan produk meskipun secara naratif visual. Pameran ini relatif hanya dapat dialami atau diapresiasi dengan indera mata dan telinga.
Hal ini berbeda dibandingkan dengan pameran konvensional di mana produk-produk yang dipamerkan langsung dikenal dan pengunjung yang datang sekaligus dapat merasakannya. ”Salah satu tantangan bagi UMKM saat hendak merambah promosi dan pemasaran lewat pemanfaatan teknologi digital adalah di sisi kemahiran menampilkan produk mereka menarik secara visual,” katanya.
Salah satu tantangan bagi UMKM saat hendak merambah promosi dan pemasaran lewat pemanfaatan teknologi digital adalah di sisi kemahiran menampilkan produk mereka menarik secara visual.
Agus Riyadi berpendapat, pameran virtual yang mengedepankan kecanggihan teknologi, seperti virtual reality dan 3D, telah berkembang dan banyak perusahaan di Indonesia yang sudah maju dalam penyediaan teknologi tersebut. Meski demikian, pameran konvensional mobil yang mengedepankan image dan teknologi otomotif tidak bisa sepenuhnya tergantikan oleh pameran virtual.
Bagi sebagian masyarakat Indonesia, keputusan membeli mobil merupakan keputusan yang matang, bahkan melibatkan pertimbangan pasangan dan keluarga. Tetap ada kebutuhan konsumen untuk merasakan pengalaman, seperti melihat fitur produk, memegang badan mobil, memegang setir, dan melakukan uji kendaraan (test drive) sebelum memutuskan pembelian.
”Hal ini belum bisa tergantikan oleh pameran virtual meskipun masyarakat semakin terbiasa dengan informasi secara virtual. Meski demikian, pameran virtual dapat berperan menjadi pemantik calon konsumen untuk mencari tahu teknologi dan fitur produk yang dipamerkan. Selain itu, pameran virtual dinilai dapat menjangkau lebih banyak pengunjung dari seluruh Indonesia,” tuturnya.
Baca juga : Pandemi Percepat Transformasi Digital UMKM
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki mengatakan, pameran virtual merupakan ajang bisnis digital yang dapat membantu UMKM di kala pandemi. Melalui pameran virtual, UMKM bisa terdorong untuk bangkit dan produktif menangkap peluang.
”Mereka belajar beradaptasi dengan kebiasaan baru dan menjalankan pola bisnis yang berubah. Pameran virtual ini juga memperluas akses pasar, baik dalam negeri maupun luar negeri,” ujarnya.
Pemerintah, lanjut Teten, telah menyediakan ruang pelatihan transformasi digital koperasi dan UMKM, yaitu portal IDXCOOP untuk koperasi dan situs www.edukukm.id untuk pelaku UMKM. (JUD/APO/HEI/OSA/DHF)