Setiap cipratan yang diberikan pada tanaman ternyata dapat menjadi berkah bagi sesama.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Irawan (45) tengah memandikan sore tanaman dalam pot di teras rumah sopir elf wisata tersebut. Cipratan air mengguyur dedaunan tanaman muda, seperti cabai, bawang, empon-empon, dan pandan, yang tumbuh subur. Beberapa tanaman bahkan sudah menumbuhkan anakan, seperti pandan yang tampak tidak lagi dapat didukung pot berdiameter 25 sentimeter.
Irawan menghampiri pot tanaman pandan tersebut dan membelai helai anakan daun pandan yang mencuat di sekitar batang indukannya. ”Nanti kamu dipindah ya, biar enggak sesak. Tunggu bapak beli pot dan tanah baru dulu,” katanya sambil berjongkok di hadapan tanaman pandan.
Ketika ditemui Kompas, Minggu (18/10/2020) sore, warga Jakarta Timur itu mengaku hobi berkebun, yang ditekuni beberapa bulan terakhir untuk mengisi kekosongan waktunya selama pandemi, selalu menimbulkan kebutuhan-kebutuhan baru.
Pot, misalnya, banyak wadah bekas ia gunakan untuk menjadi rumah tanaman. Namun, kadang kala wadah bekas itu tidak cukup sehingga ia harus membeli pot tersendiri. Dari sekian puluh bibit tanaman yang ada di rumahnya, sebagian menempati pot baru dengan berbagai ukuran.
Tanah sebenarnya bisa diusahakan dengan mencari tanah menganggur. Sayang, tinggal di pemukiman padat menyulitkan Irawan menemukan tanah menganggur untuk dibawa pulang. Pada akhirnya, ia membeli media tanam yang rata-rata dijual belasan ribu rupiah per 10 kilogram. ”Enggak masalahlah kalau harus beli pot, tanah, dan pupuk. Hitung-hitung membantu pedagang,” ujarnya.
Efek domino
Kegiatan berkebun memang tidak sekadar membutuhkan benih atau bibit tanaman dan media tanam, tetapi juga pupuk, pot, alat semai, atau perkakas lain untuk mendukung aktivitas menanam. Kebutuhan tersebut nyatanya telah memberi efek domino bagi pelaku usaha.
Penjual pot di Tangerang Selaran, seperti Dewi Sri Ayuningsih, pun menerima berkah dari tren berkebun penduduk urban. Usaha bernama Semesta Pot yang dimulai sejak akhir 2018 itu meraup kenaikan omzet 3-4 kali selama pandemi dibandingkan dengan sebelumnya.
Kendati pertumbuhan kasus Covid-19 terus melandai dan pembatasan pelonggaran dilakukan, permintaan pot di tokonya terus naik. Bahkan, belum lama ini, ketika ada pesta diskon tanggal cantik di e-dagang, pemesanan lebih melejit. ”Alhamdulillah permintaan terus naik. Mungkin karena mulai ada kesadaran pentingnya penghijauan di masyarakat,” ujar Dewi saat dihubungi Kompas.
Pemenuhan permintaan yang melonjak dan kendala penyediaan barang oleh pabrik sempat membuat ia kelimpungan. Namun, kini ia telah bekerja sama dengan beberapa penjual, bahkan dari pabrik. Selain menjual pot, usahanya kini menawarkan kebutuhan berkebun lain, seperti pupuk, media tanam, dan alat penyiraman.
Tren berkebun juga dimanfaatkan pandai besi di Klaten, Jawa Tengah, untuk mengubah konsep produk mereka. Alternatif itu dipilih para pandai besi yang tergabung dalam Koperasi Industri dan Kerajinan Derap Laju Pande Besi & Las (Kopinkra 18) yang turut merasakan dampak dari pandemi yang terjadi sejak Maret 2020.
Rata-rata, dari 31 anggota Kopinkra binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), yang biasa memproduksi cangkul mengalami penurunan omzet sekitar 50 persen. Hal tersebut mendorong mereka untuk berinovasi agar bisnis dapat bertahan.
Dengan bantuan Lembaga Pengembangan Bisnis, mereka pun mencoba mempelajari kebutuhan pelanggan, baik dengan bertanya secara langsung ke beberapa jaringan maupun mempelajari pasar di media daring.
”Bulan Mei, kami pun mencoba membuat produk alat tanam untuk anak-anak. Sekarang, kan, orang lagi banyak senang berkebun dan anak-anak aktivitasnya lebih banyak di rumah karena sekolah masih jarak jauh,” kata Sutarman, salah satu pandai besi dalam kelompok tersebut.
Dalam pemasarannya, mereka kini menjual produk yang dinamakan Pakbudi, kependekan dari Paket Berkebun di Rumah, serta Pakbeta, yaitu Paket Bermain dan Bertanam. Produk-produk tersebut dijual dalam bentuk paket, mulai dari pot, sekop, cangkul, hingga ember yang aman bagi anak.
Mengutip rilis YDBA, produk tersebut diterima dengan baik di pasar daring ataupun luar jaringan. Bahkan, salah satu penjual di marketplace Indonesia memesan produk ini hingga ratusan item. Dari penjualan tersebut, para pandai besi secara tidak langsung merasakan pendapatan mereka pulih kendati omzet masih turun dari masa normal.
Hobi berkebun nyatanya tidak hanya baik untuk menghijaukan lingkungan atau mengisi waktu luang yang banyak tersedia karena keterbatasan aktivitas selama pandemi. Setiap cipratan yang diberikan Irawan juga menjadi berkah bagi sesamanya.