Pergerakan orang yang sedikit dan penerapan protokol kesehatan membuat wisatawan merasa lebih aman dan nyaman.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
Pasangan suami-istri Robin dan Atika keluar dari Museum Wayang dengan wajah ceria sambil menggendong anaknya yang berusia empat dan enam tahun. Kedua anak itu saling bercerita apa yang telah mereka saksikan di dalam museum.
Hari itu pertama kalinya keluarga yang berdomisili di Bekasi, Jawa Barat, tersebut menengok salah satu museum terkenal di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat. Museum itu juga baru kembali dibuka pada 12 Oktober 2020 setelah penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di DKI Jakarta.
Sebelumnya, Robin dan Atika jarang mengajak anak-anak mereka pergi ke kawasan Kota Tua, terlebih ke museum yang ada di sana.
”Kalau di waktu normal, kawasan ini, kan, ramai banget sama wisatawan. Kami menghindari itu karena takut anak-anak jadi stres. Tapi, berhubung sekarang wisatawan masih sedikit, kami manfaatkan kesempatan ini untuk ajak anak-anak berkeliling,” tutur Robin, Sabtu (17/10/2020).
Bagi dirinya, kenyamanan dan ketenangan menjadi yang terpenting dalam berwisata. Situasi pandemi di satu sisi memberikan keuntungan karena pergerakan wisatawan menjadi sedikit. Selain itu, protokol kesehatan yang menjadi syarat pembukaan tempat wisata membuat ia dan keluarga merasa lebih aman.
Pandangan sama diutarakan Melly (20), warga Jakarta Selatan, yang berkunjung ke kawasan Kota Tua hari itu bersama beberapa temannya. Dengan topi matahari (sun hat), kacamata hitam, dan rok motif kembang warna mencolok, Melly dan temannya berfoto di berbagai sudut bangunan di sekitar Museum Sejarah.
Aktivitas tersebut membuat suasana hati Melly lebih ceria setelah sekian lama mengurung diri di dalam rumah. Pandemi telah membuat mahasiswi itu harus berkutat dengan kuliah jarak jauh dan membatasi dirinya untuk keluar rumah.
Jika dulu ia sering jalan-jalan di dalam kota seminggu sekali, selama pandemi ia hanya keluar beberapa kali dalam sebulan. ”Makanya saya pergi liburan ke sini. Biar tetap waras,” katanya.
Adapun warga Jakarta seperti Jamal (27) memilih mendatangi tempat wisata untuk menjaga kesehatan fisik. Hari ini, ia pergi bersepeda ke kawasan wisata Ancol yang juga baru seminggu dibuka kembali.
”Saya, sih, sangat mendukung tempat wisata dibuka untuk tempat berolahraga. Di masa seperti ini kita tetap butuh ruang untuk tidak hanya sekadar berwisata, tapi juga menjaga kesehatan,” katanya saat dihubungi hari ini.
Department Head Corporate Communication PT Taman Impian Jaya Ancol Rika Lestari mengatakan, dalam PSBB kali ini, Ancol mengikuti aturan pemerintah. Aturan itu di antaranya membatasi kapasitas kunjungan hanya 25 persen. Ancol juga menerima wisatawan dari luar DKI Jakarta dan pengunjung usia di bawah 9 tahun serta di atas 60 tahun untuk olahraga.
Ini sesuai dengan Keputusan Kepala Dinas Parekraf Provinsi DKI Jakarta Nomor 259 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan PSBB Masa Transisi dalam Rangka Penularan Covid-19 di Sektor Usaha Pariwisata Menuju Masyarakat Sehat, Aman, dan Produktif.
Untuk itu, kata Rika, Ancol saat ini giat mengampanyekan kepada masyarakat manfaat berolahraga di pantai melalui media sosial mereka. ”Ini juga untuk mendorong pola hidup sehat ke masyarakat,” ujar Rika.
Wisata berkualitas
Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wisnu Bawa Tarunajaya, dalam diskusi virtual hari ini, menyampaikan, pemerintah pusat juga tengah menggencarkan strategi pariwisata berkualitas. Strategi ini berbeda dengan sebelumnya yang fokus pada kuantitas wisatawan.
”Dengan adanya pandemi, kita lakukan kegiatan strategis dengan membuat sertifikasi CHSE atau cleanliness, health, safety, environment (kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan). Sekarang lagi persiapan pelaksanaan, mudah-mudahan akhir bulan ini sudah tersebar agar wisatawan yakin dan nyaman untuk berwisata,” katanya.
Langkah itu dinilai penting seiring dengan adanya perubahan perilaku konsumen yang mengutamakan kesehatan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan. Lingkungan wisata yang berkualitas akan membuat wisatawan, khususnya dari mancanegara, lebih lama tinggal.
Bonus dari peningkatan kualitas kegiatan wisata adalah semakin banyaknya uang yang akan dibelanjakan sehingga berdampak lebih besar pada perekonomian.
Kearifan lokal
Strategi yang saat ini juga dipromosikan pemerintah pusat adalah agar daerah mengutamakan kearifan lokal di wilayah masing-masing. Hal ini diupayakan agar produk unggulan dari daerah dapat muncul untuk membantu menyelamatkan perekonomian daerah.
Mengambil contoh Bali, Wisnu menjelaskan, ”Pulau Dewata” yang terdampak karena lesunya pariwisata kini mentransformasi dan memaksimalkan produk pertanian serta budaya unggulan mereka sebagai penopang ekonomi.
”Pengembangan kearifan lokal ini penting agar kalau ada bencana, daerah bisa bertahan,” ujarnya.