Badan Pusat Statistik memperkirakan luas panen dan produksi padi nasional tahun ini naik dibandingkan tahun lalu. Faktor cuaca menopang realisasi panen dan produksi, terutama periode Oktober-Desember 2020.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sempat seret di tengah tahun pertama, bahkan lebih rendah dibandingkan semester I-2019 dan 2018, realisasi luas panen dan produksi padi tahun 2020 diperkirakan naik dibandingkan tahun lalu. Kemarau basah dinilai menopang penanaman padi musim tanam gadu atau April-September 2020 sehingga mendongkrak produksi di tiga bulan terakhir tahun ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, realisasi luas panen padi sepanjang Januari-September 2020 mencapai 9,01 juta hektar. Angka itu turun 2,97 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat 9,28 juta hektar. Namun, luas panen periode Oktober-Desember 2020 mencapai 1,78 juta hektar, naik 27,54 persen dibandingkan Oktober-Desember 2019 yang tercatat 1,4 juta hektar.
Dengan proyeksi itu, luas panen padi secara total tahun ini mencapai 10,79 juta hektar atau naik 1,02 persen dibandingkan tahun lalu yang mencapai 10,68 juta hektar. Angka proyeksi luas panen Oktober-Desember dihitung berdasarkan luas tanam beberapa bulan sebelumnya.
Kepala BPS Suhariyanto, dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (15/10/2020), berharap realisasi panen Oktober-Desember 2020 bisa mendekati angka proyeksi itu. ”Namun, kita harus mewaspadai fenomena La Nina sebagaimana diumumkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Curah hujan yang naik meningkatkan potensi banjir dan longsor. Apalagi, cuaca sangat memengaruhi produksi pertanian,” ujarnya.
Sebelumnya, BMKG dan pusat layanan iklim lainnya, seperti NOAA (Amerika Serikat), BoM (Australia), dan JMA (Jepang), memperkirakan La Nina dapat berkembang terus hingga mencapai intensitas moderat pada akhir tahun 2020. La Nina diperkirakan akan mulai meluruh pada Januari-Februari dan berakhir sekitar Maret-April 2021 (Kompas, 4/10/2020).
Fenomena iklim regional La Nina perlu diwaspadai karena biasanya meningkatkan intensitas hujan di sebagian wilayah Indonesia. Curah hujan tinggi yang disebabkan La Nina berdampak pada produksi padi nasional.
Menurut Suhariyanto, dampak peningkatan curah hujan perlu dihadapi dengan antisipasi bencana dan pengelolaan pertanian yang baik, seperti memastikan ketersediaan sarana produksi serta pengelolaan stok hasil panen.
Selama ini, produksi pangan sangat dipengaruhi situasi cuaca, termasuk oleh maju mundurnya awal musim hujan. Penurunan luas panen di Sulawesi Selatan, misalnya, turut disebabkan oleh banjir yang merendam lahan pertanian. Sementara luas panen di Kalimantan Selatan turun lantaran banjir serta hama wereng dan tikus.
Dengan luas panen mencapai 10,79 juta hektar, BPS memproyeksikan produksi beras sepanjang 2020 bisa mencapai 31,67 juta ton atau naik 1,1 persen dibandingkan produksi tahun 2019. Sementara itu, konsumsi beras nasional diperkirakan 29,37 juta ton sehingga potensi surplus beras berkisar 2,3 juta ton.
Menurut Ketua Umum Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia (Intani) Guntur Subagja, pengelolaan surplus menjadi krusial lantaran ada potensi kemunduran masa panen, terutama di awal tahun depan. Mundurnya masa panen disebabkan oleh keterlambatan penanaman karena kelangkaan pupuk di beberapa wilayah.
”Petani di sejumlah wilayah masih kesulitan mengakses pupuk bersubsidi dan benih. Kemungkinan mereka baru menanam pada Oktober akhir atau November 2020,” katanya.
Menurut Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah, potensi luas tanam sepanjang Oktober-Desember 2020 lebih tinggi dibandingkan realisasi periode sama tahun sebelumnya karena cuaca mendukung penanaman.
”Curah hujan pada Juli-Septermber 2020 lebih baik dibandingkan Juli-September 2019,” ujarnya.
Senada dengan Habibullah, Guru Besar Fakultas Pertanian IPB University sekaligus Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia Dwi Andreas Santosa menyatakan, kemarau basah memengaruhi situasi panen dan produksi padi tahun ini. Setelah panen raya pada April-Mei, petani bisa langsung mengolah lahan dan menanam lagi.
Fenomena La Nina juga dapat meningkatkan produksi beras tahun 2021. Menurut Andreas, berdasarkan data 20 tahun terakhir, ada korelasi positif antara fenomena La Nina dan produksi beras.