Penanganan Covid-19 dan Disiplin Protokol Kesehatan Menjadi Kunci Pemulihan Pariwisata
Pariwisata menjadi sektor yang paling terdampak akibat pandemi penyakit Covid-19. Penanganan pandemi Covid-19 dan penerapan protokol kesehatan diyakini memengaruhi kepercayaan wisatawan kembali melancong.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Pariwisata menjadi sektor yang paling terdampak akibat pandemi penyakit yang disebabkan virus korona baru. Selain pengaruh tekanan ekonomi, pembatasan mobilitas orang secara global juga mempengaruhi melesunya pariwisata.
Penanganan pandemi Covid-19 dan penerapan protokol kesehatan diyakini mempengaruhi kepercayaan wisatawan kembali melancong. Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) memperkirakan terjadi penurunan sedalam 65 persen pergerakan wisatawan internasional dalam semester pertama 2020 akibat pandemi Covid-19. Hal itu mencakup sekitar 440 juta perjalanan pariwisata selama Januari-Juni 2020. Potensi kehilangan pendapatan ekspor dari sektor pariwisata secara global mencapai 460 miliar dollar AS.
”Penurunan kunjungan wisatawan ke Indonesia diperkirakan sekitar 12 juta sampai 13 juta kedatangan,” kata Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo dalam acara dialog bertemakan ”Industri Pariwisata Pasca Pandemi Covid-19: Strategi Bertahan dan Kebangkitan (Tourism Industry Post Covid-19: Survival and Revival Strategy)” yang diselenggarakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali secara dalam jaringan (daring), Jumat (16/10/2020).
Acara bincang maya tentang ekonomi dan kepariwisataan tersebut juga menghadirkan Deputi Gubernur Bank Indonesia Rosmaya Hadi, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, dan pengusaha nasional Sandiaga Salahuddin Uno sebagai narasumber. Bincang maya juga diikuti kalangan asosiasi industri pariwisata, pengusaha, dan akademisi serta pihak pemerintah daerah di Bali.
Lebih lanjut Angela menyatakan, pembatasan mobilitas secara global di banyak negara mempengaruhi perjalanan wisata. Padahal, sektor pariwisata sangat mengandalkan pergerakan manusia.
Berdasarkan pencatatan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia periode Januari-Agustus 2020 secara kumulatif mencapai 3,41 juta kunjungan. Jumlah itu menurun sedalam 68,17 persen dibandingkan jumlah kedatangan wisman periode Januari-Agustus 2019 yang mencapai 10,71 juta kunjungan.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Rosmaya Hadi mengungkapkan, masyarakat internasional sedang menghadapi ketidakpastian secara global. Menurut Rosmaya, hal itu disebabkan pandemi Covid-19 juga akibat situasi politik dan ketegangan hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China serta antara Inggris dan Uni Eropa.
Kondisi tersebut dinilai berdampak terhadap aliran modal ke negara-negara berkembang, termasuk ke Indonesia. ”Membaiknya ekonomi secara global juga dipengaruhi penanganan pandemi Covid-19,” kata Rosmaya.
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha, yang akrab disapa Tjok Ace, menyebutkan, penurunan kedatangan wisatawan akibat pandemi Covid-19 dirasakan paling berdampak terhadap Bali. Meskipun jumlah penduduk Bali yang terlibat secara langsung di sektor pariwisata 30 persen, menurut Tjok Ace, seluruh penduduk Bali yang mencapai 4,2 juta orang turut merasakan dampak menyepinya industri pariwisata di Bali akibat pandemi Covid-19.
Protokol kesehatan
Angela menambahkan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sedang mengampanyekan penerapan pedoman protokol kesehatan sektor pariwisata berbasis kebersihan, kesehatan, keamanan, dan kelestarian lingkungan (CHSE). Kemenparekraf mengalokasikan anggaran lebih dari Rp 100 miliar untuk program sertifikasi protokol kesehatan berbasis CHSE secara gratis bagi industri pariwisata di Indonesia. ”Kami juga menyalurkan bantuan hibah pariwisata sebesar Rp 3,3 triliun,” kata Angela.
Pengusaha Sandiaga Uno menyebutkan penerapan protokol kesehatan dengan disiplin dan ketat menjadi upaya penting dalam pemulihan pariwisata dan perekonomian. Sandiaga mengatakan, sektor UMKM di Indonesia juga perlu didukung karena UMKM menyerap jutaan orang pekerja. ”Peluang ada di sektor ekonomi kreatif,” kata Sandiaga dalam acara bincang maya itu.
Tjok Ace menyatakan, Pemerintah Provinsi Bali sudah menyiapkan kebijakan dan menjalankan langkah strategis menanggapi dampak pandemi Covid-19. Pemerintah Provinsi Bali dan pemerintah daerah di Bali sedang menjalankan sertifikasi protokol kesehatan sektor pariwisata kepada kalangan hotel, restoran, hingga obyek wisata di Bali. ”Kami juga mendukung penerapan protokol kesehatan pariwisata berbasis CHSE dan mengemasnya dalam kampanye We Love Bali,” kata Tjok Ace.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho mengatakan, Bank Indonesia terlibat dalam tim pemulihan ekonomi dan bersinergi dengan pemerintah serta seluruh pemangku kepentingan terkait dalam upaya menjaga dampak pandemi Covid-19 dan membangkitkan ekonomi daerah. ”Kami menilai penting Bali sebagai pusat pariwisata harus dijaga,” kata Trisno. ”Pariwisata menjadi lokomotif ekonomi di Bali sehingga dampaknya terhadap Bali paling dalam,” ujar Trisno.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Rizki Ernadi Wimanda menerangkan sejumlah strategi kunci yang dapat dijalankan dalam upaya pemulihan ekonomi daerah, yakni memulihkan kepercayaan wisatawan dengan penerapan protokol kesehatan berbasis CHSE secara disiplin, menentukan fokus pengembangan pasar wisata yang berbasis pariwisata berkualitas, dan meningkatkan kontribusi sektor lain, terutama sektor pertanian, yang berpotensi dikembangkan di Bali.
Pariwisata menjadi lokomotif ekonomi di Bali sehingga dampaknya terhadap Bali paling dalam.
Lebih lanjut Angela mengungkapkan, strategi pemulihan pariwisata dalam jangka pendek adalah meningkatkan jumlah perjalanan wisatawan nusantara. Pemerintah merencanakan memberikan diskon pariwisata untuk mendorong perjalanan wisatawan dalam negeri. Dalam kondisi pemulihan itu, menurut Angela, destinasi juga harus berbenah, termasuk dengan menyiapkan dan menjalankan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.