Pembangunan Jalan Tol Trans-Sumatera Terus Berjalan
Pembangunan jalan tol bukan tujuan, tetapi infrastruktur diharapkan dapat bermuara pada pengembangan wilayah. Keberadaan jalan tol harus diiringi semakin gencarnya kegiatan ekonomi.
Oleh
RHAMA PURNA JATI/MEGANDIKA WICAKSONO
·5 menit baca
SEMBAWA, KOMPAS — Pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan konektivitas antarwilayah dan menumbuhkan pusat-pusat perekonomian baru di Sumatera terus berjalan. Kali ini, ruas tol Palembang-Betung, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, sepanjang 69,19 kilometer dikerjakan mulai Kamis (15/10/2020) dan ditargetkan rampung Desember 2021 untuk beroperasi mulai awal 2022.
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Hedy Rahadian menekan tombol tanda dimulainya pekerjaan pembangunan ruas tol Palembang-Betung di Sembawa, Banyuasin, Kamis. Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru, Bupati Banyuasin Askolani Jasi, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Danang Parikesit, dan Presiden Direktur Waskita Karya Destiawan Soewardjono turut hadir dalam acara tersebut.
Hedy mengatakan, pembangunan jalan tol bukan tujuan, tetapi infrastruktur diharapkan dapat bermuara pada pengembangan wilayah. Keberadaan jalan tol harus diiringi semakin gencarnya kegiatan ekonomi.
”Dengan jalan tol, kita harus memiliki pusat pertumbuhan ekonomi,” ucapnya.
Hedy menambahkan, selain di Sumsel, jalan tol juga dibangun di Pekanbaru-Dumai. Dengan demikian, jalan penghubung di bagian utara Sumsel akan terhubung dengan Pelabuhan Dumai, Riau, sementara di bagian selatan Sumsel akan terhubung dengan Pelabuhan Panjang, Lampung.
Tol Palembang-Betung merupakan bagian dari Jalan Tol Trans-Sumatera sepanjang 2.992 kilometer. Dari panjang tersebut, ruas tol dari Aceh hingga Lampung sepanjang 2.069 km menjadi tulang punggung yang harus dituntaskan hingga 2024. Danang menjelaskan, 648 km jalan tol sudah beroperasi, 769 km masih dalam tahap konstruksi, dan 1.300 km lagi masih dalam tahap perencanaan.
Menurut Danang, keberadaan tol tidak hanya sekadar tentang membangun jalan, tetapi juga menjadi instrumen transformasi wilayah. Dari nilai penting ini, dia berharap, pemerintah daerah turut membantu, terutama pembiayaan.
Setelah tol Palembang-Betung rampung, lanjut Danang, akan dibangun jalan tol Betung-Jambi sepanjang 160 km. Dalam satu bulan ke depan akan ditandatangani kesepakatan konsesi untuk pembangunan jalan tol tersebut.
Adapun Destiawan menjelaskan, ruas tol Palembang-Betung merupakan bagian dari jalan tol Kayu Agung-Palembang-Betung sepanjang 111,69 km. Ruas Kayu Agung-Palembang sepanjang 34 km sudah dibuka pada April 2020 dan ruas Jakabaring-Kramasan sepanjang 8,50 km masih dalam tahap konstruksi.
Karena dibangun di atas rawa, lanjut Destiawan, sekitar 80 persen konstruksi tol Kayu Agung-Palembang-Betung memerlukan perbaikan tanah dengan metode prefabricated vertical drain (PVD) dan vaccum, yaitu sistem yang digunakan untuk mempercepat proses pemadatan tanah.
Menurut Destiawan, jalan tol Palembang-Betung cukup strategis karena merupakan jalan penghubung antara Palembang dan Jambi. Apabila tol Kayu Agung-Palembang-Betung rampung, waktu tempuh Kayu Agung-Betung dapat dipangkas signifikan.
”Jika biasanya membutuhkan waktu 2-3 jam, kini perjalanan bisa lebih cepat, yakni berkisar 20-30 menit saja,” ucapnya.
Meski demikian, Waskita Karya masih mengalami kendala pembiayaan untuk pembangunan tol Palembang-Betung. Hal itu terjadi lantaran pihak perbankan belum bisa mencairkan dana untuk pembangunan tol yang menelan biaya sekitar Rp 7 triliun karena pandemi Covid-19. Destiawan berharap ada dukungan finansial dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, agar proyek ini dapat diselesaikan.
Gubernur Sumsel mengatakan, keberadaan tol Palembang-Betung sangat vital. Jalan tol diharapkan menjadi solusi masalah kemacetan yang masih mendera jalan lintas timur Sumatera, terutama antara Palembang dan Jambi. ”Di jalan itu, jika ada kendaraan yang pecah ban saja, bisa menimbulkan kemacetan hingga puluhan kilometer,” ucap Herman.
Solusi kemacetan itu sudah terbukti di tol Palembang-Bakauheni, Provinsi Lampung, yang memangkas waktu tempuh dari sebelumnya 12-14 jam melalui jalan lintas Sumatera menjadi 6-7 jam.
Terkait permasalahan finansial yang dialami PT Waskita Karya, Herman berharap bantuan dari investor lokal untuk berkontribusi dalam pembangunan tol ini. ”Proyek tol Kayu Agung-Palembang-Betung ini adalah investasi murni dengan total dana sekitar Rp 17 triliun. Jika ada masalah finansial, tentu investor lain juga turut membantu,” ucapnya.
Terowongan Banyumas
Di Jawa Tengah, pemerintah akan membangun terowongan di Jalan Veteran, Kecamatan Purwokerto Barat, dan jalan layang Kalirajut di Kecamatan Rawalo, Banyumas, untuk memperlancar arus kendaraan di pelintasan sebidang kereta api. Kemacetan yang biasa terjadi di kawasan itu diharapkan terurai saat pembangunan selesai pada 2023 sehingga menekan risiko kecelakaan.
”Dirjen (Perkeretaapian) siap membantu membangun underpass Tanjung (Jalan Veteran). Minggu depan pemerintah kabupaten akan mengajukan usulan ke Jakarta. Gambar underpass sudah ada di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat,” kata Bupati Banyumas Achmad Husein di Purwokerto, Kamis.
Husein menyampaikan, anggaran pembangunan tersebut akan masuk dalam APBN 2021 dengan dana hingga Rp 73 miliar. Dia berharap, dengan pembangunan dua infrastruktur tersebut, arus lalu lintas di sekitar lokasi tersebut sudah lancar mulai 2023.
Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Banyumas Agus Nur Hadie menambahkan, terowongan di Jalan Veteran akan dibangun ke arah barat dan bentuknya hampir menyerupai terowongan di Jalan Jenderal Soedirman, Purwokerto. Adapun di Rawalo akan dibangun jalan layang. Dua proyek ini masih dalam pembahasan Kementerian Perhubungan dan Kementerian PUPR.
Agus mengatakan, pembangunan terowongan di Jalan Veteran akan melewati beberapa rumah. Untuk itu, pemerintah daerah akan melakukan pembebasan lahan. ”Nanti sebagai rekayasa lalu lintas, selama pembangunan, kendaraan dialihkan ke Jalan Jenderal Soedirman,” katanya.
Selama ini dua pelintasan sebidang tersebut menjadi simpul kemacetan di wilayah Banyumas. Di pelintasan sebidang di Kalirajut, Rawalo, saat kereta melintas, barisan kendaraan dan truk selalu mengular panjang. Jalan itu vital karena menghubungkan Banyumas menuju Cilacap dan Jawa Barat.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulfikri bersama Bupati Banyumas Achmad Husein meresmikan underpass Jenderal Soedirman dan overpass Kebasen. Zulfikri dalam siaran pers mengatakan, keselamatan transportasi menjadi hal utama yang harus dipenuhi.
”Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian sudah diamanatkan bahwa perpotongan jalan kereta api dan jalan harus dibuat tidak sebidang. Oleh karena itu, apa yang dilihat sekarang, yaitu pembangunan underpass Jenderal Soedirman dan overpass Kebasen, sesuai amanat undang-undang tersebut,” katanya.
Husein menambahkan, sebelum pembangunan jalan terowongan Jenderal Soedirman, pelintasan kereta api selalu membuat kemacetan dan menghambat lalu lintas warga. Pembangunan overpass Kebasen dan underpass Jenderal Soedirman akan menjaga keselamatan lalu lintas warga ataupun penumpang kereta api.