Membeli ORI018 Membantu Negara Tangani Pandemi Covid-19
Berinvetasi melalui ORI018, tidak hanya mendapat imbal hasil tetap sebesar 5,7 persen per tahun, tetapi juga dapat berkontribusi pada negara dalam menangani dampak akibat pandemi Covid-19.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah masih membuka penawaran obligasi ritel negara seri ORI018 yang merupakan seri terakhir tahun 2020. Tidak hanya berinvestasi, dengan membeli ORI018, investor juga berkontribusi membantu Indonesia menangani pandemi Covid-19.
Selama masa penawaran hingga 21 Oktober 2020 pukul 10.00 WIB, masyarakat dapat memesan ORI018 minimal Rp 1 juta dan maksimal Rp 3 miliar. Dengan jenis kupon tetap (fixed rate) sebesar 5,7 persen, investor akan menerima imbal hasil minimal 5,7 persen setiap tahun dan akan jatuh tempo pada 15 Oktober 2023.
Kepala Seksi Analisis Pasar Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Putut Widiandono menyampaikan, ORI018 dapat menjadi alternatif instrumen investasi dalam masa pandemi Covid-19. Sebab, investor akan menerima imbal hasil tinggi dan tetap serta bebas dari risiko gagal bayar.
Misalnya, kalau berinvestasi Rp 100 juta, kupon per bulan sebesar Rp 475.000 kemudian dikenai pajak 15 persen senilai Rp 71.250. Artinya, investor akan menerima kupon bersih sebesar Rp 403.750 per bulan yang akan ditransfer langsung ke rekening setiap tanggal 15.
”Selain itu, berinvestasi ORI018 juga turut serta mendukung pembiayaan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) untuk mengatasi defisit dan pembangunan nasional. Dukungan ini termasuk pembiayaan dalam rangka penanganan dan pemulihan dampak Covid-19,” ujar Putut, Jumat (16/10/2020).
Paparan ini disampaikan dalam webinar Sekolah Pasar Modal Lanjutan bertemakan ”Strategi Investasi Obligasi: Aman dan Menguntungkan dengan ORI018”. Melalui ORI018, diharapkan basis investor di dalam negeri semakin luas.
Saat awal pandemi, kata Putut, cukup banyak investor asing yang keluar dari investasi obligasi negara sehingga harga sempat terganggu. Kondisi ini mengindikasikan pasar keuangan domestik belum stabil sehingga diperlukan peran serta masyarakat untuk berinvestasi dalam obligasi ritel negara.
Dalam perkembangannya, Kementerian Keuangan mencatat, partisipasi kelompok usia milenial pada investasi Surat Berharga Negara (SBN) Ritel semakin besar. Dari hasil penerbitan ORI017 pada Juli 2020, jumlah investor mencapai 42.733 orang, 56 persen (23.949 orang) di antaranya merupakan investor baru.
Porsi investor dari kelompok generasi Z yang merupakan usia pelajar juga meningkat dari 0,22 persen (ORI016) menjadi 1 persen (ORI017). Secara total, penjualan ORI017 mencapai Rp 18,34 triliun yang merupakan penjualan SBN Ritel tertinggi sejak pertama kali penjualan secara daring pada 2018.
”Kalau ekonomi kita melambat dan tidak ditanggulangi, akan terjadi krisis yang lebih luas dan banyak yang sengsara. Semoga dengan adanya peran serta masyarakat (berinvestasi di SBN Ritel) dapat mengurangi gejolak di masyarakat dan ekonomi menjadi lebih stabil,” kata Putut.
Manajer Saluran Distribusi Bahana Sekuritas Wendy Zhang menjelaskan, untuk membeli ORI018, calon investor dapat mengunjungi laman esbn.bahana.co.id. Setelah mengisi identitas diri termasuk Nomor Pokok Wajib Pajak, pembayaran dapat dilakukan melalui ATM, internet banking, atau datang langsung ke teller di bank.
”Kalau sudah dilakukan semua tahapannya, pembeli akan mendapatkan kode NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan Negara) sebagai bukti telah berhasil membeli ORI018. Nanti bisa login kembali ke laman esbn.bahana.go.id untuk melihat portofolio investasi,” kata Wendy.
Tujuan investasi
Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia Jawa Tengah 1 Fanny Rifqi El Fuad mengatakan, berinvestasi berarti harus memahami tujuan dari investasi sehingga dapat memilih instrumen yang tepat.
”Pastinya, investasi itu diperlukan karena kita tidak hidup hari ini saja, tetapi untuk masa depan. Kita harus menyadari, siklus hidup telah mengajarkan bahwa kebutuhan tidak bisa dicukupi dengan instan, tetapi harus disiapkan dari sekarang,” tuturnya.
Pada dasarnya, menurut Fanny, investor harus mendiversifikasi instrumen investasi agar tetap aman secara finansial. Analoginya, jangan meletakkan semua telur di dalam keranjang yang sama karena ketika jatuh, semua akan pecah.
”Kenali tujuan investasi, misalnya apakah untuk menikah, pendidikan, atau dana pensiun. Kenali juga diri Anda apakah termasuk orang yang berani mengambil risiko atau enggak. Hal-hal ini untuk menentukan akan berinvestasi di saham, reksadana, atau obligasi,” kata Putut.
Nucha Bachri, investor SBN Ritel, mengatakan, di masa pandemi, selain menjaga perputaran keuangan, investasi pun menjadi penting untuk menyiapkan masa depan. Co-Founder Parentalk.ID ini sudah berinvestasi dalam SBN Ritel sejak tahun lalu.
”Saya memilih investasi di SBN Ritel karena sudah pasti dan aman di bawah pemerintah, tenornya 2-3 tahun sesuai dengan kebutuhan anak saya yang sekarang baru masuk TK (Taman Kanak-Kanak). Pastinya saya dapat berkontribusi untuk negara agar semakin baik,” kata Nucha.