Kendati Imbal Hasil Turun, Obligasi Indonesia Masih Diminati Investor
Pemerintah masih mendapat akses pasar dengan suku bunga sangat baik. Era suku bunga global yang rendah menguntungkan Indonesia.
Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Surat utang Pemerintah Indonesia dinilai masih menarik kendati tren daya serap pasar cenderung turun. Salah satu faktor yang menyebabkan animo investor di pasar obligasi menurun adalah rendahnya realisasi belanja pemerintah.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pasar masih menyerap surat utang pemerintah kendati imbal hasil yang ditawarkan cenderung turun. Saat ini imbal hasil surat utang Pemerintah Indonesia tenor 10 tahun berkisar 6,8-6,9 persen, lebih rendah dari sebelum pandemi Covid-19 sekitar 9 persen.
”Pemerintah masih mendapat akses pasar dengan suku bunga sangat baik. Era suku bunga global yang rendah menguntungkan Indonesia,” ujarnya dalam CNBC Debate on the Global Economy, salah satu rangkaian acara pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia 2020, Jumat (16/10/2020).
Pemerintah masih mendapat akses pasar dengan suku bunga sangat baik. Era suku bunga global yang rendah menguntungkan Indonesia.
Mengutip data Kementerian Keuangan, utang pemerintah Indonesia per Agustus 2020 sebesar Rp 5.594,93 triliun dengan rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 34,53 persen. Porsi kepemilikan asing dalam surat utang pemerintah sekitar 29 persen. Profil jatuh tempo cukup aman karena mayoritas utang jangka panjang dengan rata-rata tenor (average time maturnity/ATM) 8,6 tahun.
Sri Mulyani mengatakan, pemerintah mempertimbangkan respons pemegang surat utang dan lembaga pemeringkat utang dalam setiap intervensi kebijakan pembiayaan. Sebagai contoh, pemerintah dan Bank Indonesia berkomitmen menjalankan skema burden sharing di luar mekanisme pasar hanya tahun ini.
Kebijakan pembiayaan juga dilakukan secara hati-hati dan pruden demi menjaga daya tarik dan stabilitas pasar. Hasil penerbitan surat utang digunakan untuk program berkelanjutan yang berbasis perlindungan sosial dan mata pencarian masyarakat.
”Di sisi lain, sentimen positif diciptakan melalui percepatan prospek pemulihan ekonomi,” katanya.
Chief Economist CIMB Niaga Adrian Panggabean, dalam keterangan tertulis, menuturkan, tingginya likuiditas di pasar uang akibat pelonggaran kuantitas uang oleh Bank Indonesia tidak meningkatkan dinamika di pasar saham ataupun obligasi. Tingkat bunga surat utang tenor 10 tahun tetap di kisaran 6,8-6,9 persen sepanjang Agustus-September.
Namun, animo investor secara keseluruhan cenderung turun pada September 2020 yang tecermin dalam penurunan total permintaan (bid) dalam lelang obligasi. Rasio antara jumlah penawaran yang masuk dan jumlah penawaran yang dimenangkan (bid to cover ratio) di setiap lelang obligasi pemerintah terus bergerak turun.
Salah satu faktor yang memengaruhi penurunan permintaan obligasi pemerintah adalah realisasi defisit APBN yang masih sangat rendah. Defisit APBN per 31 Agustus 2020 baru terealisasi 3,01 persen PDB. Jauh di bawah target defisit pada akhir tahun yang sebesar 6,37 persen PDB.
”Rendahnya penyaluran belanja ini yang, antara lain, menyebabkan tetap rendahnya penyerapan saat lelang obligasi, yang pada gilirannya telah menyebabkan turunnya animo investor domestik di pasar obligasi,” ujar Adrian.
Arus modal
Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI), Teuku Riefky, mengemukakan, ketidakpastian global dan domestik terus meningkat. Di dalam negeri, ketika masyarakat belum yakin pemerintah menangani krisis kesehatan dengan baik, muncul isu-isu lain, seperti penolakan RUU Cipta Kerja dan dampak negatif penerapan pembatasan sosial berskala besar.
”Ketidakpastian di dalam negeri terefleksi dalam data penurunan arus modal,” kata Riefky.
Dibandingkan dengan bulan sebelumnya, Indonesia mengalami arus modal keluar senilai 830 dollar AS pada September 2020. Sebaliknya, arus modal masuk tercatat menurun dari 4,49 miliar dollar AS pada Agustus 2020 menjadi 3,66 miliar dollar AS pada pertengahan September 2020.
Menurut Riefky, penurunan imbal hasil surat utang pemerintah jangka pendek tenor 1 tahun juga memperlebar selisih imbal hasil antara surat utang jangka pendek dan surat utang jangka panjang. Imbal hasil surat utang tenor 1 tahun per Agustus 2020 sebesar 3,7 persen. Kondisi ini mengindikasikan adanya pengalihan portofolio investasi ke aset jangka pendek seiring meningkatnya risiko.
Ketidakpastian terus berlanjut selama Covid-19 belum tertangani. Kendati kontraksi perekonomian terburuk sudah terlewati, tidak ada jaminan pemulihan ekonomi akan terjadi dalam waktu dekat atau kondisi lebih buruk tidak terjadi lagi ke depan.
”Penanganan Covid-19 dan perbaikan kesehatan akan memperkecil dampak negatif ekonomi,” katanya.