Hadapi Resesi, Pelaku Usaha Perlu Bangun Tim Kerja Adaptif
Perlambatan ekonomi akibat pandemi dipastikan membuat Indonesia memasuki jurang resesi. Situasi tersebut mengharuskan pelaku usaha untuk membangun tim kerja yang adaptif.
Oleh
ERIKA KURNIA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perlambatan ekonomi akibat pandemi dipastikan membuat Indonesia memasuki jurang resesi. Situasi tersebut mengharuskan pelaku usaha membangun tim kerja yang adaptif agar bisa bertahan.
Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional triwulan III-2020 terkontraksi di kisaran minus 1 hingga minus 2,9 persen. Kondisi itu memastikan Indonesia masuk ke resesi setelah pertumbuhan ekonomi di triwulan II-2020 minus 5,32 persen.
Sebelum situasi itu terjadi, banyak pelaku usaha beradaptasi untuk mempertahankan usaha mereka dengan mengubah strategi bisnis. Perubahan strategi bisnis itu tidak jarang membutuhkan tenaga kerja baru dengan keahlian khusus. Hal itu ditangkap perusahaan rintisan perekrutan tenaga kerja TopKarir.
”Kini banyak perusahaan yang tadinya fokus mencari tenaga kerja di back office, sejak April 2020, beralih mencari tenaga kerja di front office yang bisa mengaktualisasikan strategi baru perusahaan agar bisa bertahan,” kata CEO TopKarir Bayu Janitra Wirjoatmodjo dalam diskusi virtual, Jumat (16/10/2020).
Di sisi lain, kata Bayu, TopKarir juga menangkap kebutuhan pelaku usaha untuk memetakan hingga mengembangkan keahlian karyawannya. Hal itu difasilitasi mereka dengan menyediakan tes minat dan bakat dalam fitur TopEdu.
Pengembangan keahlian tenaga kerja pun menjadi kebutuhan usaha Toko Kopi Tuku, anak usaha MAKA Group, untuk bertahan. Secara strategi penjualan, Toko Kopi Tuku berinovasi dengan menghadirkan produk kopi dalam kemasan 1 liter dan berjualan secara daring di platform e-dagang.
Chief People & Legal Officer MAKA Group mengatakan, adaptasi penjualan tersebut tidak akan berjalan tanpa adanya perubahan pola kerja karyawan. Hal itu dilakukan, antara lain, dengan merestrukturisasi tim agar kinerja lebih efektif hingga mengadakan program pembelajaran digitalisasi bisnis.
”Ketika kita masuk ke e-dagang, semua karyawan harus mau turun tangan dan saling bantu. Ketika ada unit yang terdampak, kita selamatkan mereka dengan melakukan cross business,” katanya.
Pada acara yang sama, psikolog karier Tutut Handayani menilai, perubahan strategi bisnis harus didukung tim yang cekatan dan cepat beradaptasi. Perusahaan perlu melatih tim yang mempunyai mentalitas cepat bangkit saat dalam keadaan terpuruk, seperti resesi yang dihadapi saat ini.
”Untuk itu, diperlukan pemimpin atau orang yang punya kapasitas atau kemampuan memengaruhi yang kuat agar menjadi teladan,” kata Tutut.
Steering Committee Inclusive Human Resource Indonesia Anwar Yulistianto menambahkan, situasi pandemi ini perlu menjadi evaluasi bagi pelaku usaha agar bisa menetapkan standar organisasi yang unggul, termasuk dalam merekrut pekerja.
”Banyak perusahaan menyadari bahwa pengembangan sumber daya manusia agar sesuai budaya kerja perusahaan membutuhkan biaya dan waktu panjang. Pembentukan budaya dan standar organisasi yang unggul baiknya dijaring sejak awal karena bagaimanapun perubahan adalah keniscayaan dalam bisnis,” katanya.