Tren kinerja neraca perdagangan nasional mulai positif. Dibandingkan dengan Agustus 2020, ekspor pada September 2020 tumbuh 6,91 persen dan dibandingkan dengan September 2019 ekspor turun tipis 0,51 persen.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Neraca perdagangan September 2020 surplus 2,44 miliar dollar Amerika Serikat. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada bulan sebelumnya sebesar 2,36 miliar dollar AS dan defisit pada September 2019 sekitar 180 juta dollar AS.
Badan Pusat Statistik (BPS) mendata, surplus neraca perdagangan pada September 2020 dipengaruhi ekspor sekitar 14,01 miliar dollar AS. Adapun nilai impor sekitar 11,57 miliar dollar AS.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, tren kinerja neraca perdagangan nasional mulai positif. Dibandingkan dengan Agustus 2020, ekspor pada September 2020 tumbuh 6,91 persen dan dibandingkan dengan September 2019, ekspor turun tipis 0,51 persen.
”Ini adalah irama yang menggembirakan,” ujarnya dalam telekonferensi pers di Jakarta, Kamis (15/10/2020).
Tren kinerja neraca perdagangan nasional mulai positif. Dibandingkan dengan Agustus 2020, ekspor pada September 2020 tumbuh 6,91 persen dan dibandingkan dengan September 2019, ekspor turun tipis 0,51 persen.
Impor pada September 2020 juga tumbuh 7,71 persen dibanding bulan sebelumnya. Nilai impor bahan baku/penolong lebih tinggi 7,23 persen dan nilai impor barang modal meningkat 19,01 persen.
Suhariyanto menilai, pertumbuhan impor barang modal dan bahan baku/penolong berdampak pada kinerja investasi dan pembentukan modal tetap bruto dalam struktur pertumbuhan ekonomi. Ekspor industri bergerak, impor pun bergeliat.
BPS juga mencatat, sepanjang Januari-September 2020, neraca perdagangan Indonesia surplus 13,51 miliar dollar AS. Nilai ekspor pada periode tersebut 117,1 miliar dollar AS dan impornya 103,68 miliar dollar AS. Kendati begitu, kinerja ekspor sepanjang Januari-September 2020 ini masih lebih rendah 5,81 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya.
Berdasarkan sektor, ekspor produk pertanian pada Januari-September senilai 2,82 miliar dollar AS, tumbuh 9,7 persen dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya. Ekspor industri pengolahan senilai 94,36 miliar dollar AS atau lebih rendah 0,25 persen dibanding pada periode sama 2019.
Sementara itu, impor pada Januari-September 2020 masih lebih rendah 18,15 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya yang tercatat 126,67 miliar dollar AS. Nilai impor bahan baku/penolong sepanjang Januari-September 2020 lebih rendah 18,86 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya dan barang modal lebih rendah 19,83 persen.
Untuk meningkatkan ekspor, pemerintah juga mendorong dan meningkatkan kapasitas dan kualitas usaha mikro, kecil, dan menengah (UMK). Salah satunya adalah melalui program pendampingan ekspor.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Kasan menyatakan, pemerintah memiliki program pendampingan ekspor selama satu tahun sejak 2010. Pelaku UMKM yang mengikuti pendampingan dapat memperoleh pengetahuan ekspor secara komprehensif dan memiliki kesempatan menjalin jaringan dalam perdagangan internasional.
PT Demapra Mega Perkasa yang berhasil mengekspor produk kopi arabika sebanyak satu kontainer senilai 106.000 dollar AS ke AS dan CV Hortindo Agrokencana dengan produk ubi beku senilai 35.000 dollar AS ke Jepang merupakan contoh kesuksesan program tersebut. Kedua usaha ini berasal dari Jawa Timur.
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menambahkan, capaian ini menjadi buah kerja keras dan komitmen kedua pelaku usaha sebagai peserta program pendampingan ekspor. ”Prestasi ini diharapkan dapat memotivasi pelaku usaha Indonesia lainnya untuk memperluas jangkauan produknya ke pasar global,” katanya melalui siaran pers.