Pelabuhan Batam Mulai Bersiap Jelang Pembukaan Kembali Perbatasan Singapura
Pemprov Kepri mulai menyiapkan Pelabuhan Batam Centre jelang dibukanya kembali perbatasan Singapura. Hal itu menjadi angin segar bagi Kepri yang perekonomiannya sangat bergantung kepada negara tetangga.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau mulai menyiapkan Pelabuhan Internasional Batam Centre jelang dibukanya lagi perbatasan Singapura pada 26 Oktober 2020. Hal itu menjadi angin segar bagi Kepri yang perekonomiannya sangat bergantung kepada lalu lintas orang dari negara tetangga.
Penjabat Sementara Gubernur Kepri Bahtiar, Rabu (14/10/2020), mengatakan, pelaksanaan protokol pencegahan Covid-19 di Pelabuhan Batam Centre harus sama dengan standar di Singapura. Dalam waktu dekat, Pemprov Kepri akan segera menunjuk lembaga yang melakukan tes reaksi berantai polimerase (PCR) dan menyiapkan tempat untuk melakukan tes itu di perbatasan. Tes PCR menjadi syarat utama kesepakatan reciprocal green lane Indonesia dengan Singapura.
Pada 12 Oktober lalu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan, calon pelawat dari Indonesia dan Singapura mulai bisa kembali mengurus permohonan perjalanan mulai 26 Oktober. Diperkirakan, pada akhir Oktober atau awal November 2020, perjalanan Indonesia-Singapura sudah mulai bisa dilakukan.
Selain harus mengurus perizinan, perubahan lain dari perjalanan Indonesia-Singapura adalah pembatasan pintu masuk. Hanya pelabuhan Batam Center dan Bandara Soekarno-Hatta yang menjadi gerbang di Indonesia. Sementara di Singapura, gerbangnya adalah Pelabuhan Tanah Merah dan Bandara Changi.
”Ini adalah peluang yang sangat baik. Perekonomian Kepri sangat bergantung kepada lalu lintas orang dari wilayah sekitar, terutama Singapura dan Malaysia,” kata Bahtiar.
Menurut Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Batam Achmad Farchanny, penerapan protokol pencegahan Covid-19 di Pelabuhan Batam Centre sudah dilakukan dengan ketat. Sejak Maret, pelabuhan itu menjadi pintu masuk utama yang digunakan para pekerja migran dari Malaysia dan Singapura untuk pulang ke Indonesia.
Saat ini, ada 15 petugas kantor kesehatan pelabuhan yang setiap hari bertugas mengecek kondisi pekerja migran di Pelabuhan Batam Centre. ”Syarat dalam kesepakatan ini hasil PCR harus bisa diketahui dalam hitungan jam. Nanti akan disiapkan juga tempat tunggu di hotel terdekat,” ujar Farchanny.
PCR harus bisa diketahui dalam hitungan jam. (Farchanny)
Menanggapi hal itu, Bahtiar mengatakan, Satuan Tugas Covid-19 akan mulai menyiapkan tempat dan menunjuk lembaga yang bertanggung jawab melakukan pemeriksaan PCR pada Kamis (15/20/2020). ”Itu adalah tugas kami. Satgas akan mengerjakan semuanya, jangan sampai ada yang belum siap pada hari H,” ucapnya.
Sementara itu, Penjabat Sementara Wali Kota Batam Syamsul Bahrum menegaskan, lawatan ke Singapura hanya boleh dilakukan untuk urusan kerja dan diplomatik. Pergerakan pelawat akan diawasi melalui aplikasi PeduliLindungi dan e-HAC. Mereka juga tidak diizinkan mengunjungi tempat selain yang tercantum dalam permohonan perjalanan.
”Batam harus mengambil manfaat dari kebijakan ini dengan meningkatkan kedisiplinan melaksanakan protokol kesehatan. Nanti, kalau kasus sudah melandai, empat pelabuhan lain dan bandara internasional di Batam akan menyusul dibuka,” ucap Syamsul.
Kepala Operasional Pelabuhan Internasional Batam Centre Nika Astaga mengatakan, sejak pandemi, lalu lintas penumpang turun dari sebelumnya 10.000 orang per hari menjadi hampir sama sekali tidak ada. Pelabuhan itu saat ini hanya digunakan sebagai pintu masuk pekerja migran yang pulang dari Singapura dan Malaysia.
”Akibatnya, ada sekitar 100 pekerja Batam Centre yang dirumahkan. Semua pekerja di sini gajinya dipotong agar pekerja yang dirumahkan, termasuk pekerja kontrak, tetap bisa mendapat bayaran,” kata Nika.
Bahtiar mengatakan, perekonomian Kepri, terutama Batam dan Bintan, memang sangat bergantung kepada lalu lintas orang dari Singapura dan Malaysia. Oleh karena itu, ia juga akan segera mengirimkan permohonan agar pemerintah pusat membuka kembali akses wisatawan mancanegara untuk datang ke Kepri.
Salah satu yang diajukan pemprov adalah kawasan wisata Lagoi di Bintan. Di sana ada 15 resor yang telah mengantongi sertifikat program bersih, aman, sehat, dan lestari (CHSE) dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Pada 2019, kawasan wisata itu menyumbang Rp 170 miliar dari total Rp 300 miliar Pendapatan Asli Daerah Bintan.