Pandemi Covid-19 yang memukul pengusaha kecil tidak mematikan kreativitas mereka untuk bertahan. Mereka terus mengembangkan usaha dengan memberikan kemudahan mengakses produk-produknya.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Usaha mikro, kecil, dan menengah terpukul pandemi Covid-19. Namun, sebagian dari mereka dapat bertahan dan bahkan semakin berkembang. Hal ini terjadi karena mereka terus mengembangkan kreativitas dan adaptif terhadap situasi yang terjadi.
Pemerintah lewat Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah memberikan bantuan dana pemulihan ekonomi nasional. Akan tetapi, pelaku UMKM harus tetap mandiri dan berinovasi supaya eksis di tengah pandemi.
Pendiri Never Too Lavish Bernhard Suryaningrat dalam UMKMInsigth Sonora menuturkan, dirinya sempat pesimistis terhadap bisnis custom atau modifikasi produk yang dijalankannya. Namun, dia tidak menyangka pesanan konsumen makin belakangan ini meski pandemi melanda Tanah Air.
”Terdampak sedikit. Biasanya ada acara dan lokakarya di pusat perbelanjaan dan lainnya. Sekarang tidak ada, beralih ke platform digital. Mau tidak mau ikut ke sana (digital),” kata Bernhard, Rabu (14/10/2020).
Pesanan reguler untuk produk custom sepatu, tas, jaket, helm, dan asesori lain pada umumnya berkurang. Akan tetapi, pesanan dari perusahaan justru meningkat untuk konten media sosial, memberikan kepada pelanggan atau untuk dijual kembali.
Menurut Bernhard, ada celah untuk berkembang meskipun terdampak pandemi. Never Too Lavish memaksimalkan aplikasi berisi katalog digital supaya pelanggan tak kerepotan. Aplikasi ini berisi produk dan rekomendasi serta utak-atik ubah suai sesuai keinginan pelanggan.
”Sebelumnya, pelanggan datang untuk diskusi. Sekarang ada aplikasi untuk memudahkan pelanggan ubah suai sesuai yang tersedia dalam katalog,” ucapnya.
Di sisi lain, ia juga bekerja sama dengan penyedia produk dan menyasar pasar kelas menengah ke atas dengan jaminan kualitas ubah suai.
Ia menjamin kualitas ini dengan ciri khas seniman lukis grafiti, bukan asal gambar dan tidak sepenuhnya bergantung pada mesin cetak sepatu dan printer tiga dimensi. Ada kerja tim mulai dari konsep, hingga aplikasi untuk ubah suai.
”Mesin cetak sepatu dan printer tiga dimensi sudah ada, tetapi tantangannya berinovasi. Menghasilkan sesuatu yang tidak bisa dilakukan mesin,” katanya.
Kisaran harga produk custom-nya bervariasi mulai dari Rp 3 juta hingga Rp 20 juta. Misalnya, ubah suai gambar di sepatu Rp 3 juta-Rp 6 juta, tas Rp 4,5 juta-Rp 8 juta, dan koper Rp 6 juta-Rp 11 juta. Harga ini berdasarkan ukuran gambar dan tingkat kerumitan dari bahan produk.
Kreatif dan adaptif penting bagi pelaku usaha untuk berkembang. Tanpa ini, mereka rentan terpukul atau keluar dari situasi sulit. Pelatih bisnis Yudi Candra mengatakan, kreativitas tidak tergantikan oleh mesin. Apalagi, di era digitalisasi berkembang pesat seperti saat ini.
”Penting banget (kreativitas) di era ini. Itu membedakan manusia dengan robot. Punya kreativitas, lalu jalani dengan serius supaya berkembang,” ucap Yudi.
Adaptasi
Yudi menyarankan pelaku usaha untuk beradaptasi. Misalnya, perluas segmen pasar atau menyasar kelas tertentu, efisiensi operasional, dan memanfaatkan teknologi.
Menurut dia, segmentasi berbeda membuka peluang usaha untuk berkembang. Sebab, setiap segmen punya cara sendiri untuk membelanjakan uangnya.
”Tetap bersaing dalam kondisi pandemi. Inovatif, tentukan target pasar, adaptasi dalam operasional, dan bentuk pola pikir bahwa segala sesuatu mungkin terjadi,” ucapnya.
Secara keseluruhan terdata ada 68 juta UMKM di seluruh Indonesia. Dari jumlah ini, yang sudah melakukan pemasaran secara daring baru sekitar 13 persen.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki, Kamis (6/8/2020) lalu, menuturkan, pelaku usaha bisa tetap bertahan, bahkan mengembangkan usaha dengan melakukan strategi tertentu seperti melakukan inovasi, adaptasi produk, dan pemasaran daring.
Pelaku usaha diyakini tidak akan kesulitan karena pasar dalam negeri sudah siap menerima sistem pemasaran daring. Sekitar 97 persen wilayah Indonesia sudah mampu diakses e-dagang sehingga tidak perlu ragu karena pangsa pasar yang tersedia sangat luas.