Banyak orang kini tak terlalu aktif mencari promo parade belanja daring, termasuk di momen 10.10 atau pada 10 Oktober 2020. Mereka kini memilih menabung demi menghadapi ketidakpastian ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah warga kini mulai menahan diri dengan tawaran-tawaran promo yang menggiurkan pada laman e-dagang. Pandemi Covid-19 memaksa mereka lebih sering menabung ketimbang berbelanja.
Berbeda dari bulan-bulan lalu, Rizky Iftiani (27), karyawan swasta asal Semarang, Jawa Tengah, kini lebih santai menanggapi parade diskon 10.10 pada Sabtu (10/10/2020) ini. Jika dulu ia bisa berbelanja hingga lima produk, kini ia hanya membeli dua produk.
Dua produk itu adalah satu boks masker kain dan satu krim pelindung matahari. Selain karena mendapatkan potongan harga, kedua produk yang dibeli melalui e-dagang ini adalah barang yang dibutuhkan oleh Rizky saat ini.
”Kebetulan memang stok di rumah sudah habis, jadi sekalian beli pas promo. Yang masker dapat promo ongkos kirim, yang krim dapat potongan 50 persen,” katanya saat dihubungi dari Jakarta.
Rizky saat ini memang berupaya mengurangi pengeluarannya. Terlebih, sejak Juli lalu, ia terimbas pengurangan gaji dari perusahaannya. Kebutuhan-kebutuhan yang tidak terlalu penting pun kini ia abaikan.
”Kalau kemarin-kemarin sering banget beli produk karena lucunya, bukan karena butuh. Sekarang enggak dulu. Nongkrong-nongkrong juga dikurangi,” ungkapnya.
Kalau kemarin-kemarin sering banget beli produk karena lucunya, bukan karena butuh. Sekarang enggak dulu. Nongkrong-nongkrong juga dikurangi.
Hal yang sama juga dialami Amadea (23), karyawan swasta asal Jakarta Pusat. Ia kini tidak terlalu aktif mencari promo pada parade belanja daring 10.10 ini. Sejauh ini, ia baru membeli satu produk kosmetik perawatan kulit.
”Kalau dulu aku bisa belanja sampai empat produk sekali transaksi,” katanya.
Pada bulan-bulan sebelumnya, Amadea memang kerap tergiur dengan tawaran-tawaran promo pada parade belanja daring. Sampai-sampai, ia mengalokasikan dana khusus untuk berbelanja daring setiap bulannya.
”Dulu sering banget beli barang-barang kayak alat mandi penjepit rambut yang sebenarnya enggak penting banget,” ujarnya.
Namun, ia mulai mengurangi alokasi dana belanjanya semenjak Agustus. Jika sebelumnya ia menggunakan 10 persen dari gajinya untuk berburu promo, kini ia hanya menggunakan 5 persen.
”Emang mau mulai nabung sih sekarang. Soalnya gaji saya kemarin sempet dikurangi sama perusahaan,” ungkapnya.
Menurut Direktur Eksekutif Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, tren konsumsi dari masyarakat saat ini tengah menurun. Sebaliknya, tren menabung tengah melonjak.
Untuk itu parade belanja digital menjadi penting karena diharapkan mampu meningkatkan pola konsumsi masyarakat. Meski demikian, Tauhid menilai transaksi terbesar hanya akan muncul dari masyarakat perkotaan saja.
”Secara nasional saya kira tidak banyak. Itu hanya fenomena di perkotaan. Pengaruhnya juga tidak begitu besar,” katanya.
Jika dilihat dari trennya, lanjut Tauhid, produk-produk yang penjualannya akan meningkat adalah produk kosmetik dan kesehatan. Sementara untuk elektronik atau kuliner juga meningkat, tapi tidak terlalu besar.
”Kalau untuk makanan memang ada peningkatan, tetapi tidak terlalu terdongkrak. Soalnya masyarakat kan lebih banyak makan di rumah,” ujar Tauhid.
Momen parade belanja daring ini kini memang dimanfaatkan oleh para pelaku UMKM untuk menggaet pelanggan baru. Salah satunya di bidang kuliner. Sebab, mereka mengaku banyak kehilangan pelanggan selama masa pandemi Covid-19.
Seperti yang dilakukan Yudi (40), pemilik rumah makan Nasi Uduk KH Syahdan Jakarta Barat. Pada promo 10.10 kali ini, rumah makan Yudi menawarkan potongan harga hingga 50 persen dengan minimal transaksi Rp 69.000.
Tren konsumsi dari masyarakat saat ini tengah menurun. Sebaliknya, tren menabung tengah melonjak.
”Dengan adanya promo ini, otomatis yang beli lewat daring lebih banyak. Seenggaknya nama kami ada di riwayat pembelian. Harapannya konsumen mau pesan lagi,” ujarnya saat ditemui di Jakarta, Sabtu (10/10/2020).
Dengan adanya promo semacam ini, omzet Yudi dari transaksi digital dapat meningkat hingga tiga kali lipat. Jika hari biasa ia mendapatkan Rp 1 juta dalam sehari, kini ia bisa mendapatkan Rp 3 juta dalam sehari.