Di balik berbagai persoalan, urbanisasi atau pemusatan penduduk di perkotaan bisa menjadi peluang kemajuan bangsa sebagai pusat kreativitas dan inovasi untuk pertumbuhan ekonomi yang bertujuan kesejahteraan masyarakat.
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·5 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Di balik berbagai persoalan, urbanisasi atau pemusatan penduduk di perkotaan bisa menjadi peluang kemajuan bangsa. Perkotaan amat mungkin didorong sebagai pusat kreativitas dan inovasi untuk pertumbuhan ekonomi demi meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan warga.
Demikian diutarakan Presiden Joko Widodo saat memberikan sambutan secara virtual dalam Peringatan Hari Habitat Dunia 2020 kepada para delegasi yang datang di Surabaya, Jawa Timur, Senin (5/10/2020). Surabaya terpilih sebagai tuan rumah yang memperlihatkan pengakuan atas prestasi kota tersebut dalam masalah urbanisasi dan pemukiman manusia. Pelaksanaan rangkaian acara di Surabaya berlangsung menerapkan protokol kesehatan ketat.
”Adalah sebuah kehormatan bagi rakyat Indonesia bahwa Kota Surabaya dipercaya sebagai tuan rumah penyelenggara The Global Observance of The World Habitat Day 2020,” ujar Presiden.
Menurut Presiden, peringatan Hari Habitat Dunia bertujuan meningkatkan kesadaran internasional tentang tren urbanisasi, tantangan dan visi untuk pembangunan perkotaan yang berkelanjutan, hingga mempromosikan kerja sama internasional. Selain itu, acara ini bisa memberi kontribusi pada upaya global untuk membangun kota yang adil, makmur dan berkelanjutan, serta meningkatkan lingkungan hidup dan kualitas hidup masyarakat.
”Kita bertemu di Kota Surabaya untuk meyakinkan dunia bahwa Agenda Baru Perkotaan, New Urban Agenda, tahun 2036, tidak bisa ditunda-tunda lagi. Saat ini, 55 persen penduduk dunia tinggal di perkotaan. Di tahun 2050, jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi 68 persen. Laju peningkatan tertinggi terjadi di Asia dan Afrika,” kata Presiden.
Indonesia pada 2030 diprediksi akan berpenduduk hampir 300 juta jiwa. Sebanyak 63,4 persen di antaranya akan tinggal di perkotaan. Karena itu, menurut Presiden, persoalan penataan perkotaan dan agenda baru perkotaan menjadi sangat penting.
Jika tidak disiapkan dan ditangani serius, pertumbuhan pesat masyarakat bisa saja memicu sejumlah permasalahan. Kepadatan dan kemiskinan, lingkungan dan ketersediaan ruang publik, ketersediaan infrastruktur dasar terutama air bersih dan sanitasi, dan masalah penyediaan hunian.
”Namun, jika kita tangani dengan baik, saya yakin urbanisasi dapat menjadi peluang luar biasa bagi kemajuan bangsa. Bisa menjadi pusat kreativitas dan inovasi, bisa memacu pertumbuhan ekonomi, serta meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan warganya,” kata Presiden.
Hari Habitat Dunia 2020 bertema ”Housing for All: A Better Urban Future” dinilai Presiden sangat relevan untuk seluruh dunia. Rumah layak adalah kebutuhan dasar semua orang di seluruh dunia yang akan memperkuat keluarga sebagai pilar utama kekuatan bangsa. Selain itu, berperan sebagai benteng pertahanan pertama melawan berbagai risiko kesehatan, termasuk pandemi Covid-19.
”Pemerintah Indonesia berupaya keras agar setiap warga negara dapat menempati rumah layak huni. Sejak 2015, telah dilaksanakan program Satu Juta Rumah. Target pembangunan satu juta unit rumah per tahun sudah berhasil dilampaui pada 2018 dengan fokus pada masyarakat berpenghasilan rendah,” kata Presiden.
Hingga saat ini, Indonesia juga terus berusaha mengembangkan inovasi pembiayaan untuk meningkatkan akses rumah bagi masyarakat dalam fokus kelompok tersebut. Partisipasi swasta, masyarakat, dan lembaga keuangan terus didorong. Pemerintah juga menjaga pelaksanaan Undang-Undang Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) yang memberikan jaminan ketersediaan sumber dana jangka panjang dan berkelanjutan.
Presiden menyatakan, turut memberikan perhatian serius pada peningkatan kualitas kampung kumuh. Program Perbaikan Kampung dan program Kotaku (Kota Tanpa Kumuh) dilaksanakan dengan menitikberatkan pada kolaborasi antara pemerintah, pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat dalam pelayanan dasar air bersih dan sanitasi layak.
Selain itu, seperti negara-negara lain di dunia yang saat ini tengah sibuk menangani pandemi Covid-19, Indonesia menjadikan pandemi sebagai pembelajaran untuk membangun perkotaan tangguh dan sehat di masa mendatang.
”Pandemi Covid-19 menjadi momentum pembelajaran dan refleksi merancang kebijakan perencanaan dan pengelolaan perkotaan yang inklusif dan berkeadilan. Selain itu, juga meningkatkan ketangguhan menghadapi bencana alam maupun bencana nonalam, termasuk ketangguhan terhadap wabah penyakit,” ujar Presiden.
Presiden berharap, para delegasi dari seluruh negara dapat saling berbagi gagasan, bertukar pengetahuan, keahlian, dan pengalaman. Kerjasama yang terbangun bisa memperkuat kolaborasi meningkatkan ketangguhan kota menghadapi pandemi dan juga bencana lainnya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, pemerintah dan masyarakat Surabaya terhormat dan bangga menjadi tuan rumah peringatan Hari Habitat Dunia 2020. Wabah Covid-19 memaksa penyelenggaraan peringatan berlangsung dalam temu virtual dan fisik dengan penerapan protokol kesehatan.
Menurut Risma, Surabaya berpenduduk 3,1 juta jiwa pada malam dan sekitar 5 juta jiwa pada siang hari. Penambahan populasi ini karena pergerakan pekerja komuter dari wilayah sekitar, seperti Sidoarjo, Gresik, dan Mojokerto. Situasi ini mirip dengan kota-kota besar lainnya di dunia. Surabaya juga mengalami persoalan serupa selama penanganan wabah Covid-19.
”Saat ini, Surabaya masih berusaha menekan sebaran wabah, tetapi juga membuka kota meski perlu penerapan protokol kesehatan,” kata Risma.
Risma menjelaskan, Surabaya juga menghadapi ancaman bencana sebagai dampak pemanasan global. Tanah longsor, gempa bumi, dan kebakaran menjadi potensi bencana yang selalu mengancam. Surabaya hanya berada 5 meter dari permukaan laut. Saat pasang, permukaan laut cuma 2 meter di bawah daratan.
”Pengelolaan banjir terkait hujan deras dan air pasang menjadi salah satu fokus kebijakan selama sepuluh tahun ini,” ujar Risma. Surabaya mampu menurunkan potensi banjir di 50 persen wilayah menjadi 2 persen.
Surabaya juga telah membangun 575 taman, 114 hektar hutan kota, melindungi 2.871 hektar kawasan mangrove, dan 132 hektar sabuk hijau. Surabaya terkenal dengan suhu udara yang tinggi, tetapi program rehabilitasi kawasan hijau mampu menurunkan suhu 2 derajat celsius.