Instagram terus mengembangkan fitur khusus untuk memudahkan pelaku usaha melakukan bisnis. Fitur-fitur bisnis baru diharapkan membantu pelaku usaha memperluas pasar.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Instagram terus mengembangkan fitur khusus untuk memudahkan pelaku usaha melakukan bisnis. Fitur-fitur bisnis baru diharapkan membantu pelaku usaha memperluas pasar.
Selasa (6/10/2020), media sosial milik Facebook tersebut mengumumkan peluncuran fitur belanja (shopping) untuk konten video berdurasi di atas satu menit, IGTV, di akun pengguna bisnis. Dengan fitur itu, penonton IGTV bisa mengetahui detail produk.
”Kami akan sediakan fitur ini secara bertahap, tetapi secepat mungkin. Ini upaya kita membantu pelaku UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) untuk menangkap lebih banyak pelanggan,” kata Country Director Facebook Indonesia Pieter Lydian dalam konferensi pers virtual hari ini.
Di luar fitur baru tersebut, pemilik toko bisa memanfaatkan beberapa fitur untuk berpromosi. Mulai dari umpan (feed), yang bisa menjadi katalog bisnis dalam jaringan (daring) dan menghubungkan pelanggan dengan situs resmi usaha. Ada juga fitur stories untuk berinteraksi lebih interaktif dalam waktu 24 jam, fitur pesan (direct message), dan siaran langsung.
Berdasarkan data internal Instagram, Indonesia menduduki lima besar jumlah produk bisnis terbanyak. Sebanyak 90 persen pengguna juga mengikuti setidaknya satu akun bisnis. Selain itu, Instagram juga digunakan untuk mencari akun kreator atau pemengaruh (influencer), yang kerap membantu menghubungkan pelaku usaha dengan pasar potensial.
CEO Men\'s Republic, merek fesyen pria, Yasa Singgih, mengakui, media sosial seperti Instagram sangat membantu bisnisnya untuk cepat berkembang tanpa perlu modal besar untuk berjualan di luar jaringan (luring).
”Saya beruntung bisa bisnis di era ketika Instagram sedang marak di tahun 2013-2014. Instagram jadi bagian penting bagi bisnis kami karena pada awalnya usaha ini saya buka saat saya masih kuliah, enggak ada modal untuk buka toko dan ikut bazar. Jadi, jualan di Instagram ini jadi salah satu opsi,” ungkapnya.
Setelah mengenal Instagram di 2014, Yasa menyebut, usaha mereka telah menjangkau pasar dari banyak wilayah di Indonesia, bahkan internasional, pada 2016. Tahun ini, media sosial juga membantu usaha mereka beroperasi di tengah penurunan omzet akibat pembatasan sosial dan menurunnya daya beli masyarakat.
”Sejak awal PSBB (pembatasan sosial berskala besar), kami memfokuskan bisnis di Instagram untuk membantu bisnis kami yang merosot drastis dibandingkan dengan tahun lalu,” ujar Yasa.
Pendiri dan Chief Marketing Officer (CMO) BLP Beauty Lizzie Parra menyebutkan, media sosial, seperti Instagram, tidak hanya untuk berjualan. Media sosial itu juga membantu menjaga dan meningkatkan interaksi dengan pelanggan, terlebih pada masa sulit karena pandemi.
”Kami terus berkomunikasi dengan pelanggan dengan bikin konten yang positif. Kami buat konten tips makeup, konten di balik layar untuk tahu kegiatan kami, dan konten lain yang relevan untuk membuat mereka lupa dengan stres,” ujarnya.
Siaran langsung
Dari berbagai fitur yang disediakan di Instagram untuk berbisnis, fitur belanja langsung (live shopping) dirasakan berdampak besar bagi pelaku usaha untuk menarik penjualan. Pieter mencatat, penggunaan live shopping yang naik signifikan secara global digunakan secara optimal oleh pebisnis di Indonesia.
”Pemilik akun bisnis menggunakannya untuk flash live shopping. Figur Zaskia Mecca, misalnya, menjual 100 persen stok lama produk modenya dalam siaran langsung selama satu jam. Jadi, powerful sekali. Ada juga toko sepatu yang mengadakan flash sale setiap Jumat, dan bisa menjual produknya dalam waktu 1-2 menit setelah siaran,” cerita Pieter.
Pengalaman menarik lainnya juga dibagikan Lizzie, yang baru memanfaatkan fitur siaran langsung untuk menjual produk BLP Beauty selama pandemi.
”Waktu itu, momennya sebelum Lebaran. Setelah siaran langsung, dalam tiga hari kami memproses pengiriman 17.000 paket. Dari sini kami menangkap, orang Indonesia kalau diburu-buru akan jadi menggebu-gebu,” tuturnya.
Tren siaran langsung untuk berpromosi melalui platform digital tidak hanya muncul di media sosial, tetapi juga mulai marak platform e-dagang. Laporan ”The Future Is Now” oleh Lazada, fitur siaran langsung atau live streaming disebutkan mengubah strategi pemasaran, khususnya di peritel Asia Tenggara.
Tren tersebut muncul dari pengalaman China yang menghasilkan nilai penjualan dari aktivitas siaran langsung sampai 61 miliar dollar AS di 2019. Nilai itu, oleh perusahaan konsultan iiMedia diprediksi meningkat dua kali lipat di 2020.