Percepat Pemulihan Ekonomi dengan Teknologi dan Digitalisasi
Beberapa perusahaan teknologi, yang mampu bertahan selama pandemi Covid-19, bergotong royong untuk mendukung pemulihan ekonomi dan kesehatan lewat teknologi.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perusahaan teknologi adalah segelintir sektor usaha yang mampu bertahan selama pandemi Covid-19 melumpuhkan ekonomi nasional. Dengan kekuatan yang dimiliki, beberapa dari mereka bergotong royong untuk mendukung pemulihan ekonomi dan kesehatan lewat teknologi.
Perusahaan infrastruktur digital terintegrasi, Biznet, contohnya, tetap berekspansi untuk memenuhi kebutuhan di berbagai wilayah Indonesia. Sejak awal pandemi sampai Senin (5/10/2020), perusahaan itu menambah 5.000 kilometer (km) kabel optik, hingga kini ada 45.000 km. Jaringan kabel optik itu diperluas ke wilayah timur Indonesia, melalui Bali dan Sulawesi.
Yudie Haryanto, VP Marketing Biznet, dalam konferensi pers virtual hari Senin (5/10/2020) juga menyebut, jumlah rumah yang dilalui jaringan internet mereka bertambah menjadi 600.000 atau naik 100.000 dibandingkan dengan sebelum pandemi. Hal ini terjadi karena banyaknya peningkatan permintaan di lingkungan perumahan karena naiknya tuntutan bekerja dan belajar dari rumah.
”Di kondisi seperti ini, kami tetap ekspansi. Di saat-saat seperti ini, digital dan teknologi jadi tulang punggung di setiap hal. Kami harus komitmen untuk menjangkau kota-kota lain, perumahan, hingga spot-spot yang belum kami layani sebelumnya,” katanya.
Sembari memperluas jangkauan jaringan, Biznet juga berupaya mendukung pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang tidak sedikit terdampak pandemi. Salah satu dukungan yang mereka berikan adalah pelatihan virtual untuk mendorong UMKM memanfaatkan digitalisasi sebagai peluang usaha.
”Melalui cara ini, kami bisa memberi masukan tentang inovasi produk, pemanfaatan digital untuk usaha yang jauh lebih efisien dan efektif, pembuatan situs untuk berjualan online,” tutur Yudie.
Segmen pelanggan UMKM di Biznet disebut mencapai 15 persen dari total 300.000 akun jaringan. Adapun persentase pelanggan perorangan mencapai 60 persen.
Youtap, perusahaan teknologi digital untuk pelaku usaha, juga mendukung percepatan pemulihan UMKM dengan mengadakan webinar pemanfaatan teknologi untuk usaha. Chief Executive Officer Youtap Indonesia Herman Suharto menyebut, baru-baru ini Youtap bersama dengan Dinas UMKM Kota Bandung mengedukasi ratusan pelaku UMKM dari sejumlah kota di wilayah Bandung Raya.
”Pemanfaatan teknologi tidak hanya untuk bertahan di masa pandemi, tetapi diharapkan juga bisa membuat UMKM bisa menjemput kesempatan yang lebih baik di masa yang akan datang,” jelas Herman dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.
Perusahaan asal Selandia Baru itu menyediakan layanan pembayaran tunai dan nontunai, layanan kasir, pengelolaan inventori, laporan, analisis, hingga loyalitas pelanggan.
Dalam waktu 100 hari pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi, sejak 5 Juni hingga 13 September, data internal mereka mencatat ada kenaikan lima kali lipat atau sebanyak lebih dari 20.000 merchant dibandingkan dengan masa PSBB pertama (16 Maret-4 Juni). Kini, lebih dari 50.000 UMKM, yang berdomisili di Jabodetabek, Jawa Barat, dan Jawa Tengah, tergabung dalam ekosistem mereka.
Tren itu berdampak pada transaksi nontunai yang meningkat 4,5 kali lipat. Adapun jenis usaha yang paling banyak mengadaptasi pembayaran nontunai adalah warung kaki lima, restoran, atau usaha kuliner lainnya (57 persen). Diikuti supermarket dan toko kelontong (20 persen), ekosistem pasar tradisional (8 persen), dan layanan umum seperti laundry (7 persen).
Pemanfaatan transaksi nontunai diharapkan bisa membantu mengurangi penyebaran penyakit Covid-19 yang disebabkan virus korona jenis baru.
Kesehatan
Upaya perbaikan kesehatan juga diupayakan Biznet yang berinovasi lewat produksi masker bernama PrimaMedix.
Produk yang dihasilkan adalah masker 3-ply (masker tiga lapis) dan N95 yang direkomendasikan untuk pencegahan Covid-19.
Bagus Wicaksono, selaku Senior Manager Sales Regional 2 Biznet, mengatakan, aksi korporasi itu diambil untuk menanggapi ketidaksiapan Indonesia dalam mengendalikan kelangkaan dan kenaikan harga masker.
”Kami juga melihat banyak masker diproduksi di Pulau Jawa, tetapi tidak banyak yang bisa mendukung sampai ke daerah timur Indonesia. Produk masker kami dibuat secara lokal di pabrik di Bali. Ini kami harapkan bisa berkontribusi bagi Indonesia,” kata Bagus.
Industri kesehatan yang dirintis Biznet pun, ujar Bagus, tidak asal-asalan. Pabrik masker mereka dijamin dengan sertifikasi Clean Room Class ISO 8, yang memastikan kehigienisan ruangan produksi. Teknologi otomatisasi dan mesin pembelajar juga dipakai untuk menghasilkan produk berkualitas.
”Proses pengiriman juga menggunakan teknologi. Masyarakat bisa membeli dari website dan toko ritel,” lanjutnya.