Ekonomi Syariah Prospektif, Tantangannya Pacu Literasi
Pelaku industri keuangan dan pemangku kebijakan membutuhkan upaya ekstra untuk menggenjot literasi keuangan syariah yang pada 2019 hanya 16,34 persen dari skala 100 persen.
JAKARTA, KOMPAS — Sistem ekonomi syariah dinilai membuktikan diri mampu bertahan di tengah melemahnya putaran roda ekonomi akibat pandemi Covid-19. Sayangnya, literasi mengenai sistem keuangan syariah masih minim sehingga dampak ekonomi syariah terhadap ketahanan ekonomi dalam negeri belum signifikan.
Dalam webinar Perbankan Syariah bertema ”Memacu Literasi Keuangan Syariah Mendorong Pemulihan Ekonomi Nasional”, Senin (5/10/2020), Direktur Utama PT Bank BRIsyariah Ngatari mengatakan, lewat sistem ekonomi dengan prinsip kebermanfaatan secara berkelanjutan, lembaga keuangan syariah perlahan sebenarnya menjelma menjadi opsi pembiayaan maupun investasi masyarakat.
”Ekonomi dan keuangan syariah terbukti mampu bertahan di tengah krisis pandemi sehingga berpotensi menjadi salah satu solusi pemulihan ekonomi nasional. Namun, kinerja sisi industri keuangan syariah saja tidak cukup untuk membangun ekosistem ekonomi syariah,” ujarnya.
Ekonomi dan keuangan syariah terbukti mampu bertahan di tengah krisis pandemi sehingga berpotensi menjadi salah satu solusi pemulihan ekonomi nasional. Namun, kinerja sisi industri keuangan syariah saja tidak cukup untuk membangun ekosistem ekonomi syariah.
Sayangnya, menurut Ngatari, pelaku industri keuangan dan pemangku kebijakan masih membutuhkan upaya ekstra untuk menggenjot literasi keuangan syariah yang pada 2019 hanya 16,34 persen dari skala 100 persen. Skala ini menunjukkan masih banyaknya ruang yang perlu diisi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terkait ekonomi dan keuangan syariah.
”Semakin tinggi tingkat pemahaman masyarakat, semakin banyak industri dan investasi berbasis syariah terbentuk. Dan keuangan syariah semakin maju dan harapannya menjadi pusat keuangan syariah di dunia,” ujar Ngatari.
BRI Syariah per Agustus 2020 mencatatkan pencapaian laba bersih sebesar Rp 168 miliar, naik 158,46 persen dibandingkan denan periode Agustus 2019. Perolehan laba ini ditopang oleh pendapatan penyaluran dana sebesar Rp 1,84 triliun, naik 19,75 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Makroekonomi dan Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat menilai, peningkatan literasi ekonomi dan keuangan syariah perlu ditingkatkan dengan cara yang mudah diterima masyarakat di berbagai lapisan.
”Potensi memanfaatkan sistem syariah bisa dimulai dengan contoh hal terkecil agar bisa menyentuh masyarakat Indonesia yang mayoritas Muslim. Dewan masjid pun bisa menjadi penggerak dalam menerapkan sistem tersebut,” ujarnya.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Petugas menghitung pecahan mata uang rupiah di BRI Syariah kantor cabang Abdul Muis, Jakarta, Rabu (17/5).
Contoh sederhananya, lanjut Budi, dewan masjid bisa mengelola zakat, infak, atau sedekah dari jemaah masjid ke dalam instrumen sukuk atau saham syariah untuk melebarkan manfaat yang lebih luas lagi. Upaya ini bisa meningkatkan literasi masyarakat terkait berbagai pilihan instrumen investasi khususnya yang berbasis syariah.
”Masa depan ekonomi dan keuangan syariah ini luar biasa. Ada baiknya literasi ekonomi dan keuangan syariah dilakukan secara terus-menerus dan lebih efektif,” kata Budi.
Pasar modal
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Hasan Fawzi mengatakan, upaya meningkatkan literasi keuangan syariah tidak boleh putus meski di masa pandemi. BEI menggelar sejumlah program edukasi virtual, termasuk untuk literasi, inklusi, dan aktivasi virtual. Masyarakat dimudahkan untuk menjadi investor dengan cara daring tanpa perlu keluar rumah.
”Dengan penggunaan sarana teknologi, pencapaian program literasi syariah di BEI malah lebih tinggi di masa pandemi ini dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya,” ujar Hasan.
Per Agustus 2020, investor saham syariah telah mencapai 78.199 investor atau sekitar 5,9 persen dari total investor saham di Indonesia. BEI mencatat, saham syariah telah mencapai 63 persen dari saham yang tercatat di pasar modal Indonesia.
Sementara itu, sejak awal tahun hingga awal Oktober 2020, nilai transaksi saham-saham syariah di pasar modal Indonesia mencapai Rp 3.953 miliar, setara 64,31 persen dari nilai total transaksi, yakni Rp 6.146 miliar.
Pengembangan pasar modal syariah menjadi salah satu area pertumbuhan baru dan menjadi salah satu pilar dalam fokus BEI lima tahun ke depan. Sejumlah strategi yang sudah dicanangkan BEI adalah program literasi dan inklusi, program pengembangan efek dan instrumen syariah, program pengembangan infrastruktur, program penguatan sinergi, serta pemanfaatan teknologi untuk pendidikan dan investasi syariah.
”Pengembangan literasi ini pun membawa hasil signifikan dalam empat tahun terakhir. Jumlah investor saham syariah di Indonesia sudah meningkat hingga 537 persen. Selama pandemi, program edukasi daring terus meningkatkan efektivitas kegiatan literasi ini,” ujar Hasan.
Hasan menjelaskan, BEI telah mengambil strategi agar pasar modal syariah mampu bersaing di sektor lainnya melalui program edukasi serta inovasi produk dan infrastruktur, baik dari sisi permintaan maupun pasokan. BEI memiliki kebijakan yang kuat dalam memastikan fokus dan keseriusan dalam mengembangkan area pasar modal syariah.