Pandemi membuat pergerakan kita dibatasi dinding-dinding rumah. Namun, pandemi tak mampu membatasi ide yang mencuat atau menuntaskan rencana yang selama ini tertunda.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·4 menit baca
Sejak kanak-kanak, kita diajarkan untuk menggantungkan cita-cita setinggi langit. Kita juga diajarkan bermimpi menaklukkan dunia. Semua itu membekas dan mendidik kita untuk berpikir tak terbatas saat mengarungi dunia. Namun, pandemi Covid-19 membuat semua hal berubah. Dunia tak lagi luas, menjadi hanya sekitar rumah kita. Pilihan-pilihan menjadi terbatas.
Bagaimana kita bisa mengkreasi sebuah ruang aman agar mimpi kita tetap tak terbatas serta kreativitas bisnis tetap menyala? Istilah ruang aman (safe space) semula dipakai di dunia kesehatan mental kaum milenial. Tempat itu sebagai fasilitas, yang antara lain untuk melindungi anak-anak yang termarjinalkan, menghindarkan anak-anak dari kekerasan, dan melindungi mereka dari ujaran kebencian. Meski demikian, ruang itu tidak merujuk pada tempat spesifik. Sekolah yang membuat rasa aman bagi anak-anak juga disebut mempunyai ruang aman.
Kini, istilah ruang aman meluas. Anak-anak muda yang menekuni bisnis ternyata juga mengenal ruang aman, tempat mereka bisa berpikir bebas untuk mengeluarkan ide-ide kreatif. Di dalam teori-teori pelatihan, ruang aman mensyaratkan mereka tidak akan dihakimi ketika mereka menampilkan diri dan pendapat. Mereka juga merasa ide disambut. Mereka yang tidak paham atau tidak mengetahui tentang sesuatu hal tak perlu merasa minder karena ruang aman menjadi tempat bertanya dan menambah ilmu pengetahuan. Di tempat itu mereka didorong membuat dan menyampaikan ide tanpa merasa diserang atau direndahkan.
Mengkreasi ruang aman, terutama menjadikannya sebagai ruang kreativitas, di dalam konteks pandemi saat ini semakin tak mudah. Ada konflik di dalam rumah di tengah pandemi dan potensi penularan antara anggota keluarga.
Berbagai masalah juga muncul di rumah. Oleh karena itu, semua masalah harus bisa dikendalikan lebih dahulu, baru bicara perihal ruang aman untuk kreativitas. Ruang aman kreativitas memungkinkan kreativitas alami muncul, tidak terkungkung rasa takut, dan bebas dari kecaman tak berguna.
Ruang aman bakal muncul ketika kita berhasil membebaskan diri dari batasan dinding-dinding rumah. Dinding tidak bisa lagi menghalangi ketika kita mulai mengeksplorasi pengetahuan dan pengalaman. Mengambil kursus daring dan membaca materi kegemaran kita akan membuat pikiran kita melayang jauh dibandingkan dengan terpenjara di ruang sempit.
Langkah berikutnya adalah membuat pikiran kita selalu aktif. Artikel di American Marketing Association menyebutkan, agar pikiran aktif, kita perlu melakukan kegiatan yang selama ini tak tersentuh, seperti memainkan gitar yang tak dipegang saat kondisi normal, meramu kopi yang tak pernah dilakukan, dan memperbaiki kondisi rumah yang terabaikan. Semua hal itu akan berbuah pada kemunculan kreativitas meskipun kita di ruang-ruang terbatas. Ide-ide kreatif akan hadir karena kita merasa aman di tengah pembatasan.
Eksplorasi pengetahuan dan pengalaman serta pikiran yang selalu aktif juga mendorong orang untuk memburu ide-ide melampaui keadaan yang ada pada dirinya. Bagi mereka yang selama ini tak mau tampil untuk membeberkan ide-ide, berbagai aktivitas itu akan membuat percaya diri melontarkan ide kreatif. Kepercayaan diri menjadi kunci. Oleh karena itu, ide-ide bisnis muncul pada masa pandemi.
Tulisan di The New York Times beberapa waktu lalu yang berjudul ”Is a Pandemic the Right Time to Start Business? It Just Might Be”, membuat orang bertanya, mungkinkah membuat bisnis di tengah krisis? Kita masih ingat krisis finansial pada 2008 malah memunculkan perusahaan-perusahaan hebat seperti Airbnb dan Uber.
Setiap krisis sesungguhnya adalah tantangan bagi wirausaha. Dua alasan mereka memasuki bisnis pada saat pandemi adalah kompetitor untuk mendapatkan sumber daya berkurang dan konsumen memiliki kebutuhan baru yang harus dipenuhi.
Kompetisi memperoleh sumber daya manusia yang terbaik menjadi kecil di tengah situasi banyak orang ingin mencari kerja. Orang melamar untuk posisi tertentu sangat banyak. Suku bunga untuk kredit juga rendah karena ekonomi melemah. Biaya ruang untuk kantor dan gudang menjadi sangat murah. Di sisi lain, ketika pandemi, muncul peluang baru. Bisnis terkait kesehatan mudah mendapatkan pasar karena banyak orang memerlukan produk kesehatan. Bisnis konsultasi kesehatan jarak jauh merebak di berbagai tempat.
Bagi kita di Indonesia, melihat permasalahan yang muncul ketika kita lebih banyak berada di rumah, sebenarnya banyak ide bisnis di tengah masalah itu. Sebagian orang mencari solusi untuk mendidik anak di rumah, mencari tukang potong rambut yang aman, mencari cara membersihkan rumah yang aman, mencari cara menghibur diri di rumah, dan lain-lain.
Prinsip memulai bisnis adalah mengetahui kebutuhan konsumen, menyelesaikan masalah konsumen, dan mempunyai kapasitas untuk memperbaiki layanan atau produk dibandingkan yang ada selama ini. Satu hal lagi, kita harus yakin bisa membebaskan diri dari dunia yang semakin kecil sejak pandemi.