Tren Penumpang Naik, tetapi Masih Jauh di Bawah Tahun 2019
BPS mencatat, total penumpang selama Januari-Agustus 2020 mencapai 21,6 juta orang, turun 56,99 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pandemi Covid-19 benar-benar memukul industri penerbangan.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Meski secara bulanan ada kecenderungan naik, jumlah penumpang pesawat secara kumulatif di tengah pandemi Covid-19 anjlok dibandingkan dengan kondisi normal. Situasi ini terjadi baik di penerbangan domestik maupun internasional.
Badan Pusat Statistik (BPS) pada Kamis (1/10/2020) merilis, jumlah penumpang angkutan udara domestik yang diberangkatkan pada Agustus 2020 mencapai 1,99 juta orang. Jumlah ini naik 36,23 persen dibandingkan posisi Juli 2020 yang tercatat 1,46 juta orang.
Tren penurunan jumlah penerbangan terjadi sejak Januari 2020, lalu mencapai titik terendah pada Mei 2020 dengan 0,9 juta orang. Namun, sejak itu jumlah penumpang berangsur naik, lalu mencapai 1,99 juta orang orang pada Agustus 2020.
Peningkatan terjadi di semua bandara utama yang diamati, yaitu Bandara Ngurah Rai (Denpasar) 101,21 persen, Hasanuddin (Makassar) 67,63 persen, Juanda (Surabaya) 53,88 persen, Kualanamu (Medan) 42,29 persen, dan Soekarno-Hatta (Banten) 34,35 persen.
Akan tetapi, jumlah penumpang angkutan udara domestik tahun ini anjlok dibandingktan tahun lalu. BPS mencatat, total penumpang selama Januari-Agustus 2020 mencapai 21,6 juta orang, turun 56,99 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 50,3 juta orang.
Kontraksi lebih dalam secara tahunan terjadi di penerbangan internasional. Jumlah penumpang angkutan udara ke luar negeri atau internasional pada Agustus 2020 sebanyak 31.100 orang atau naik 21,01 persen dibandingkan Juli 2020 yang 25.700 orang.
Secara kumulatif, jumlah penumpang angkutan udara ke luar negeri, baik menggunakan penerbangan nasional maupun asing, sepanjang Januari-Agustus 2020 mencapai 3,48 juta orang. Jumlah penumpang angkutan udara internasional ini turun 71,51 persen dibandingkan dengan periode sama 2019 yang mencapai 12,2 juta orang.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, pandemi Covid-19 telah memukul berbagai sektor. Sektor transportasi di triwulan II-2020 mengalami kontraksi atau tumbuh minus 30,84 persen akibat penurunan mobilitas masyarakat. Khusus angkutan udara, kontraksi mencapai 80,23 persen.
”Namun, Agustus-September 2020 ini sudah naik pada suatu besaran-besaran yang lebih bagus,” kata Budi Karya pada seminar dalam jaringan bertajuk ”Resiliensi Kinerja dan Strategi Pemulihan Bisnis Sektor Transportasi Udara pada Saat hingga Pascapandemi Covid-19”, beberapa waktu lalu.
Pemangku kepentingan di industri penerbangan diminta menerapkan protokol kesehatan dengan baik dan konsisten agar pandemi Covid-19 tidak berkelanjutan. Ketahanan dan kelangsungan industri penerbangan juga harus dijaga.
”Rekan-rekan dunia penerbangan juga harus punya kepercayaan diri untuk bergerak dengan melakukan penelitian, upaya penanganan Covid-19, kampanye tentang HEPA (high efficiency particulate air), dan kegiatan lain,” kata Budi.
Ketua Umum Asosiasi Pilot Helikopter Indonesia Capt Imanuddin Yunus berpendapat perlu ada tambahan pengumuman oleh awak bahwa penyaring udara di kabin penerbangan dirawat secara reguler. ”Hal ini untuk memberikan keyakinan kepada penumpang agar merasa aman saat dia terbang,” katanya.
Imanuddin pun mengusulkan, saat pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, pemerintah perlu membuat penerbangan helikopter yang dinamakan Flying Doctor seperti sudah dilaksanakan negara-negara tetangga. Penerbangan ini untuk melayani kebutuhan kesehatan masyarakat di pedalaman atau daerah terpencil.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Novie Riyanto pada Jumat (2/10/2020) belum memberikan respons ketika ditanya terkait apakah ada maskapai yang mengajukan program terbang tanpa tujuan di wilayah Indonesia.