Presiden Jokowi Mengajak Masyarakat Tetap Optimistis
Presiden Joko Widodo meminta supaya tak ada yang berpolemik dan menimbulkan kegaduhan-kegaduhan dalam mengatasi pandemi Covid-19. Justru sembari optimistis, kerja keras harus dilakukan untuk mengatasi Covid-19.
Oleh
NINA SUSILO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah tujuh bulan menghadapi pandemi Covid-19, Presiden Joko Widodo mengklaim kondisi penanganan kesehatan dan ekonomi di Indonesia relatif cukup baik. Perbaikan dan penyesuaian kebijakan tetap perlu dilakukan. Untuk itu, diperlukan kerja keras bersama dan sikap optimistis.
Dalam video yang diunggah di akun Youtube Sekretariat Presiden, Sabtu (3/10/2020) petang, Presiden Jokowi menegaskan kembali strategi pemerintah untuk mencari titik keseimbangan antara penanganan kesehatan dan ekonomi. Sebab, kendati memprioritaskan kesehatan publik, ekonomi tak dikorbankan.
”Jika kita mengorbankan ekonomi, sama saja dengan mengorbankan kehidupan puluhan juta orang. Ini bukan opsi yang bisa kita ambil. Sekali lagi kita harus mencari keseimbangan yang pas,” tuturnya.
Karena itu, opsi lockdown dinilai tak cocok. Pembatasan sosial skala mikro yang kini dirasa lebih tepat. ”Tidak perlu sok-sokan akan me-lockdown provinsi, me-lockdown kota, atau me-lockdown kabupaten karena akan mengorbankan kehidupan masyarakat. Namun, kita tetap serius mencegah penyebaran wabah supaya tidak meluas,” kata Presiden.
Dengan kebijakan pembatasan sosial, pemerintah mengklaim kondisi penanganan Covid-19 cukup baik. Hal ini bila dibandingkan dengan kondisi penanganan Covid-19 di negara-negara berpenduduk banyak seperti India, Amerika Serikat, dan Brasil. Per 2 Oktober 2020, jumlah kasus di Amerika Serikat mencapai 7.495.136 kasus, India 6.397.896 kasus, Brasil 4.849.229 kasus, Rusia 1.194.643 kasus, sedangkan Indonesia 295.499 kasus. Dari angka kematian juga Indonesia masih berada di angka 10.972 pada 2 Oktober, sedangkan di AS sudah 212.665 orang dan Brasil 144.767 orang.
Kasus positif Covid-19 di Indonesia terus bertambah secara signifikan. Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengakui peningkatan ini. Dalam jumpa pers virtual dari Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (1/10/2020), Wiku menjelaskan, dua pekan terakhir, jumlah kasus terkonfirmasi positif terus naik seiring peningkatan kasus di sepuluh provinsi prioritas. Kesepuluh provinsi itu ialah DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Papua, Bali, dan Banten.
Namun, bila melihat negara berpenduduk banyak lainnya, misalnya China, tampak penanganan di Indonesia masih tertinggal. Dalam situs worldometers.info, China hanya mencatatkan 85.434 kasus dan kematian 4.634. Padahal, China yang menghadapi Covid-19 paling awal.
Ekonomi tidak buruk
Presiden Jokowi dalam videonya juga mengklaim usaha menjaga kondisi perekonomian Indonesia tidak terlalu buruk. Dia mengakui ada penurunan dalam pertumbuhan ekonomi, tetapi ini dialami semua negara, bahkan banyak yang mengalami perlambatan yang lebih parah.
Ditunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal kedua 2020 yang minus 5,32 persen masih relatif lebih baik ketimbang India yang minus 23,9 persen, Spanyol minus 22,1 persen, Inggris minus 21,7 persen, Perancis minus 19 persen, Meksiko minus 18,9 persen, Italia minus 17,3 persen, Jerman minus 11,7 persen, Jepang minus 9,9 persen, dan AS minus 9,5 persen.
Ketimbang negara-negara Asia Tenggara, seperti Malaysia yang mengalami minus 17,1 persen, Filipina minus 16,5 persen, Singapura minus 13,2 persen, dan Thailand minus 12,2 persen, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal kedua masih lebih baik.
”Ini harus kita ambil hikmahnya agar tetap optimis, tetap optimis dan tidak kehilangan harapan. Sekali lagi kita harus tetap optimis,” kata Presiden.
Selain itu, pemerintah melakukan banyak hal untuk tetap melindungi masyarakat dari dampak pandemi. Alokasi anggaran perlindungan sosial yang awalnya Rp 203,9 triliun kini menjadi Rp 239,53 triliun. Dana ini digunakan dalam berbagai program, seperti Program Keluarga Harapan, bantuan pangan nontunai, sembako, bantuan sosial tunai, Kartu Prakerja, bantuan langsung tunai dana desa, banpres produktif untuk modal kerja, subsidi gaji, dan diskon listrik.
Namun, program-program ini diakui belum memuaskan bagi Presiden Jokowi. Para menteri diharap bekerja lebih keras dan mencari program yang lebih tepat sasaran. Kebijakan yang lebih baik terus dicari.
Karena itu, menurut Presiden Jokowi, masyarakat diharap tak ragu melapor dan memberikan masukan untuk perbaikan-perbaikan ke depan. Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian juga diperintahkan mendorong pemerintah daerah menerima masukan dan aduan untuk memperbaiki kebijakan-kebijakan.
Kendati demikian, Presiden Jokowi meminta pula supaya tak ada yang berpolemik dan menimbulkan kegaduhan-kegaduhan dalam mengatasi pandemi Covid-19. Justru, sembari optimistis, kerja keras harus dilakukan untuk mengatasi Covid-19.
Terakhir, Presiden menyampaikan apresiasinya kepada dokter, perawat, tenaga medis, TNI/Polri, ASN, dan sukarelawan. Masyarakat juga diminta untuk berubah dan menaati protokol kesehatan. Disiplin 3M, memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan, harus dilakukan.
”Tetap optimis mengatasi masalah. Saya percaya jika kita saling melindungi, saling membantu, saling mengingatkan satu sama lain, kita akan mampu melalui masa-masa sulit ini,” tuturnya.