Pelaku Pasar Rasional Tanggapi Kabar Trump Positif Covid-19
Pada awal sesi kedua perdagangan, IHSG sempat anjlok karena kabar Donald Trump terinfeksi Covid-19. Namun, IHSG merangkak naik karena pelaku pasar mulai rasional bahwa kejadian itu tersebut tidak akan menekan ekonomi.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kabar Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Ibu Negara AS Melania Trump positif terpapar Covid-19 tidak berdampak signifikan terhadap pergerakan bursa saham dalam negeri. Penurunan indeks saham di akhir pekan disebabkan aksi ambil untung investor setelah penguatan indeks di hari sebelumnya.
Pada penutupan perdagangan, Jumat (2/10/2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 0,87 persen atau 43,36 poin ke level 4.926,73. Sejak pembukaan hingga penutupan perdagangan, IHSG terus berada di zona merah.
Saat dihubungi Jumat sore, analis Indopremiere Sekuritas, Mino, mengatakan, pernyataan bahwa Trump terpapar Covid-19 hanya menjadi sentimen kejutan bagi pelaku pasar dalam negeri. Indeks terus berada di zona merah akibat aksi ambil untung investor atas kenaikan indeks pada hari sebelumnya yang mencapai 2 persen.
”Memang, pada awal sesi perdagangan kedua, IHSG anjlok. Namun, kemudian naik lagi karena para pelaku pasar mulai rasional bahwa dampak dari terinfeksinya Donald Trump tidak akan sampai menekan perekonomian,” ujar Mino.
Sepanjang perdangangan Jumat, nilai transaksi di pasar modal mencapai Rp 6,14 triliun dengan jumlah transaksi 621.151 kali. Investor asing mencatatkan aksi jual bersih sebesar Rp 49,11 miliar.
Trump terpapar Covid-19 hanya menjadi sentimen kejutan bagi pelaku pasar dalam negeri.
Data Bursa Efek Indonesia menunjukkan, sejak awal tahun ini, investor asing membukukan jual bersih Rp 43,65 triliun. Adapun IHSG sejak awal tahun melemah 21,79 persen.
Sementara itu, analis Binaartha Sekuritas, Nafan Aji Gusta, mengatakan, sentimen dari kondisi Trump yang positif Covid-19 berpotensi memengaruhi keputusan transaksi investor pasar modal dalam negeri pada awal pekan depan.
Namun, pada perdagangan akhir pekan ini tidak terlalu mengganggu persepsi pelaku pasar dalam negeri. Ada sejumlah sentimen lain yang lebih kuat memicu langkah investor meninggalkan pasar modal, salah satunya adalah kinerja Purchasing Manager’s Index atau PMI manufaktur Indonesia yang kembali melorot.
PMI manufaktur Indonesia pada September 2020 anjlok hampir 4 poin dari Agustus 2020 yang sebesar 50,8 menjadi 47,2. Sektor manufaktur yang kembali terkontraksi, lanjut Nafan, mempertegas resesi yang dialami Indonesia pada triwulan III-2020.
”Resesi sudah pasti. Akan tetapi, seberapa dalam kontraksi ekonomi yang akan terjadi masih membuat para pelaku pasar waswas,” ujarnya.
Sektor manufaktur yang kembali terkontraksi mempertegas resesi yang dialami Indonesia pada triwulan III-2020.