Bank Jateng Incar Penyaluran Kredit hingga Pelosok dengan Program Inovatif
Sebagai bank penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR), Bank Jateng dinilai berpeluang membuka gerai sampai pelosok desa, termasuk bagi petani. Hingga September 2020, kredit Bank Jateng tumbuh 3,89 persen.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Bank Jateng menyasar penyaluran kredit hingga pelosok, termasuk kepada petani, karena peluang pasarnya terbuka. Guna mendukung upaya itu, inovasi dan teknologi menjadi kunci keberhasilan. Harapannya, masyarakat akan semakin mudah mendapat pembiayaan.
Direktur Bank Jateng Supriyatno menuturkan, menjamurnya teknologi finansial (fintech) di masyarakat menjadi tantangan sekaligus peluang untuk menciptakan produk inovatif. Kehadiran fintech bukan berarti mematikan industri perbankan, tetapi bisa berkolaborasi.
Meski tidak mudah, hal tersebut bukannya tak mungkin. Sebagai bank penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR), Bank Jateng berpeluang membuka gerai sampai ke pelosok desa. Di era digital saat ini, kata Supriyatno, inovasi menjadi kata kunci.
”Kami berharap bisa semakin memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menciptakan program yang inovatif. Masih banyak pasar bisa digarap, termasuk juga bagi petani untuk membantu mereka mendapat modal kredit,” ujar Supriyatno, Jumat (2/10/2020).
Adapun selama pandemi Covid-19, kredit Bank Jateng, hingga September 2020, masih tumbuh 3,89 persen dibandingkan September 2019. Efisiensi biaya operasional dan penghematan anggaran turut menyumbang perolehan laba.
Restrukturisasi
Salah satu program yang dilakukan di tengah pandemi Covid-19 ialah restrukturisasi kredit. Hingga September 2020, terdapat 16.048 nasabah Bank Jateng yang mengikuti program restrukturisasi kredit senilai total Rp 5 triliun.
Pada pandemi Covid-19, Bank Jateng juga dipercaya mengelola uang negara sebesar Rp 2 triliun dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Bank Jateng berkewajiban meneruskan penempatan dana itu dalam bentuk penyaluran kredit kepada masyarakat.
”Dalam kondisi pandemi ini, banyak masyarakat terdampak, apalagi usaha-usaha mikro. Kami diharapkan menyalurkan kredit itu ke sektor-sektor yang terdampak. Meski sejak April kami sudah lakukan restrukturisasi ke banyak sektor,” kata Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko Bank Jateng Ony Suharsono di Kota Semarang, Jumat.
Adapun rasio kredit bersamalah (NPL) Bank Jateng per September 2020 yakni 3,78 persen dengan ekuivalen Rp 1,809 triliun. Angka itu masih dalam ketegori sehat karena berada di bawah ketentuan, yakni 5 persen. Pada Desember, NPL Bank Jateng yakni 2,84 persen.
”Memang lebih tinggi dibandingkan 2019. (Penyumbang) terbanyak yakni pada kredit produktif, sektornya perdagangan. Sebagian besar karena usaha debitor menurun. Kemudian, penjualan juga turun,” kata Ony.
Guna terus menjaga keamanan NPL, menurut Ony, pihaknya menyalurkan kredit secara selektif. ”Kami tidak masuk pada sektor-sektor terdampak pandemi dan yang NPL-nya tinggi. Kemudian, antara lain dengan penghapusan kredit. Kredit yang sudah lama tak bisa ditagih, kami hapus buku,” katanya.