Investor Disarankan Pilih Portofolio Jangka Panjang
Guna memperkecil risiko, investor lebih baik memilih portofolio jangka panjang, apalagi di tengah ketidakpastian ekonomi akibat pandemi Covid-19. Ketidakpastian mesti direspons dengan pendekatan berbeda.
Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ketidakpastian akibat pandemi Covid-19 mesti direspons dengan pendekatan investasi yang berbeda. Guna memperkecil risiko, investor lebih baik memilih portofolio jangka panjang atau paling pendek selama lima tahun.
Menurut DBS Chief Investment Officer Hou Wey Fook, dunia saat ini telah berubah. Kapitalisasi pasar ekuitas dalam tekanan dan hambatan yang mengganggu. Meski demikian, investasi tetap harus dilakukan, tetapi dengan pendekatan yang berbeda demi memperkecil risiko.
”Dunia sedang bergerak ke fase pemulihan bertahap. Masyarakat disarankan tetap berinvestasi dalam portofolio jangka panjang,” ujar Fook dalam telekonferensi DBS CIO Insight, Kamis (1/10/2020).
Investor disarankan mempertahankan durasi portofolio rata-rata selama lima tahun. Tujuannya menghindari kerugian akibat penurunan keuntungan jangka pendek. Sektor yang dinilai cukup prospektif terkait ekonomi digital baik perusahaan semikonduktor, e-dagang, maupun komputasi awan.
DBS memperkenalkan pendekatan baru dalam berinvestasi, yaitu strategi portofolio barbel. Di satu sisi, strategi ini membantu investor memperoleh keuntungan dari tren pertumbuhan jangka panjang. Namun, di sisi lain, portofolio tetap menghasilkan pendapatan yang stabil dan mengurangi volatilitas pasar jangka pendek. ”Portofolio jangka panjang juga harus memasukkan risiko diversifikasi,” kata Fook.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Makro Ekonomi dan Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Budi Hikmat menuturkan, masyarakat harus mulai mengubah paradigma berinvestasi terutama dalam kondisi pandemi Covid-19. Alokasi investasi disisihkan sejak awal, bukan sisa dari pengeluaran.
Alokasi investasi tidak perlu dalam jumlah besar. Masyarakat dapat menyisihkan 2,5-5 persen dari pendapatan untuk berinvestasi. Di Indonesia, instrumen investasi Surat Berharga Negara (SBN) ritel menjadi pilihan cocok saat ini karena imbal hasil lebih tinggi dari tingkat inflasi, serta risiko gagal bayar juga sangat rendah.
”Paradigma berinvestasi harus diubah. Sebelum konsumsi alokasikan dulu untuk investasi apalagi kondisi ke depan penuh ketidakpastian,” kata Budi.
Penawaran ORI018
Pemerintah membuka masa penawaran Obligasi Ritel Negara (ORI) seri ORI018 selama 1-21 Oktober 2020. ORI018 memiliki jenis kupon tetap (fixed rate) sebesar 5,7 persen yang berarti investor akan menerima imbal hasil minimal 5,7 persen setiap tahun. Pembayaran imbal hasil dilakukan setiap bulan pada tanggal 15.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman menuturkan, dalam situasi pandemi Covid-19, investor cenderung memilih instrumen investasi yang memberikan imbal hasil tinggi dengan risiko serendah mungkin. ORI dinilai sebagai instrumen investasi paling cocok.
”Animo masyarakat membeli SBN ritel yang bersifat tradable sangat besar, terutama dalam dua seri terakhir,” kata Luky.
Dalam dua seri sebelumnya, realisasi penawaran SBN ritel seri ORI17 sebesar Rp 18,3 triliun dari sekitar 42.000 investor dan seri SR013 mencapai 25,6 triliun dari 44.000 investor. Lebih dari 50 persen investor yang membeli SBN ritel adalah investor baru dari kelompok milenial berusia 19-39 tahun.
Tingkat kupon ORI018 yang sebesar 5,7 persen lebih rendah dibandingkan SBN ritel seri sebelumnya, yaitu Sukuk Ritel (SR) sebesar 6,05 persen yang ditawarkan September lalu, dan ORI017 sebesar 6,4 persen yang ditawarkan Juni lalu. Kupon lebih rendah karena mempertimbangkan penurunan suku bunga acuan dan tren suku bunga deposito.
Menurut Luky, berinvestasi ORI018 tetap menguntungkan kendati tingkat kupon lebih rendah dari seri sebelumnya. Kupon ORI018 masih lebih tinggi dari rata-rata bunga deposito yang saat ini di bawah 5 persen dan laju inflasi yang diproyeksikan 2,5 persen pada tahun ini.
Risiko gagal bayar yang rendah atau bahkan nyaris nol menjadi salah satu keunggulan ORI018 dibandingkan instrumen investasi lain. Investasi ORI018 dijamin langsung oleh negara melalui Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara.
Selain jauh dari risiko gagal bayar, ORI017 dapat dijual atau dicairkan sebelum jatuh tempo. ORI018 dapat diperdagangkan di pasar sekunder sehingga dana investasi dapat dicairkan sebelum jatuh tempo. Adapun jatuh tempo ORI018 pada 15 Oktober 2023.
Pemesanan ORI018 dapat dilakukan secara daring. ORI018 dapat dipesan secara daring melalui aplikasi 26 mitra distribusi, yang terdiri dari bank umum, perusahaan efek, dan perusahaan efek khusus (APERD Financial Technology), dan perusahaan teknologi finansial (peer to peer lending).