Pas kecil atau surat tanda kebangsaan kapal yang selama ini berlaku dinilai punya sejumlah kelemahan, seperti mudah robek dan tak mencantumkan foto kapal, sehingga rentan dimanipulasi dan dipakai untuk kapal lain.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Perhubungan mendigitalkan penerbitan pas kecil atau surat tanda kebangsaan kapal bertonase kurang dari 7 gros ton. Kartu pas kecil yang berlaku selama ini dinilai memiliki sejumlah kelemahan.
Direktur Perkapalan dan Kepelautan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Hermanta, di Jakarta, Selasa (29/9/2020), mengatakan, selama ini ada sejumlah permasalahan pas kecil. Permasalahan itu antara lain kartu dicetak pada kertas biasa, mudah sobek, dan tanpa foto kapal.
Permasalahan berikutnya adalah pas kecil mudah dimanipulasi atau dipakai pada kapal yang berbeda. Selain itu, segenap data di dalamnya belum terhubung ke suatu sistem yang terpusat.
Direktorat Perkapalan dan Kepelautan menilai perlu ada perubahan bentuk pas kecil dari yang sebelumnya berupa kertas blanko menjadi kartu elektronik atau kartu berbasis digital (e-pas). E-pas kecil tersebut juga dilengkapi informasi lain tentang kapal.
”Kami berkomitmen mempermudah dan meningkatkan pelayanan penerbitan pas kecil. Hal ini sebagai bentuk dukungan Kemenhub untuk kapal tradisional dan kapal nelayan yang semakin bertambah,” ujar Hermanta pada diskusi daring yang digelar Forum Wartawan Perhubungan bertajuk ”Program Kemudahan Sertifikasi Pas Kecil Kapal Nelayan”.
Berdasarkan data Kementerian Perhubungan, saat ini jumlah kapal dengan tonase kotor di atas 7 gros ton (GT) mencapai 88.263 kapal. Adapun jumlah kapal di bawah 7 GT mencapai 69.399 kapal. Jumlah ahli ukur kapal sebanyak 563 orang dan marine inspector 680 orang.
iBoat
Secara terpisah, Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Mochamad Ashari menuturkan, ITS pada Selasa pagi meresmikan intelligent boat atau iBoat. iBoat adalah perahu tanpa awak.
”Tadi pagi (iBoat) diluncurkan, sudah dicoba di dermaga Bangkalan. Kami perintahkan iBoat, perahu tanpa awak, ini ke satu titik tertentu. iBoat, dengan kecerdasan buatannya mengetahui titik tersebut,” kata Mochamad Ashari dalam semintar daring yang digelar Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Perhubungan.
Menurut Ashari, tingkat kerumitan yang dihadapi iBoat lebih tinggi dibandingkan dengan angkutan di darat. Hal ini karena kondisi aliran air di perairan setiap saat berganti. ”Tanpa kecerdasan, perahu itu tidak akan sampai ke tujuan, akan tersasar ke mana-mana,” katanya.
Perahu tanpa awak ini sangat membantu, terutama untuk menembus wilayah pulau-pulau kecil pada cuaca apa pun demi mengantar logistik.
Peluncuran pada Selasa pagi membuktikan iBoat dapat sampai di tujuan dengan akurat. Ada pula simulasi orang tenggelam di tengah laut. ”Si kapal ini juga bisa mendeteksi dan mendatangi orang tersebut untuk dibantu naik ke kapal. Perahu tanpa awak ini sangat membantu, terutama untuk menembus wilayah pulau-pulau kecil pada cuaca apa pun demi mengantar logistik,” tutur Ashari.
Kepala Badan Litbang Perhubungan Umiyatun Hayati Triastuti mengatakan, pihaknya mendapat tugas dari Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi untuk berkolaborasi dengan perguruan tinggi. Kolaborasi dengan ITS dilakukan terkait transportasi laut, sungai, danau, dan penyeberangan.