Peningkatan jumlah penjual di platform e-dagang, seiring bergesernya tren belanja dari ”offline” ke ”online”, membuat perusahaan e-dagang berlomba mengembangkan inovasi untuk membantu pelaku usaha.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Peningkatan jumlah penjual di platform e-dagang, seiring bergesernya tren belanja dari luring (offline) ke daring (online), membuat perusahaan e-dagang berlomba mengembangkan inovasi untuk membantu pelaku usaha. Berbagai inovasi dihadirkan untuk membantu meningkatkan penjualan dan beradaptasi ke ekosistem digital.
Selama pandemi Covid-19, penjual di Tokopedia contohnya bertambah sekitar 2 juta unit sehingga total pelaku usaha yang berjualan di platform tersebut mencapai 9 juta unit dengan 94 persen di antaranya pengusaha ultramikro.
Puput Hidayat selaku Head of Product Tokopedia menjelaskan, tren selama pandemi menjadi kesempatan untuk meningkatkan inovasi, yang dinantikan penjual baru di platform mereka. Beberapa pengembangan fitur dan layanan pun dihadirkan dari hasil riset yang dilakukan secara berkala.
”Selain melihat kebiasaan pengguna, baik pembeli maupun penjual, kami juga melakukan riset berkala. Ada wawancara online setiap bulan, di mana kami berusaha menyimpulkan tren apa yang terjadi,” kata Puput dalam diskusi virtual, Rabu (30/9/2020).
Kegiatan kampanye yang penting untuk meningkatkan penjualan juga dihadirkan. Sebagai contoh, festival Waktu Indonesia Belanja yang memberi kesempatan agar toko dan produk penjual bisa tampil di halaman muka.
Pada paruh pertama 2020 Tokopedia juga meluncurkan fitur dekorasi toko. Inovasi ini diberikan untuk membantu penjual menciptakan branding atas produk usahanya. Penyediaan fitur itu, menurut Puput, juga dihadirkan untuk memindahkan kebiasaan pelaku usaha yang biasa memiliki toko fisik untuk menghias atau mengatur toko dengan produk promo atau unggulan.
Dua bulan lalu, Tokopedia juga membuat kampanye ”Jaga ekonomi Indonesia” yang fokus membantu penjual yang biasanya offline, tetapi karena kesempatan bisnisnya tertutup selama pandemi, jadi beralih ke online. Beragam edukasi hingga kampanye berjualan online yang aman pun diberikan kepada penjual.
”Jadi, kami melihat, ini bukan hanya kesempatan bisnis, melainkan bagaimana kita bisa lebih banyak membantu orang, baik pelaku usaha maupun pembeli,” ujarnya.
Upaya meningkatkan penjualan produk penjual juga difasilitasi dengan menghadirkan fitur Tokopedia Play, yaitu fitur promosi melalui siaran langsung untuk memberi akses pengenalan produk ke pembeli dengan cepat. Inovasi tersebut seolah membaca tren yang kini berkembang dalam dunia pemasaran digital.
Platform e-dagang Lazada, dalam laporan ”The Future Is Now”, mencatat, siaran langsung atau live streaming akan mengubah permainan strategi pemasaran, khususnya di peritel Asia Tenggara.
Tren tersebut muncul dari pengalaman China yang menghasilkan nilai penjualan dari aktivitas siaran langsung sampai 61 miliar dollar AS pada 2019. Nilai itu oleh perusahaan konsultan iiMedia diprediksi meningkat dua kali lipat pada 2020.
Laporan Lazada juga menyebut, perubahan yang cukup signifikan dalam pola belanja konsumen terkini yang semakin mendorong para pemegang merek (brand) dan pelaku ritel untuk memasarkan produk secara online.
Untuk itu, Lazada menghadirkan fitur baru di LazMall, yang sudah hadir sejak 2018. Ragam fitur baru itu yakni Brand Mega Offer, LazMall Murah Nampol, Brands For You, dan Direktori Brand. Tambahan fitur itu berusaha menyediakan ruang migrasi peritel dari offline ke online (O2O).
Head of LazMall Biz Ops Sugih Muliawan mengatakan, dalam pernyataan beberapa waktu lalu, rangkaian fitur itu diharapkan memperluas pasar pemilik brand dan memberikan pengalaman baru berbelanja produk mal bagi para penggunanya.
”Kami memberikan teknologi yang bersahabat dan mudah digunakan sehingga mereka merasa lebih nyaman menggunakannya pada saat berbelanja,” ujarnya (Kompas.com, 24/9/2020).
CMO Lazada Indonesia Monika Rudijono mengatakan, sejak LazMall diluncurkan pada 2018, layanan tersebut telah disambut baik oleh para mitra brand. Dalam dua tahun terakhir, jumlahnya meningkat hingga 1,5 kali lipat.
”Setelah dua tahun diluncurkan, kini LazMall sudah menjadi mal online terbesar di Asia Tenggara yang menyediakan 18.000 brand di dalamnya,” ujarnya.
Selain jumlah penjual di e-dagang, volume transaksi juga meningkat signifikan. Menurut data Bank Indonesia, volume transaksi belanja e-dagang pada triwulan I-2020 sebanyak 275,8 juta kali. Sebulan setelah pandemi diumumkan dan pembatasan sosial marak dilakukan di awal triwulan II-2020, volume transaksi naik sampai 383,5 juta kali.