Lahan Tebu Diperluas, PTPN Targetkan Produksi Gula hingga 2 Juta Ton
PT Perkebunan Nusantara III mendorong produksi gula dalam waktu lima tahun. Luas areal budidaya tanaman tebu bakal ditingkatkan dua kali lipat menjadi 110.000 hektar dengan menggandeng Perhutani dan masyarakat.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — PT Perkebunan Nusantara III bakal mendorong produksi gula hingga 2 juta ton per tahun dalam lima tahun. Luas areal budidaya tanaman tebu bakal ditingkatkan hingga dua kali lipat dari 55.000 hektar menjadi 110.000 hektar. Perluasan lahan juga akan menggandeng Perhutani dan masyarakat.
Hal ini disampaikan Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara atau PTPN III (Persero) Mohammad Abdul Ghani dalam webinar bertajuk ”Menuju Indonesia Emas 2045: Mewujudkan Ketahanan Pangan dan Energi”, untuk memeringati 70 tahun PT LPP Agro Nusantara di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (29/9/2020).
”Sekarang luas areal budidaya 55.000 hektar. Ini akan kami naikkan dua kali lipat dalam waktu lima tahun ke depan. Kami juga kerja sama dengan teman-teman dari (Perum) Perhutani untuk memanfaatkan area hutan mereka, juga dengan masyarakat, untuk budidaya gula,” ungkap Ghani.
Menurut data PTPN III, konsumsi gula nasional mencapai 6 juta ton per tahun. Sejauh ini, kebutuhan untuk konsumsi tersebut sebagian besar dipenuhi dari impor gula sekitar 4 juta ton per tahun. Adapun perusahaan dalam negeri, baik badan usaha milik negara (BUMN) maupun swasta, baru mampu mencukupi sekitar 2 juta ton.
Dengan perluasan areal budidaya tebu, Ghani meyakini, PTPN III mampu memroduksi hingga 2 juta ton gula per tahun dalam waktu lima tahun. Jumlah itu belum ditambah dengan perusahaan swasta yang diperkirakan mampu menghasilkan hingga 3 juta ton per tahun.
”Terkait gula, kami pastikan bahwa ke depan PTPN akan memberi peran lebih penting bagaimana membantu pemerintah dalam program kemandirian gula. Paling tidak hal pertama adalah gula konsumsi,” kata Ghani.
Ghani menjelaskan, PTPN III mempunyai enam komoditas budidaya, yakni gula, kelapa sawit, karet, teh, kopi, dan kakao. Dari enam komoditas tersebut, gula dan kelapa sawit mengambil peran sekitar 70 persen dari total pendapatan perusahaan. Untuk itu, gula menjadi salah satu komoditas prioritas.
Selain itu, Ghani menyatakan, pihaknya juga sudah memasuki wilayah hilir dengan memproduksi gula isi ulang (refill). Tahun ini, pihaknya memasarkan gula isi ulang hingga 40.000 ton. Ditargetkan, lima tahun mendatang gula isi ulang yang dipasarkan sudah mencapai 400.000 ton per tahun.
”Kami ingin memastikan bahwa PTPN berkontribusi untuk memastikan harga di tingkat konsumen lebih stabil. Saat ini, masih terjadi disparitas harga, dari yang dijual PTPN dengan yang dibayar konsumen akhir selisih hampir Rp 2.000,” kata Ghani.
Lima tahun mendatang, gula isi ulang yang dipasarkan sudah mencapai 400.000 ton per tahun.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral periode 2016-2019 Ignasius Jonan, yang menjadi salah satu pembicara kunci webinar, mengatakan, persoalan kemandirian pangan butuh fokus. Tidak bisa semua bidang dikerjakan bersamaan.
”Food security tidak bisa dikerjakan semua. Kita maunya mengerjakan semua. Pilih satu dan upayakan yang terbaik. Tinggal dipilih saja,” kata Jonan.
Jonan menambahkan, pihaknya berharap PTPN dapat bersaing secara internasional. Untuk itu, perusahaan tersebut harus selalu bisa membuat produk-produk kompetitif. Diharapkan, biaya produksi ditekan seminimal mungkin, tetapi tetap bisa memproduksi produk dengan kualitas terbaik.