Kisah-kisah mengenai suatu produk, seperti asal, manfaat, dan indikasi geografis, memberi nilai tambah produk-produk usaha kecil menengah Indonesia sehingga berpotensi menggaet lebih banyak konsumen di luar negeri.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Narasi menarik mengenai suatu produk bernilai penting guna menggaet minat konsumen. Langkah praktis ini semestinya dijalankan untuk meningkatkan ekspor produk usaha kecil menengah Indonesia.
Menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gappmi) Adhi S Lukman, story atau kisah-kisah mengenai suatu produk, seperti asal, manfaat, dan indikasi geografis, memberi nilai tambah. ”Pada masa sekarang ini kita harus bisa bikin story," ujarnya dalam web seminar yang digelar virtual oleh Gappmi dan Sekolah Ekspor, Senin (28/9/2020).
Adhi mencontohkan peluang produk usaha kecil menengah (UKM) Indonesia, seperti emping atau kacang koro sebagai kudapan pendamping minum anggur, bir, atau minuman beralkohol di negara kawasan Eropa dan Amerika. "Emping dan kacang koro bisa digarap UKM dengan higienis, dikemas dengan bagus, dan dibuat narasi yang detail mengenai lokasi penanaman, usia panen, manfaat, dan lainnya,” kata Adhi.
Meskipun sederhana, pengisahan suatu produk berpotensi menjadi cara jitu menggarap pasar ekspor. Perwakilan RI di luar negeri dapat membantu promosi dan menjual produk UKM. Gapmmi juga sedang mengurasi UKM-UKM yang potensial menjadi eksportir.
Dari data Badan Pusat Statistik dan Kementerian Perdagangan, Gapmmi mencatat ekspor pangan olahan dan semiolahan selama kurun Januari-Juli 2020 mencapai 4,3 miliar dollar AS. Sebagai perbandingan, nilai ekspor pangan olahan dan semiolahan pada periode yang sama tahun 2019 mencapai 4,1 miliar dollar AS. Kenaikan ekspor, antara lain, terjadi untuk tujuan Singapura, Thailand, Kamboja, China, Korea Selatan, Selandia Baru, dan Australia.
Di sisi lain, impor pangan olahan dan semiolahan secara tahunan juga meningkat, yakni dari 4,3 miliar dollar AS pada Januari-Juli 2019 menjadi 5,05 miliar dollar AS pada periode sama 2020.
Konsul Jenderal RI di Hamburg, Jerman, Ardian Wicaksono, menuturkan, Kementerian Luar Negeri sejak awal terus mendorong UKM melangkah ke ekspor. ”Bahkan UKM go export ini sudah menjadi suatu ikon di 130 lebih perwakilan RI di dunia,” katanya.
Menurut Ardian, UKM pangan Indonesia harus lebih memperhatikan pemenuhan persyaratan, aspek kesehatan, asal-usul, dan keberlanjutan untuk menembus pasar Eropa.
Secara terpisah, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, pada krisis tahun 1998 UMKM tampil menjadi penyelamat ekonomi nasional. ”Bahkan, saat itu ekspornya tumbuh 350 persen,” kata Teten pada seminar dalam jaringan bertajuk ”UMKM di Tengah Gelombang Resesi” yang ditayangkan akun Youtube ID Next Leader, Senin sore.
Berbeda dengan kondisi saat pandemi Covid-19 sekarang, pada tahun 1998 lalu krisis terjadi hanya di Indonesia dan beberapa negara. Secara global, perekonomian saat itu relatif normal.
Di tengah penurunan konsumsi dan daya beli, Teten mengajak semua pihak membantu UMKM. Bantuan dapat diwujudkan, antara lain, dengan membeli produk UMKM dalam negeri.