Masih ada peluang bagi usaha mikro, kecil, dan menengah untuk beradaptasi menghadapi pandemi Covid-19. Adaptasi bisa melalui penciptaan bisnis baru atau model penjualan baru.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Adaptasi bisnis menjadi kunci mempertahankan dan menumbuhkan usaha di masa pandemi Covid-19 dan sesudahnya. Potensi domestik perlu diberdayakan seoptimal mungkin dalam memulihkan perekonomian.
Ketua Umum Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) Anang Sukandar di Jakarta, Selasa (29/9/2020), mengatakan, para pelaku usaha perlu bertahan, bahkan memunculkan bisnis baru atau produk baru.
”Masih ada peluang, termasuk kalangan usaha kecil menengah, pelaku waralaba, lisensi, pemilik peluang bisnis, dan lainnya mengaktifkan usaha untuk menciptakan konsumsi domestik,” kata Anang dalam temu media The 18th Indonesia Franchise, License and Business Concept Expo and Conference (IFRA) Virtual Expo 2020.
IFRA Virtual Expo 2020 yang digelar pada 18-30 September 2020 melalui IFRA Virtual Platform adalah pameran virtual pertama kerja sama Dyandra Promosindo dengan AFI dan Asosiasi Lisensi Indonesia (Asensi).
Menurut Anang, konsumsi domestik akan menciptakan permintaan domestik, yang selanjutnya akan memutar perekonomian Indonesia. Disadari, pandemi Covid-19 berdampak di berbagai lini, termasuk di sisi penjualan.
”Pemasaran secara dalam jaringan atau pemanfaatan teknologi untuk berpromosi yang dulu mungkin tidak pernah dilakukan sekarang harus dijalankan,” kata Anang.
Adapun Ketua Umum Asensi Susanty Widjaja menyampaikan, pelaku usaha kini dituntut semakin kreatif dan inovatif dalam mencari serta membuka peluang usaha baru. Upaya yang mesti dilakukan di tengah pandemi Covid-19 bukan hanya mempertahankan usaha, melainkan juga mencari bibit atau peluang usaha baru.
”Seperti usaha waralaba yang sudah terbukti dan menguntungkan serta bisnis lisensi yang dapat dikembangkan dari sisi pengembangan hak kekayaan intelektualnya,” kata Susanty.
Pelaku usaha kini dituntut semakin kreatif dan inovatif dalam mencari serta membuka peluang usaha baru.
Bisnis lisensi tersebut, antara lain, berupa lisensi merek, lisensi produksi barang dan jasa, serta lisensi karakter. Saat ini, Asensi sedang berupaya memberdayakan lisensi nasional. Sebab, saat ini lisensi karakter dari luar negeri, seperti Marvel dan DC, banyak tersedia di Indonesia. ”Kami ingin lisensi karakter dari Indonesia juga dapat bangkit,” kata Susanty.
Ia membandingkan, negara tetangga seperti Malaysia pun memiliki karakter seperti Upin Ipin yang dikenal luas di mancanegara. Indonesia sebenarnya juga memiliki karakter-karakter yang dengan sentuhan kreativitas dapat diberdayakan, dikembangkan, dan dilisensikan.
Transformasi
Presiden Direktur Dyandra Promosindo Hendra Noor Saleh menyampaikan, pameran virtual merupakan salah satu bentuk inovasi dan transformasi Dyandra di masa pandemi Covid-19. Selama 17 kali IFRA diselenggarakan melalui pameran konvensional.
Pada penyelenggaraan IFRA ke-18, pandemi Covid-19 melanda. AFI, Asensi, dan Dyandra Promosindo menyepakati IFRA tahun ini dilaksanakan secara virtual.
Menurut Hendra, dampak pandemi Covid-19 diperkirakan tidak serta-merta hilang sehingga konsep pameran hibrida bisa menjadi salah satu pilihan di masa mendatang. Melalui konsep pameran hibrida, kegiatan daring dan luring tetap berjalan.
Manajer Proyek IFRA Virtual Expo 2020 Raenita Pristiani Aktuarina menambahkan, pengunjung IFRA ada yang dari dalam dan luar negeri. Nantinya akan disebutkan negara virtual berasal dari dalam negeri dan luar negeri.
Melalui konsep pameran hibrida, kegiatan daring dan luring tetap berjalan.