Permintaan yang rendah membuat pemasaran produk dan hasil industri terhambat. Kepercayaan konsumen ditingkatkan agar daya beli kembali pulih.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pelaku industri menghadapi tantangan memasarkan produk mereka pada masa resesi akibat pandemi Covid-19. Itu karena permintaan konsumen cenderung rendah.
Kepercayaan konsumen mesti dipulihkan agar mau berbelanja. Salah satu caranya, disiplin menerapkan protokol kesehatan. Meskipun demikian, selama vaksin Covid-19 belum ditemukan, masyarakat masih dibalut rasa waswas.
Bendahara Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Lukito Wanandi yang dihubungi pada Minggu (27/9/2020) menyampaikan, perusahaan sudah berusaha efisien dalam menghadapi krisis kesehatan akibat Covid-19 yang berlanjut menjadi krisis ekonomi.
”Efisiensi sedemikian rupa yang dilakukan perusahaan ada batasnya. Mau tidak mau, perusahaan harus berjualan. Kelebihan pasokan akan terjadi ketika konsumen di pasar enggak mau beli,” kata Lukito Wanandi, yang juga Presiden Direktur Santini Group.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada triwulan III-2020, konsumsi rumah tangga—yang selama ini menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia—tumbuh minus 5,51 persen. Padahal, konsumsi rumah tangga berperan 57,85 persen dalam struktur produk domestik bruto triwulan III.
Kondisi kelebihan stok menimbulkan biaya bagi perusahaan, antara lain terkait perbankan, pemasok, dan pelanggan. Apabila kelebihan pasokan berlangsung terlalu lama, efisiensi perusahaan dapat berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK). Apalagi, persoalan yang dihadapi tidak hanya pasar di dalam negeri, tetapi juga pasar ekspor sebab resesi terjadi di banyak negara.
”Peluang pasar masih ada, tapi ketat sekali,” ujarnya.
Apabila kelebihan pasokan berlangsung terlalu lama, efisiensi perusahaan dapat berujung pada pemutusan hubungan kerja.
Secara terpisah, Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto menilai, langkah pemerintah memberikan stimulus dan program pemulihan ekonomi nasional sudah tepat. Program itu, antara lain, mendorong permintaan atau konsumsi masyarakat.
Ia lantas menyoroti stimulus bagi industri, antara lain harga gas 6 dollar AS per juta metrik british thermal unit (MMBTU) dan safeguard bagi produk impor dari India dan Vietnam. Stimulus ini berdampak, antara lain, utilisasi kapasitas produksi keramik yang sempat terpuruk menjadi 30 persen mulai bangkit.
”Per September 2020 telah meningkat menjadi 60 persen. Tingkat utilisasi sebelum pandemi Covid-19 sebesar 65 persen,” kata Edy, Minggu.
Dukungan harga gas yang lebih kompetitif dimanfaatkan Asaki untuk lebih agresif menggarap pasar ekspor untuk mengantisipasi daya beli domestik yang masih lemah.
Menurut data BPS, ekspor keramik pada Januari-Juli 2020 senilai 37,4 juta dollar AS atau naik 16 persen secara tahunan. Peningkatan ekspor keramik ini terjadi pertama kali dalam lima tahun terakhir. Ekspor tumbuh, antara lain, ke Filipina, Taiwan, Amerika Serikat, Thailand, dan Australia.
Dukungan harga gas yang lebih kompetitif dimanfaatkan Asaki untuk lebih agresif menggarap pasar ekspor untuk mengantisipasi daya beli domestik yang masih lemah.
Edy menyampaikan, Asaki telah meminta Kementerian Perindustrian agar memperketat persyaratan pengajuan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk impor dan mengajukan harga impor minimum. Langkah ini sebagai antisipasi banjir produk impor dari China, yang saat ini sudah mulai pulih dari pandemi Covid-19. Selain itu, impor dari India juga diwaspadai sejak negara-negara di kawasan Teluk dan Eropa menerapkan kebijakan antidumping terhadap produk India.
Akibat tekanan pandemi Covid-19, Kemenperin membidik utilisasi sektor manufaktur secara keseluruhan untuk mencapai 60 persen pada akhir tahun ini. Utilisasi akan digenjot menjadi 75 persen pada 2021 dan 85 persen pada 2022.
Sebelum pandemi Covid-19, utilisasi industri mencapai 75 persen. Sejak Juni sampai sekarang mulai ada tanda pemulihan dengan tingkat utilisasi 52 persen,” kata Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita melalui siaran pers, akhir pekan lalu.