Upaya bertahan di tengah krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19 dilakukan melalui berbagai cara. Salah satunya, merintis usaha dan mengisi peluang di tengah resesi ekonomi di Indonesia.
Hasil analisis mahadata ketenagakerjaan Badan Pusat Statistik, lowongan pekerjaan di 10 sektor lapangan kerja turun dari 11.444 lowongan pada Januari 2020. Kemudian, turun lagi menjadi 10.064 lowongan (Februari), 10.437 lowongan (Maret), dan anjlok jadi 5.884 lowongan kerja pada April.
Penurunan itu merata di sejumlah sektor, antara lain informasi dan komunikasi, jasa perusahaan, jasa keuangan dan asuransi, industri pengolahan, perdagangan, serta akomodasi makan-minum.
Di sisi lain, jumlah penganggur bertambah. Menurut data Kementerian Ketenagakerjaan, per Agustus 2020, ada 3,59 juta pekerja yang dikenai pemutusan hubungan kerja (PHK) dan dirumahkan karena perusahaan mereka terkena dampak pandemi Covid-19.
Ketua Asosiasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Indonesia Indonesia (Akumindo) Ikhsan Ingratubun menyampaikan, pelaku usaha baru yang merintis usaha di tengah pandemi Covid-19 semakin bertambah. Hampir semuanya menjalankan usaha lewat platform digital melalui media sosial dan aplikasi penyedia pasar dalam jaringan.
”Mau tidak mau, suka tidak suka, resesi terjadi, lapangan kerja berkurang. Orang harus berusaha agar tetap bisa bertahan hidup dan tidak menjadi orang miskin baru,” kata Ikhsan saat dihubungi di Jakarta, Minggu (27/9/2020).
Baca juga: Sektor Riil Dijaga agar Perekonomian Cepat Pulih
Saat ini, permintaan dan penawaran di pasar tenaga kerja tidak seimbang. Angkatan kerja baru muncul berbarengan dengan gelombang pekerja yang di-PHK akibat pandemi Covid-19.
Kemunculan wirausaha baru juga tertangkap dalam evaluasi program Kartu Prakerja. Berdasarkan survei Manajemen Pelaksana Kartu Prakerja kepada penerima program, per September 2020, sebanyak 36 persen dari 409.000 pekerja yang terkena dampak pandemi Covid-19 telah menjadi wirausaha.
Orang harus berusaha agar tetap bisa bertahan hidup dan tidak menjadi orang miskin baru.
Head of Communications Manajemen Pelaksana Kartu Prakerja Louisa Tuhatu mengatakan, rata-rata peserta Kartu Prakerja adalah pekerja yang terkena dampak pandemi karena dirumahkan atau di-PHK. Di tengah situasi sulit mencari pekerjaan baru, membuka usaha sendiri merupakan alternatif yang paling masuk akal.
Louisa menambahkan, cukup banyak peserta Kartu Prakerja yang berwirausaha memanfaatkan program pelatihan dari Kartu Prakerja dan insentif Rp 600.000 per bulan untuk modal merintis usaha.
Jadi pilihan
Menurut Wakil Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Anggawira, usaha rintisan berbasis teknologi digital dapat jadi pilihan. Tenaga kerja yang di-PHK atau lulusan sekolah yang kesulitan mencari kerja pada masa pandemi Covid-19 bisa masuk ke sektor yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat saat ini.
”Misalnya, sektor pertanian. Generasi muda dapat menggarap sektor ini dan memberi nilai tambah di sisi produksi dan pascapanen,” kata Anggawira.
Berdasarkan data BPS, sektor pertanian masih tumbuh 2,19 persen secara tahunan pada triwulan II-2020.
Baca juga: Transformasi dan Pemberdayaan Ekonomi
Chairwoman Startup Indonesia Shinta Dhanuwardoyo menyebutkan, teknologi bisa dimanfaatkan sebagai platform untuk memperluas bisnis atau menyusun bisnis baru. Ia mencontohkan, platform digital dimanfaatkan untuk menjual hasil masakan di laman e-dagang.
Adapun Ikhsan menekankan, anak-anak muda yang merintis usaha harus jeli memahami dan menangkap kebutuhan pasar. Sebab, masyarakat mengurangi interaksi langsung di tengah pandemi Covid-19 sehingga transaksi daring jadi pilihan daripada transaksi luring.
Resesi di depan mata. Kemunculan wirausaha baru menjadi bukti mereka yang tak ingin menyerah dan berkeluh kesah.