Siasat Hotel di Tengah Pandemi, Garap Pesan Antar Makanan
Okupansi hotel terkoreksi cukup dalam selama triwulan I hingga III-2020 dan berimbas pada merosotnya pendapatan. Sejumlah pengelola hotel bersiasat dengan membuka layanan pesan antar makanan dan minuman.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 dan pembatasan sosial berskala besar menyebabkan bisnis hotel dan restoran terpuruk. Sejalan dengan itu, sejumlah pengelola restoran di hotel bujet sampai hotel bintang lima bersiasat menggarap pasar, antara lain dengan menyediakan layanan pesan antar produk makanan dan minuman ke rumah-rumah.
Upaya itu, antara lain, dilakukan Shangri-La Hotel Jakarta yang meluncurkan layanan pesan antar makanan dari restoran Asia dan internasional SATOO serta gerai makan khas China kontemporer JIA di hotel bintang lima tersebut ke rumah-rumah. Untuk pesanan dengan nominal tertentu, biaya layanan antar juga digratiskan untuk radius rumah sejauh 5 kilometer dari hotel.
Director of Communications Shangri-La Hotel Jakarta Debby Setiawaty mengemukakan, layanan pesan antar makanan ke rumah dirilis sejak 14 September 2020, seiring dengan pengetatan kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di DKI Jakarta. Selama PSBB berlangsung, restoran hanya bisa melayani pesanan layan antar (delivery) ataupun bawa pulang (take away).
”Cukup banyak pelanggan dan perkantoran yang memesan layanan antar makanan setiap harinya, baik untuk personal, keluarga, maupun staf di kantor,” katanya, saat dihubungi di Jakarta, Jumat (25/9/2020).
Debby mengemukakan, menu masakan yang banyak dicari yakni makanan utama dan kue-kue. Pihaknya berencana menggulirkan layanan pesan antar ke rumah-rumah hingga akhir November 2020, tetapi pihaknya juga masih akan melihat perkembangan keadaan pandemi Covid-19.
Strategi serupa diterapkan jaringan BUMN hotel, PT Hotel Indonesia Natour (Persero). Penurunan okupansi hotel selama pandemi Covid-19 dan terkoreksinya pendapatan bisnis hotel mendorong pihaknya berinovasi dengan menggarap pasar makanan dan minuman melalui layanan pesan antar.
Direktur Utama PT Hotel Indonesia Natour (Persero) Iswandi Said mengemukakan, hunian hotel terkoreksi cukup dalam selama pandemi Covid-19. Penurunan okupansi selama triwulan I hingga III (Januari-September) 2020 turut berimbas pada merosotnya pendapatan kamar hotel. Pada triwulan III, tingkat okupansi hanya 27,3 persen, naik tipis dibandingkan dengan triwulan II-2020, yakni 26 persen, tetapi masih turun tajam dibandingkan dengan okupansi triwulan III-2019, yakni 68,9 persen.
Hunian hotel terkoreksi cukup dalam selama triwulan I hingga III-2020 dan berimbas pada merosotnya pendapatan hotel.
Pihaknya berupaya menjaga arus kas perseroan dengan sejumlah inovasi dan pemasaran. Di antaranya masuk ke layanan katering makanan dan minuman hingga ke rumah-rumah. Layanan itu dinilai memancing kreativitas baru bagi kru hotel untuk memproduksi aneka makanan dan minuman yang dipasarkan secara ritel dan diantar.
”Hotel kami tidak hanya menjual kamar. Kami tingkatkan pemasaran makanan dan minuman dengan katering keluar, yakni hotel-hotel kami dipacu bisa menjual produk yang bisa diantar ke rumah serta bekerja sama dengan ojek daring,” katanya, dalam acara diskusi ”BUMN Bahu-Membahu Atasi Covid-19”, Kamis.
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mengemukakan, penerapan PSBB di Jakarta membuat restoran tidak bisa menerima tamu di tempat. Kondisi ini membuat beberapa manajemen restoran di hotel berupaya bertahan dengan menerapkan layanan pesan antar ke rumah.
Beberapa restoran di hotel berbintang yang biasanya memiliki segmentasi pasar spesifik untuk kelas menengah atas bahkan mulai menawarkan aneka produk makanan dengan harga yang bervariasi untuk menjangkau pasar menengah lebih luas. Permintaan pasar kelas menengah yang besar dinilai merupakan peluang.
”Ini merupakan langkah yang bagus bagi manajemen restoran untuk beradaptasi dengan situasi pandemi Covid-19,” kata Hariyadi.
Hariyadi menambahkan, tidak semua upaya layanan pesan antar dan kolaborasi dengan ojek daring serta e-dagang menunjukkan hasil penjualan yang baik. Segmentasi pasar yang lebih masif memerlukan upaya promosi dan pemasaran yang lebih gencar. Apabila pasar bisa digarap serius, tren layanan pesan antar ini diprediksi bisa berlanjut hingga selepas pandemi Covid-19.