Tren Gempa Meningkat, Kerusakan Infrastruktur Diantisipasi
Upaya mengurangi risiko gempa mesti menjadi perhatian dalam membangunan infrastruktur. Apalagi, tren kejadian gempa cenderung meningkat dan pembangunan infrastruktur masih jadi salah satu fokus pemerintah di 2019-2024.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Aktivitas gempa di Indonesia menunjukkan tren meningkat beberapa tahun terakhir. Oleh karena itu, segenap dampak kerusakan yang ditimbulkannya mesti diantisipasi, antara lain dalam hal membangun infrastruktur. Apalagi, pembangunan infrastruktur masih menjadi salah satu program kerja pemerintah periode 2019-2024.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, sejak tahun 2013 ada tren peningkatan aktivitas gempa di Indonesia. ”Sampai tahun 2016, rata-rata kejadian gempa bumi adalah 5.000-6.000 kali dalam setahun dengan berbagai magnitudo,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.
Mulai tahun 2017, kejadian gempa bumi dengan berbagai magnitudo meningkat menjadi lebih dari 7.000 kali setahun. Bahkan, kejadian gempa melesat menjadi 11.920 kali pada 2018 dan 11.588 kali pada 2019.
Tren peningkatan aktivitas gempa ini terjadi dalam kondisi peralatan yang sama dan semakin tua. ”Artinya, lonjakan itu bukan karena alat-alatnya semakin presisi dan canggih,” kata Dwikorita dalam lokakarya virtual bertajuk ”Megastruktur dan Infrastruktur Tahan Gempa Indonesia Karya Anak Bangsa”, Kamis (24/9/2020).
Oleh karena itu, potensi gempa harus diantisipasi secara memadai menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi agar tidak menimbulkan kerusakan pada infrastruktur serta menimbulkan risiko tinggi bagi masyarakat. Menurut Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, para akademisi, peneliti, dan praktisi telah banyak menghasilkan teknologi konstruksi tahan gempa dan teknologi mitigasi bencana.
”Teknologi tersebut telah digunakan pada infrastruktur skala kecil dan menengah hingga skala besar atau megastruktur, seperti jembatan bentang panjang, bendungan, dan gedung pencakar langit,” kata Basuki.
Saat ini, Kementerian PUPR sedang membangun sejumlah infrastruktur skala besar, seperti 60 bendungan, 60.000 meter jembatan bentang panjang, dan 2.500 kilometer (km) jalan. Banyak infrastruktur dan megastruktur tahan gempa di berbagai wilayah Indonesia yang dirancang para insinyur Indonesia.
”Beberapa teknologi tahan gempa juga telah diterapkan dalam perancangan bangunan tahan gempa, misalnya teknologi isolasi seismik yang dihasilkan Litbang Kementerian PUPR,” ujar Basuki.
Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Danis H Sumadilaga mengatakan, letak Indonesia yang berada di jalur cincin api berpotensi mengalami bencana, terutama gempa dan erupsi gunung berapi. Bencana itu juga berpotensi memicu bencana turunan, seperti tsunami dan likuefaksi.
Kerugian yang diderita akibat bencana sangat besar, baik korban jiwa, kerusakan bangunan dan infrastruktur, maupun kerugian finansial. ”Sepanjang tahun 2000-2016, apabila dirata-rata, kerugian ekonomi langsung akibat bencana alam setiap tahunnya mencapai sekitar Rp 22,8 triliun.
Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia Satryo Sumantri Brojonegoro menuturkan, sebagai negara yang terletak di kawasan Cincin Api Pasifik, Indonesia memiliki jalur gempa subduksi lebih dari 9.000 km.
Sepanjang tahun 2000-2016, apabila dirata-rata, kerugian ekonomi langsung akibat bencana alam setiap tahunnya mencapai sekitar Rp 22,8 triliun.
”Itulah sebabnya Indonesia dikenal sebagai negara vulkanik teraktif di dunia. Tidaklah mengherankan kalau Indonesia merupakan negara paling terpapar pada bencana gempa,” kata Satryo.
Kesiagaan dan kewaspadaan terhadap bahaya gempa harus ditingkatkan, khususnya melalui mitigasi gempa, yaitu upaya mengurangi risiko. Salah satu mitigasi gempa adalah penguatan bangunan dan infrastruktur yang tersebar di Indonesia.
Sementara itu, Bank Pembangunan Asia (ADB) menyetujui pinjaman 500 juta dollar AS guna memberi Indonesia akses cepat ke pembiayaan darurat apabila terjadi bencana. Bencana dimaksud baik akibat bencana alam maupun penyakit seperti halnya pandemi Covid-19.
”Indonesia berada di jalur Cincin Api Pasifik dan sangat rentan terhadap serangkaian bencana alam, termasuk gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, tanah longsor, banjir, dan kekeringan. Dan, kini Covid-19,” kata Wakil Presiden ADB Ahmed M Saeed dalam keterangan tertulis, 23 September 2020.
Pinjaman berbasis kebijakan tersebut akan membantu pemerintah merespons tepat waktu guncangan serta mengurangi dampak ekonomi sosial terhadap infrastruktur publik dan mata pencarian masyarakat; terutama kelompok miskin dan perempuan.