Untuk meningkatkan ekspor produk-produk unggulan, pameran dagang tingkat internasional digelar secara virtual. Pembeli dari luar negeri akan dihadirkan secara daring.
Oleh
M Paschalia Judith J
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah bersiap menggelar Trade Expo Indonesia Virtual Exhibition atau TEI-VE 2020 pada 10-16 November yang mengundang pelaku usaha dan industri mancanegara. Untuk itu, perwakilan perdagangan Indonesia di negara-negara lain tengah berupaya menghadirkan pembeli dari luar negeri untuk menjajaki bisnis dan bertransaksi secara daring.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Kasan Muhri mengatakan, Kemendag telah menyosialisasikan TEI-VE 2020 ke perwakilan-perwakilan perdagangan Indonesia di sejumlah negara sebelum peluncuran resmi pameran virtual itu. Biasanya pameran ini digelar secara fisik atau konvensional.
”Tranformasi ke bentuk virtual menjadi upaya strategis untuk tetap menghelat pameran dagang tingkat global tahunan ini di tengah pandemi Covid-19,” ujarnya seusai peluncuran resmi TEI VE 2020 secara virtual di Jakarta, Senin (21/9/2020).
Tranformasi ke bentuk virtual menjadi upaya strategis untuk tetap menghelat pameran dagang tingkat global tahunan ini di tengah pandemi Covid-19.
Kepala Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) Busan, Korea Selatan, Kusuma Dewi, mengatakan, sejak sekitar dua pekan lalu, pihaknya telah mempromosikan dan menyosialisasikan TEI-VE 2020 ke jaringan mitra bisnis setempat. Jaringan itu terdiri atas 30-40 pebisnis.
Ke depan, dia berencana untuk memfasilitasi pelatihan dan pendampingan bagi pelaku usaha setempat agar dapat terbiasa dan merasa nyaman dalam berbisnis lewat pameran virtual. ”Pameran virtual merupakan hal yang baru. Kami harus memfasilitasi mereka agar mereka familiar dengan cara ini,” ujarnya saat dihubungi, Senin.
Sepanjang Januari-Juli 2020, Kementerian Perdagangan mencatat, defisit neraca perdagangan Indonesia dengan Korea Selatan 158,5 juta dollar AS. Adapun defisit neraca perdagangan pada Januari-Juli 2019 sebesar 452,5 juta dollar AS.
Dewi menambahkan, saat ini konsumen Korea Selatan tengah melirik produk makanan dan minuman dari Indonesia, salah satunya yang dikemas siap saji. Pelaku usaha Indonesia yang berminat mengisi pasar ini diharapkan mempelajari standar dan regulasi produk yang tercantum pada laman ITPC Busan.
Sementara itu, Atase Perdagangan Tokyo, Jepang, Arief Wibisono menyatakan telah mengirimkan surat elektronik kepada mitra bisnis setempat tentang TEI-VE 2020. Dia juga mempromosikan TEI-VE 2020 di sejumlah acara, baik yang digelar oleh asosiasi maupun organisasi yang melibatkan pelaku usaha dan industri, seperti Asia Japan Center.
Tak hanya lewat kanal digital, dia juga berencana mendatangi sejumlah mitra bisnis secara fisik satu -per satu. Karena Jepang tengah memasuki periode ageing population (penuaan penduduk), masih terdapat sejumlah pebisnis yang belum terbiasa berkomunikasi secara daring.
”Kami ingin menghindari hal-hal kecil, seperti stabilitas sinyal dan bahasa, menjadi kendala mereka dalam bertransaksi. Mereka sangat senang ketika kami datang dan menemuinya. Apalagi, kami mengandalkan komunikasi empati yang mendengarkan tantangan mereka berdagang selama pandemi dan mengusulkan produk-produk Indonesia yang dapat menjadi solusi bagi mereka,” tuturnya.
Kementerian Perdagangan mendata, Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan dengan Jepang 1,05 miliar dollar AS sepanjang Januari-Juli 2020. Nilai ini lebih tinggi 244,28 persen dibandingkan dengan Januari-Juli 2019.
Agar pebisnis Indonesia dapat mengetahui kebutuhan pasar Jepang, lanjut Arief, sejumlah seminar daring yang menghadirkan pakar dan pebisnis setempat digelar. Rangkaian seminar daring ini diharapkan bermuara pada kemudahan transaksi pada TEI-VE 2020.
Pada 2019, TEI mencatatkan nilai transaksi 10,96 miliar dollar AS, lebih tinggi 29,01 persen dibandingkan TEI 2018. Sebanyak 42.700 pengunjung dari 136 negara hadir dalam pameran itu.
”Kami berharap, TEI-VE 2020 dapat diikuti oleh minimal 300 peserta pameran dari dalam negeri. Jumlah pengunjung pada pameran virtual tahun ini, baik dari dalam maupun luar negeri, diharapkan minimal sama dengan tahun lalu,” kata Kasan.
Dalam TEI VE 2020, ruang dan stan pameran akan dikemas secara virtual seperti layaknya pameran TEI konvensional. Produk-produk unggulan ekspor yang akan dihadirkan dalam pameran itu meliputi sektor makanan dan minuman, kerajinan, busana dan aksesori, serta konstruksi. Dua produk unggulan ekspor Indonesia, yaitu kopi dan teh, juga akan turut dipamerkan dan dipasarkan.
Pada TEI 2019, kedua produk ini mendapatkan penghargaan internasional. Kopi Indonesia berhasil meraih International AVPA France Gourmet Award 2019 bertema ”Coffees Locally Roasted in their Country of Origin”. Penghargaan itu diberikan kepada 11 jenama kopi, yaitu Anomali, Eksportir Kopi Indonesia, Gayobies Kopi Nite, Bermani Coffee, Ciragi Kintamani, Bencoolen, My Kopi-O, CoffeeHQ, Kultur Haus, Kawi Sari Coffee, dan Kopi Gunung Wangun Dua. Teh Indonesia bemerek Bankitwangi juga meraih penghargaan dalam kompetisi ”Teas of The World”.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani mengatakan, TEI menjadi perhelatan yang dinantikan oleh kamar dagang dan industri di kancah dunia. ”Kami berharap dapat menembus pasar-pasar nontradisional seperti negara-negara di kawasan Timur Tengah dan Afrika,” katanya.
TEI-VE 2020 dapat berkontribusi pada kenaikan nilai ekspor dan diversifikasi pasar ke negara-negara nontradisional. Meskipun virtual, pameran ini juga mengadakan penjajakan bisnis dan bisnis forum secara daring.
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyatakan, TEI-VE 2020 dapat berkontribusi pada kenaikan nilai ekspor dan diversifikasi pasar ke negara-negara nontradisional. Meskipun virtual, pameran ini juga mengadakan penjajakan bisnis dan bisnis forum secara daring.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, nilai ekspor Indonesia sepanjang Januari-Agustus 2020 sebesar 103,16 miliar dollar AS. Angka ini lebih rendah 6,51 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.