Pemanfaatan Teknologi Digital Jadi Kunci Pemulihan Ekonomi Nasional
Pandemi Covid-19 turut mendorong percepatan transformasi digital yang tidak hanya sekadar untuk pemenuhan kebutuhan komunikasi, tetapi juga harus dimanfaatkan untuk mengembangkan potensi guna memulihkan ekonomi nasional.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Lompatan perkembangan teknologi akibat pandemi Covid-19 tidak semata untuk kenyamanan berkomunikasi, tetapi juga untuk pengembangan potensi ekonomi. Kondisi saat ini dinilai dapat menjadi momentum untuk menguatkan rantai pasok lokal dalam rangka pemulihan ekonomi sehingga tidak melulu bergantung pada impor.
Kementerian Perindustrian mencatat, pengguna internet sebanyak 175,4 juta orang atau 64 persen total penduduk Indonesia dengan pengguna media sosial 160 juta orang.
Pangsa pasar internet of things di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat. Pada 2022, diperkirakan akan mencapai nilai Rp 444 triliun yang terdiri dari aplikasi dan konten (43 persen), platform digital (35 persen), network and gateway atau gerbang jejaring (9 persen), dan perangkat elektronik (13 persen).
Laporan McKinsey&Company juga menyebutkan, pada 2025, pemanfaatan teknologi digital di Indonesia dapat meningkatkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) hingga 150 miliar dollar AS. Nilai ini akan memenuhi hampir 60 persen dari peningkatan yang dibutuhkan untuk mencapai target Pemerintah Indonesia tahun 2025, yaitu pertumbuhan (PDB) tahunan sebesar 7 persen.
Menteri Perindustrian Indonesia Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, internet of things merupakan teknologi fundamental yang mulai tumbuh pesat. Kondisi ini semakin menunjukkan kemampuan dalam inovasi digital yang diharapkan dapat menghubungkan dengan industri.
”Kemampuan teknologi dalam industri 4.0 diyakini dapat memberi keuntungan dan peluang bagi industri, salah satunya dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya produksi 12-15 persen. Kita pun dituntut terus meningkatkan daya saing industri agar industri dalam negeri dapat bertahan dan berdaya saing global,” ujar Agus, Senin (21/9/2020).
Paparan ini disampaikan dalam Seminar Indonesia 4.0 secara virtual yang menjadi pembuka dari rangkaian Pekan Industri 4.0. Hadir pula sebagai narasumber, antara lain, Ketua Tim Pelaksana Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Wantiknas) Ilham Akbar Habibie, Small Medium and Corporate Director Microsoft Indonesia Vony Tjiu, dan Director of Business and Sales Telkomsigma Tanto Suratno.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih menambahkan, kegiatan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan teknologi industri 4.0. Selain itu, turut mempersiapkan masyarakat dan industri menuju industri 4.0 serta menyosialisasikan pemanfaatan teknologi industri 4.0.
”Diharapkan melalui Pekan Industri 4.0, kita dapat membentuk ekosistem inovasi tech startup (usaha rintisan). Dengan begitu, dapat menjembatani kebutuhan industri dan masyarakat dengan tech provider,” ujar Gati.
Rantai pasok lokal
Ilham Akbar Habibie mengatakan, rantai pasok global memang memberikan keuntungan untuk menjangkau barang dan jasa dari sejumlah negara. Namun, Covid-19 menyadarkan semua pihak, tidak hanya Indonesia, betapa rentannya ekonomi dunia jika terlalu mengandalkan rantai pasok global.
”Covid-19 datang dan rantai pasok global terpatah sehingga kita enggak bisa lagi semudah itu mendapatkan barang dan jasa seperti semula. Kita disadarkan kembali bahwa tidak bisa melulu mengandalkan pada globalisasi, tetapi ada hal-hal yang harus kita lakukan secara lokal,” ujarnya.
Misalnya, kata Ilham, terkait dengan pengadaan alat-alat kesehatan yang masih mengandalkan impor. Padahal, itu bukan soal teknologi canggih dan sesungguhnya industri dalam negeri juga mampu membuat barang-barang impor.
”Memang harus ada upaya penelitian dan pengembangan, investasi, hingga industrialisasi yang tidak bisa dilakukan dalam jangka pendek. Tetapi, untuk jangka menengah dan panjang tentunya akan sangat bermanfaat bagi kita semua,” ucap Ilham.
Perubahan pola rantai pasok dari globalisasi ke lokalisasi dinilai menjadi momentum untuk memperkuat produksi dalam negeri dan ekonomi digital. Untuk itu, penguatan kolaborasi dari berbagai pemangku kepentingan juga penting untuk mendorong era industri 4.0.
Menurut Ilham, penguatan infrastruktur digital juga perlu diiringi dengan percepatan pertumbuhan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan keahlian di bidang teknologi. Upaya ini untuk mendukung terciptanya berbagai inovasi dalam negeri.
Pendidikan formal dan informal ke depan didorong untuk memiliki kurikulum berbasis ilmu pengetahuan, teknologi, teknik, seni, dan matematika yang berorientasi pada cara belajar berbasis proyek. Perlu juga ada integrasi dari filosofi dan gerakan yang menggunakan teknologi untuk membuat purwarupa (prototipe) dan mewujudkan ide dalam bentuk produk atau jasa.
Vony Tjiu menyampaikan, dalam 25 tahun terakhir, Microsoft juga sudah memberikan pelatihan kepada lebih dari 18 juta guru dan siswa di Indonesia melalui kurikulum literasi digital Microsoft. Pelatihan ini juga bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika.
”Dalam situasi pandemi ini kami melihat transformasi digital dipercepat secara drastis di dunia. Artinya, kita punya kesempatan sekaligus tanggung jawab bersama untuk melakukan pengembangan dan penataan ulang. Sebab, pandemi juga menunjukkan tidak ada bisnis yang bisa bertahan kecuali dengan pemanfaatan teknologi,” ujar Vony.
Tanto Suratno menyampaikan, melalui pemanfaatan teknologi, salah satunya dengan komputasi awan (cloud computing) perusahaan dapat mengumpulkan data. Apabila data terkumpul, inovasi terhadap produk pun dapat dikembangkan.
”Kalau inovasi berlanjut, transformasi digital pun berlanjut. Dengan begitu, ke depannya akan ditemukan bisnis model baru yang di luar kebiasaan untuk terus menjaga industri agar relevan dan terus tumbuh,” kata Tanto.