Strategi Konten ”How To” dan Menyentuh Personal Tumbuhkan Imbal Hasil
Iklan dengan kemasan dan pesan yang relevan dengan kebiasaan konsumen saat ini membentuk pendekatan yang personal atau pribadi. Iklan yang personal menghasilkan ”return of investment” (imbal hasil) sebesar 67 persen.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Iklan di kanal dalam jaringan atau daring yang relevan dengan kebiasaan konsumen yang disasar dapat memberikan imbal hasil lebih tinggi. Hal ini menjadi kunci dalam mempromosikan produk ataupun jenama yang dipasarkan di tengah perubahan pola perilaku masyarakat akibat pandemi Covid-19.
Head of Large Customer Marketing Google Indonesia Muriel Makarim mengatakan, iklan dengan kemasan dan pesan yang relevan dengan kebiasaan konsumen saat ini membentuk pendekatan yang personal atau pribadi. ”Iklan yang personal menghasilkan return of investment (imbal hasil) sebesar 67 persen lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak,” katanya saat diskusi daring di Jakarta, Selasa (15/9/2020).
Iklan dengan kemasan dan pesan yang relevan dengan kebiasaan konsumen saat ini membentuk pendekatan yang personal atau pribadi. Iklan yang personal menghasilkan return of investment (imbal hasil) sebesar 67 persen lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak. (Muriel Makarim)
Salah satu kanal beriklan secara daring ialah Youtube. Hingga saat ini, Youtube memiliki lebih dari 93 juta penonton per bulan di Indonesia dengan usia di atas 18 tahun.
Selama pandemi Covid-19, Youtube mendata, konten video mengenai otomotif ditonton dua kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Begitu pula dengan tingkat pencarian konten resep dan memasak. Selain itu, pertumbuhan penonton video siaran gim mencapai 50 persen dan pencarian terhadap konten drama Korea meningkat 1,3 kali lipat.
Menurut Muriel, waktu yang dihabiskan untuk menonton konten pengetahuan di Youtube meningkat lebih dari 80 persen. Konten-konten ini biasanya mengenai cara berbisnis, pengetahuan sejarah, hingga hukum.
Konten-konten dengan kata kunci ”how to” atau ”bagaimana cara” juga menunjukkan tren positif. ”Konten-konten ’how to’ meningkat karena berinvestasi pada diri sendiri dan belajar hal baru menjadi salah satu cara konsumen untuk menyikapi pandemi Covid-19. Mereka memiliki waktu untuk refleksi diri hingga mencoba bisnis baru,” tuturnya.
Muriel menegaskan, dengan mempelajari kebiasaan-kebiasaan dan perilaku konsumen, pemilik jenama dan produk dapat beriklan secara relevan sehingga anggaran pemasaran pun dapat efektif dan efisien. Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah juga bisa mengakses data tren di Youtube secara gratis untuk mempelajari pola perilaku konsumen.
Marketing Director Frisian Flag Indonesia Felicia Julian menuturkan, sebelum membuat iklan, Frisian Flag meriset konten dengan kata kunci ”how to”. Hasilnya, konten dengan kata kunci tersebut menduduki peringkat tiga teratas. Di tengah pandemi, Frisian Flag juga melihat perubahan perilaku konsumen, khususnya ibu dan anak yang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah.
”Ibu juga memiliki waktu lebih banyak untuk memasak. Dengan semua data itu, kami pun membuat konten ’how to’ berupa resep,” katanya.
Melalui kanal Youtube, Frisian Flag Indonesia menampilkan 17 video resep yang melibatkan lebih dari 6.000 kata kunci. Video-video ini mendapatkan 60 persen impresi lebih tinggi dibandingkan dengan lainnya. Tingkat menonton video hingga selesai pun mencapai 90 persen.
VP of Branding and Marketing Communications Telkomsel Nirwan Lesmana menuturkan, perusahaan memanfaatkan Youtube untuk mempromosikan jasa digital, seperti Maxstream dan Langit Musik. Salah satu pesan yang ingin disampaikan adalah konektivitas yang stabil menjadi tulang punggung layanan atau jasa tersebut.
Promosi pun mengandalkan fitur Youtube yang memungkinkan perusahaan membuat satu iklan video dasar yang dapat disunting menjadi beragam konten. ”Dari satu konten, ada 200 video yang dihasilkan dan menyasar ke 75 segmen penonton. Konten tersebut menaikkan tingkat ketertarikan produk sebesar 13,4 persen,” ujarnya.
Chief Marketing Officer Enesis Group Ryan Tirta mengatakan menyelipkan pesan untuk menjaga kesehatan dan menjaga daya tahan tubuh saat mempromosikan Adem Sari, salah satu produknya. Brand ini sudah berusia 30 tahun.
”Tantangannya adalah menjaring generasi muda untuk menjadi pelanggan setia kami. Oleh sebab itu, kami membutuhkan inovasi komunikasi digital untuk menjaga relevansi dengan mereka,” tuturnya.