ADB: Perekonomian RI Tumbuh Negatif 1 Persen pada Tahun 2020
Bank Pembangunan Asia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi RI terkontraksi 1 persen pada 2020 dengan trajektori pemulihan menyerupai huruf L.
Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Semua negara berkembang di kawasan Asia akan mengalami kontraksi ekonomi cukup dalam pada 2020, tak terkecuali Indonesia. Fase pemulihan ekonomi bisa dimulai tahun depan, dengan syarat penyebaran Covid-19 mampu dikendalikan.
Bank Pembangunan Asia (ADB) dalam riset terbarunya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi 1 persen pada 2020. Namun, kondisi perekonomian diproyeksi berbalik secara signifikan pada 2021, yakni tumbuh 5,3 persen. Proyeksi pertumbuhan ekonomi bisa lebih rendah jika kondisi domestik memburuk.
Secara umum, pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang di kawasan Asia diperkirakan terkontraksi 0,7 persen pada 2020. Kontraksi ekonomi kawasan tahun ini merupakan yang pertama sejak tahun 1960-an atau enam dekade silam. Diperkirakan, kondisi ekonomi kawasan akan pulih dan tumbuh 6,8 persen pada 2021.
”Kontraksi pertumbuhan ekonomi akan diikuti kenaikan kemiskinan dan pengangguran di negara-negara berkembang,” ujar Elaine S Tan, Advisor and Head, Economic Research and Regional Cooperation Department, ADB, dalam webinar mengenai dampak Covid-19 terhadap sektor UMKM dan konsumsi rumah tangga di Asia, Rabu (16/9/2020).
Mengutip data Organisasi Buruh Internasional (ILO), kontraksi ekonomi akan mendorong kenaikan angka pengangguran dan kemiskinan pada paruh kedua 2020. Total jam kerja yang hilang di Asia dan Pasifik sekitar 13,5 persen atau setara 235 juta pekerjaan. Adapun ADB memperkirakan jumlah orang miskin bertambah 162 juta orang.
Tan menambahkan, angka pengangguran dan kemiskinan meningkat tajam karena sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tertekan akibat Covid-19. Padahal, UMKM berperan sebagai tulang punggung perekonomian negara-negara berkembang di Asia. Kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto lebih dari 50 persen.
Berdasarkan survei ADB, sekitar 40 persen UMKM mengalami penurunan permintaan, 30 persen mengalami disrupsi pasokan, dan 55 persen terpaksa menutup usaha secara temporer. Survei dilakukan pada 3.831 UMKM di empat negara, yaitu Indonesia, Thailand, Filipina, dan Laos.
”Tertekannya sektor UMKM akan menghambat upaya penanggulangan kemiskinan selama tiga hingga empat tahun,” ujar Tan.
Pemulihan ekonomi
Sementara itu, negara-negara di Asia dapat memulai fase pemulihan ekonomi dengan syarat penyebaran Covid-19 dapat ditangani. Proses pemulihan kemungkinan menyerupai huruf L, bukan V, karena proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2021 masih di bawah angka pertumbuhan sebelum pandemi Covid-19. Pada 2020, proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan 6,8 persen.
Kepala Ekonom ADB Yasuyuki Sawada menekankan, ancaman terhadap kondisi perekonomian yang ditimbulkan pandemi Covid-19 masih sangat besar. Sebab, gelombang Covid-19 pertama berkepanjangan, disertai ancaman gelombang kedua. Pemerintah harus mengambil langkah-langkah penanggulangan virus korona tipe baru secara lebih ketat.
”Langkah-langkah yang konsisten dan terkoordinasi untuk mengatasi pandemi, dengan prioritas kebijakan untuk melindungi kehidupan penduduk paling rentan, serta memastikan penduduk dapat kembali bekerja dan memulai kembali kegiatan usahanya dengan aman, sangat penting untuk pemulihan yang inklusif dan berkelanjutan,” tegas Sawada.
Ancaman terhadap kondisi perekonomian yang ditimbulkan pandemi Covid-19 masih sangat besar.
Adapun Pemerintah Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada 2020 berkisar negatif 1,1 persen sampai dengan 0,2 persen. Kontraksi ekonomi masih terjadi pada triwulan III-2020 yang diproyeksikan negatif 2,1 persen hingga 0 persen. Pertumbuhan ekonomi negatif turut dipengaruhi penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) kedua di DKI Jakarta.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kontraksi ekonomi triwulan III-2020 tidak akan sedalam triwulan II-2020. Sebab, penerapan PSBB kedua tidak seketat PSBB pertama yang menyebabkan seluruh kegiatan masyarakat terhenti. Namun, ada kemungkinan ekonomi terkontraksi lebih dalam dari proyeksi saat ini.
Kontraksi ekonomi triwulan III-2020 tidak akan sedalam triwulan II-2020.
Kendati memiliki dampak ekonomi cukup besar, penerapan PSBB kedua diperlukan karena beberapa daerah kini menjadi pusat penyebaran Covid-19, terutama DKI Jakarta. Kluster baru penyebaran Covid-19 juga muncul, yang paling masif saat ini di perkantoran. Dampak ekonomi baru terlihat setelah dua minggu penerapan PSBB kedua.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menambahkan, meskipun risiko pertumbuhan negatif masih besar, pemulihan ekonomi akan terjadi pada 2021. Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan 2021 berkisar 4,5 sampai 5,5 persen.