Terdampak Pandemi, Industri Kecil dan Menengah Didorong Masuk E-dagang
Pembatasan sosial dan penurunan daya beli akibat pandemi Covid-19 berdampak pada industri kecil dan menengah atau IKM. Perluasan pemasaran melalui e-dagang pun didorong agar IKM dapat keluar dari tantangan tersebut.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pembatasan sosial dan penurunan daya beli akibat pandemi Covid-19 berdampak pada industri kecil dan menengah atau IKM. Perluasan pemasaran daring melalui e-dagang pun didorong agar pelaku IKM dapat keluar dari tantangan tersebut.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), industri pengolahan nonmigas, yang menjadi kontributor kedua terbesar produk domestik bruto (PDB) nasional sebesar 17,38 persen, pada triwulan II-2020 terkontraksi 5,74 persen. Pada periode yang sama, perekonomian Indonesia tumbuh minus 5,32 persen secara tahunan.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut, pandemi berdampak pada 1,3 juta unit IKM yang menyerap 3,4 juta tenaga kerja. Hal itu ia sampaikan dalam pembukaan Festival Virtual Bangga Mesin Buatan Indonesia, Selasa (15/9/2020).
”Permasalahan yang dihadapi antara lain pendapatan turun drastis karena kesulitan produksi dan memperoleh bahan baku, adanya penggiliran waktu kerja, serta penurunan omzet 50-90 persen akibat daya beli melemah,” katanya.
Permasalahan lain yang banyak dihadapi pelaku IKM adalah terbatasnya akses pemasaran yang selama ini dikerjakan di luar jaringan (offline). Transformasi digital oleh pelaku IKM, antara lain dengan memasarkan produk di dalam jaringan (daring/online) bisa menjadi solusi.
Pemasaran daring antara lain melalui platform e-dagang (e-commerce). Agus menyebut, sampai 2019, usaha yang menggunakan e-dagang hanya 15,08 persen. Sisanya, 84 persen, masih memasarkan produk dengan cara konvensional.
Sementara itu, Bank Indonesia mencatat, perdagangan daring meningkat selama masa pandemi sebesar 18,1 persen pada Maret 2020. ”Jadi, potensi IKM untuk mengembangkan pemasaran digital masih sangat besar,” katanya.
Untuk mendorong masuknya IKM dalam ekosistem pemasaran digital, Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (Ditjen IKMA) mempertemukan pelaku IKM dengan perusahaan e-dagang.
Upaya itu diwujudkan dalam bentuk pameran virtual di perusahaan e-dagang Blibli yang mengundang IKM produsen peralatan mesin. Pameran bertajuk ”Festival Virtual Bangga Mesin Buatan Indonesia (BMBIfest)” diselenggarakan selama 3 hari, pada 15-17 September 2020.
Pameran diikuti 47 IKM peralatan mesin dari total 3.956 pendaftar yang ikut seleksi. Tidak sebatas mengikuti pameran, mereka juga mendapatkan bimbingan teknis, pendampingan manajemen usaha, serta optimasi pemasaran daring. Selain itu, terdapat juga fasilitasi akun premium di marketplace bisnis ke bisnis dan marketplace global.
Festival itu juga akan meluncurkan virtual hub produk IKM permesinan di Blibli dengan nama toko ”Galeri Mesin Lokal”. Toko itu akan menampung tujuh kategori produk, yaitu mesin pengolahan makanan dan minuman, mesin industri lainnya, dan mesin atau alat kesehatan. Lalu, elektronik atau kelistrikan, alat atau mesin teknologi tinggi, alat atau mesin pertanian dan perikanan, dan alat transportasi.
”Blibli melihat begitu besarnya peran dari pelaku IKM permesinan dalam mendukung proses produksi para pelaku industri lainnya, termasuk pelaku UMKM Indonesia di situasi pandemi saat ini,” kata CEO Blibli Kusumo Martanto yang juga mendukung transformasi IKM menuju Industri 4.0.
Melalui Blibli, Kusumo mengatakan, mereka juga mendukung IKM melalui pelatihan dan pendampingan digitalisasi usaha. Kerja sama dengan IKM juga dimanfaatkan untuk mengembangkan platform mereka. Saat ini, 27.000 pelaku UMKM telah bergabung di platform buatan Indonesia tersebut.
PT Hinoka Alcindo Teknik, yang banyak memproduksi mesin pertanian, mengaku terbantu dengan platform e-dagang. Jika sebelumnya mereka hanya bisa beriklan di situs yang mereka kembangkan sendiri, melalui platform e-dagang mereka bisa berinteraksi dan berdiskusi dengan pembeli.
”Untuk tahu produk kami dan spesifikasinya, butuh ada diskusi. Pengalaman kami dengan Blibli, kami bisa menjelaskan dulu seperti ini mesin kami dan sebagainya, sebelum sepakat bayar dan menyiapkan produknya,” ujar Yuliandi, salah satu direktur perusahaan tersebut.
Dalam memasarkan produk di e-dagang, Yuliandi mengatakan, mereka berstrategi dengan melihat terlebih dulu kebutuhan di masyarakat. Selama pandemi ini, misalnya, mesin makanan mereka pasarkan karena permintaannya tinggi. Sementara itu, mesin pertanian mereka sediakan untuk memenuhi permintaan pemerintah melalui katalog elektronik.
PT Mitra Sejahtera Membangun Bangsa (MSMB), produsen mesin pertanian yang ikut serta dalam pameran tersebut, juga memanfaatkan kesempatan berjualan di e-dagang untuk menjajakan hasil pertanian. Platform itu juga dimanfaatkan untuk mengenalkan mesin pertanian yang dikembangkan dengan teknologi informasi.
”Selama ini, produk yang kami buat sudah diakui, cuma kami butuh pasar baru. Festival ini diharapkan membantu kami mengembangkan pasar,” kata Bayu Dwi Apri N, co-founder MSMB.
Dalam laporan ”Analisis Hasil Survei Dampak Covid-19 terhadap Pelaku Usaha” yang dirilis hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pemanfaatan internet dan teknologi informasi (TI) menjadi salah satu cara bagi pelaku usaha mempertahankan, bahkan meningkatkan pendapatan.
Secara umum, sekitar 47,75 persen perusahaan telah menggunakan internet dan TI untuk pemasaran daring sejak sebelum pandemi. Sementara itu, sekitar 5,76 persen perusahaan baru menggunakan internet dan TI untuk pemasaran pada saat pandemi. Hasil itu didapat dari survei terhadap 34.559 pelaku usaha pada 10-26 Juli 2020.
”Sebanyak 4 dari setiap 5 pelaku usaha yang menggunakan internet dan TI untuk pemasaran daring mengaku bahwa cara ini berpengaruh dalam penjualan produk mereka,” kata BPS dalam laporannya.