Perluasan Pasar Permesinan Topang Substitusi Impor
Dengan platform e-dagang, pasar mesin-mesin produksi industri kecil menengah kini makin luas. Perluasan itu diharapkan semakin berkontribusi menopang substitusi impor barang modal.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Industri kecil dan menengah atau IKM yang memproduksi mesin kini memiliki akses pasar yang lebih luas karena terhubung dengan e-dagang. Dengan akses pasar yang makin luas itu, IKM diharapkan lebih berkontribusi dalam substitusi impor barang modal.
Menurut Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, permesinan, termasuk yang dibuat oleh IKM, merupakan barang modal dalam rangkaian proses produksi industri. ”Ini (akses pasar IKM di e-dagang) dapat mendukung program substitusi impor yang ditargetkan 35 persen pada 2022,” ujarnya saat telekonferensi pers, Selasa (15/9/2020).
Badan Pusat Statistik mendata, nilai impor barang modal sepanjang Januari-Agustus 2020 mencapai 14,75 miliar dollar AS atau lebih rendah 20,13 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya. Kontribusi barang modal terhadap impor secara menyeluruh sebesar 16,02 persen.
Agus mengatakan, e-dagang dapat menjadi gerbang penyerapan mesin IKM nasional dan menopang penggunaan produk-produk yang dihasilkan di dalam negeri. Dengan kanal e-dagang, mesin hasil produksi IKM pun dapat semakin dikenal oleh masyarakat.
Wujud dari pemasaran dan promosi daring mesin buatan IKM domestik ialah Festival Virtual Bangga Mesin Buatan Indonesia Fest yang dapat dikunjungi di laman www.bmbifest.id selama 15-17 September 2020. Festival ini diikuti oleh 47 IKM. Agus menargetkan pendapatan yang diperoleh pada festival ini lebih dari Rp 50 miliar.
Selain festival, Kementerian Perindustrian juga mengumumkan kehadiran gerai virtual resmi bernama Galeri Mesin Lokal di Blibli. Ada 7 kategori produk dari 41 IKM yang ditawarkan, yakni mesin pengolahan makanan dan minuman, mesin industri lainnya, mesin atau alat kesehatan, elektronik atau kelistrikan, alat atau mesin teknologi tinggi, alat atau mesin pertanian dan perikanan, serta alat transportasi.
CEO Blibli Kusumo Martanto memaparkan, festival virtual menjadi awal perluasan akses pasar dan promosi mesin buatan IKM yang nantinya berlanjut di Galeri Mesin Lokal secara berkesinambungan. Dia berharap Galeri Mesin Lokal dapat berperan dalam menggairahkan usaha dan bisnis IKM yang terlibat.
Selain itu, konsumen kini memiliki akses untuk membeli produk mesin dan peralatan dari IKM melalui e-dagang. Hal ini menjadi peluang bagi IKM lain dan juga wirausaha baru yang membutuhkan permesinan.
Dengan demikian, menurut dia, kehadiran mesin IKM di e-dagang merupakan momentum transformasi digital yang tak boleh dilewatkan. ”Semenjak pandemi, sejumlah usaha mikro, kecil, dan menengah yang berdagang secara daring mencatatkan kinerja penjualan yang bagus. Untuk menjaga kinerja penjualan ini, mereka membutuhkan permesinan. Kehadiran IKM (di e-dagang) melengkapi kebutuhan ini,” ujarnya.
Senada dengan Kusumo, Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih berpendapat, e-dagang mempertemukan konsumen dengan pelaku IKM lokal. Akses ini turut memperkuat jaringan permesinan nasional yang melibatkan IKM.
Selain e-dagang, dia memperkenalkan usaha rintisan digital Imajin dengan laman www.imajin.id sebagai hub antara IKM yang menyediakan jasa manufaktur dengan pemilik brand dan pemilik paten atau desain dalam rangka memperkuat jaringan tersebut. Jaringan yang difasilitasi Imajin itu bertujuan membuat produk dengan skala yang lebih besar dan masif serta menghubungkan industri besar dengan IKM dalam skema kemitraan.
Dalam kesempatan yang sama, dia juga memaparkan perkembangan integrasi program e-Smart IKM 2020 dengan gerakan nasional Bangga Buatan Indonesia. Dari 3.956 pendaftar, terdapai 2.014 IKM yang telah diakurasi. Sebanyak 13 persen di antaranya merupakan IKM di sektor komoditas logam, permesinan, elektronika, dan alat angkut.