IHSG ditutup melemah pada perdagangan Selasa (15/9/2020) yang dipicu oleh aksi ambil untung dan sentimen kontraksi kinerja impor yang mengindikasikan ekspansi industri manufaktur masih lemah.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Data impor yang lebih buruk dari perkiraan pasar membuat Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG terjerembab pada penutupan perdagangan Selasa (15/9/2020). Para investor juga memanfaatkan momentum kenaikan IHSG sebelumnya untuk ambil untung.
IHSG ditutup melemah 60,96 poin atau 1,18 persen ke posisi 5.100,87. Sepanjang perdagangan, frekuensi transaksi saham mencapai 647.260 kali dengan total volume 12,62 miliar lembar saham senilai Rp 7,98 triliun.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan, investor asing mencatatkan aksi jual bersih hingga Rp 1,104 triliun. Sementara posisi kapitalisasi pasar di BEI pada perdagangan terakhir tercatat Rp 5.926 triliun.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, indeks saham masih bereaksi negatif terhadap surplus neraca dagang Indonesia Agustus 2020. Selain itu, meskipun neraca perdagangan surplus, jumlahnya lebih rendah dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya.
”Surplus yang lebih rendah dan kinerja ekspor impor RI juga hasilnya lebih rendah dari konsensus sehingga menyebabkan terjadinya aksi profit taking,” ujar Nafan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan nilai impor Indonesia pada Agustus 2020 senilai 10,74 miliar dollar AS, turun 24,2 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Penurunan impor mengindikasikan bahwa permintaan bahan baku dan barang modal untuk keperluan manufaktur di dalam negeri masih melemah, mengingat lebih dari 80 persen impor nasional merupakan impor barang nonkonsumsi.
IHSG menguat tepat saat pembukaan perdagangan. Namun, tidak lama setelah pembukaan, nyaris di seluruh periode perdagangan Selasa ini indeks saham IHSG tak mampu beranjak dari zona merah.
Secara sektoral, tujuh sektor terkoreksi di mana sektor keuangan turun paling dalam, yaitu minus 2,14 persen, diikuti sektor infrastruktur dan sektor konsumer masing-masing minus 1,67 persen dan minus 1,49 persen.
”Meski begitu, ada sektor saham yang mengalami peningkatan, sektor properti naik paling tinggi, yaitu 2,53 persen. Hal ini menunjukkan pelaku pasar punya optimisme yang baik terhadap industri ini,” ujar Nafan.
Sementara itu, Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan mengatakan, IHSG koreksi wajar karena dua hari perdagangan sebelumnya naik signifikan. Momentum pengumuman data perdagangan dinilai tepat bagi para investor untuk melakukan aksi ambil untung.
Dennies menambahkan, investor dan pelaku pasar secara umum juga tengah menanti penetapan suku bunga acuan Bank Indonesia dan bank sentral AS, The Fed, sebelum kembali melanjutkan rancangan rencana investasi.
Sementara pada penutupan pasar spot, nilai tukar rupiah bergerak menguat terhadap dollar Amerika Serikat (AS) ke posisi 14.845 per dollar AS. Sementara berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, nilai tukar rupiah berada di level Rp 14.870 per dollar AS.