Dukung Pariwisata Premium, Pemerintah Kaji Pembangunan Jalan Tol di Labuan Bajo
Pemerintah sedang melakukan kajian kemungkinan dibangun jalan tol di Labuan Bajo sejauh 30 km untuk mendukung kemajuan pariwisata di daerah itu. Jalan tol untuk mempercepat mobilitas wisatawan dan masyarakat.
Oleh
Kornelis Kewa Ama
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS - Pemerintah sedang melakukan kajian kemungkinan dibangun jalan tol di Labuan Bajo sejauh 30 kilometer untuk mendukung kemajuan pariwisata di daerah itu. Jalan tol untuk mempercepat mobilitas wisatawan dan masyarakat.
Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Nusa Tenggara Timur Marius Jelamu di Kupang, Minggu (13/9/2020) mengatakan, pertemuan Pemprov NTT dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI, dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di Labuan Bajo, Jumat (11/9/2020) antara lain menyinggung soal peluang pembangun jalan tol di Labuan Bajo.
“Ini masih dalam kajian. Peluang pembangunan jalan tol sangat terbuka. Labuan Bajo perlu didukung infrastrukur yang memadai dalam rangka meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan," katanya.
Ia mengatakan, dulu wacana pembangunan jalan tol di Bali guna mendukung pariwisata di daerah itu diragukan, tetapi pada akhirnya terealisasi juga. Hal yang sama juga bisa dilakukan di Labuan Bajo.
Jika itu terealisasi, suatu saat perkembangan pariwisata di Labuan Bajo sangat pesat. Mimpi Pemprov NTT menjadikan pariwisata sebagai prime mover, benar terealisasi, dan Labuan Bajo sebagai titik utama lokomotif kemajuan itu.
Wacana jalan tol itu untuk antara lain mendukung pertemuan G 20 tahun 2021. Tetapi jika jalan tol itu belum dibangun, dalam waktu dekat pemerintah akan membangun jalan yang layak dilalui peserta G 20 tahun 2021. Menjual pariwisata Labuan Bajo, juga sekaligus memperkenalkan sarana, prasarana, dan infrastruktur yang memadai.
Ini masih dalam kajian. Peluang pembangunan jalan tol sangat terbuka. Labuan Bajo perlu didukung infrastrukur yang memadai dalam rangka meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan (Marius Jelamu)
Selain itu, pemerintah sedang membangun pelabuhan multi purpose di Wae Kelambu, sekitar 17 km dari pelabuhan induk Labuan Bajo. Pembangunan pelabuhan Wae Kelambu ini menelan biaya Rp 173 miliar, bersumber dari APBN. Pembangunan dimulai Januari 2020 dan akan rampung Desember 2020.
Lalu lintas logistik
Pelabuhan Wae Kelambu untuk lalu lintas logistik dan bongkar muat kontainer, kargo, dan curah air. Dengan ini terjadi pemisahan yang jelas antara pelabuhan peti kemas, dengan pelabuhan penumpang atau wisatawan. "Pelabuhan yang ada di Labuan Bajo saat ini akan direvitalisasi, khusus untuk kapal-kapal wisata dan kapal PT Pelni yang secara khusus menaikan dan menurukan penumpang,”kata Jelamu.
Ketua Harian Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Cabang Manggarai Barat, Donatus Matur mengatakan, pembentukan Badan Otoritas Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF), tidak hanya fokus membangun Labuan Bajo.
Pariwisata Flores pun ikut digagas dan direncanakan. Meski fokus utama Labuan Bajo, tetapi daerah Manggarai, Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo, Ende, Sikka, dan Flores Timur harus masuk dalan agenda penataan pariwisata oleh BOPLF, tetapi itu tidak terjadi.
Tidak hanya itu. Pembangunan pariwisata Labuan Bajo oleh BOPLBF mengabaikan hak-hak pelaku pariwisata lokal yang tergabung dalam Asita Manggarai Barat. Justru BOPLBF menggandeng Asita NTT.
Asita Manggarai Barat kesulitan mendaftar tamu-tamu yang telah membangun komunikasi dengan Asita Manggarai Barat. Justru Asita Pemprov dari Kupang dipercaya BOPLBF mendaftarkan wisatawan yang hendak ke Labuan Bajo. "Ini konspirasi Pemprov NTT, BOPLBF dan DPD Asita NTT sehingga mengabaikan hak-hak pelaku wisata lokal,”katanya.
Ia menilai, Labuan Bajo sudah digerbuti banyak “Tuan”. Kehadiran kelompok ini mengabaikan masyarakat lokal termasuk bupati dan DPRD setempat, yang dipilih langsung oleh masyarakat Manggarai Barat.
Ketika terjadi masalah di lapangan seperti pembanguan jalan dan jembatan, yang ada kaitan dengan soal tanah, masyarakat datang mengadu ke bupati dan DPRD. Kasus-kasus lapangan, tanggungjawab Pemkab, sementara soal keuntungan bagi pemerintah kanupaten dan masyarakat Manggarai Barat diabaikan.
“Pemerintah membangun pariwisata di Labuan Bajo sebenarnya untuk siapa. Jika ini terus dibiarkan, suatu saat akan lahir masalah yang rumit,"ujarnya.