Pemanfaatan data makin berguna di tengah peningkatan konsumsi di kanal daring selama pandemi Covid-19. Dengan memanfaatkan data konsumen digital, pemasaran dan iklan dinilai bisa lebih tepat sasaran.
Oleh
M Paschalia Judith J
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Strategi pemasaran dan iklan dinilai bisa lebih tepat sasaran apabila memanfaatkan data konsumen yang dihimpun secara digital. Pemanfaatan data makin berguna di tengah peningkatan konsumsi di kanal daring selama pandemi Covid-19.
Menurut Senior Vice President DigiAds, Banking, Data Solution Telkomsel Ronny W Sugiadha, pandemi Covid-19 berdampak pada transformasi digital bidang periklanan dan pemasaran. ”Saat ini, ada 1.000 kampanye aktif di DigiAds, 500 kampanye di antaranya berasal dari usaha mikro, kecil, dan menengah. Paling banyak di bidang makanan dan mode,” katanya dalam telekonferensi pers, Jumat (11/9/2020).
Sistem DigiAds memanfaatkan basis data dari 160 juta pengguna Telkomsel se-Indonesia. Data ini memuat informasi mengenai pola pergerakan, termasuk rekreasi dan tempat-tempat yang sering dikunjungi; kebiasaan pencarian daring, seperti kesetiaan dalam menggunakan aplikasi hingga segmen-segmen yang diminati; serta profil demografi yang menyangkut usia, jenis kelamin, daya beli, kelas ekonomi sosial, dan pengeluaran untuk kebutuhan telekomunikasi.
Dari basis data tersebut, terdapat 51 segmentasi minat konsumen yang dapat ditawarkan kepada pemilik usaha ataupun pengiklan. Misalnya, gawai, film, kecantikan, otomotif, mode, kesehatan, kuliner, masak-memasak, politik, olahraga, dan buku.
Dengan demikian, Ronny menilai, pengiklan dan pemilik usaha dapat memasarkan secara lebih tepat sasaran terhadap target karena adanya segmentasi minat konsumen Telkomsel. Hal ini juga membuat belanja iklan lebih efektif dan efisien.
Sebagai salah satu pengguna, Head of Digital and E-commerce Johnson&Johnson Indonesia Alberts Hendrajaya menilai, basis data dan segmentasi minat itu membuat perusahaan dapat meraih konsumen bernilai tinggi. Konsumen potensial pun dapat didekati secara pribadi atau personal.
Sementara itu, Nielsen Advertising Intelligence memublikasikan, belanja iklan pada Juli 2020 meningkat 17 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya menjadi Rp 18,3 triliun. Sepanjang Januari-Juli 2020, total belanja iklan mencapai Rp 122 triliun.
Dari segi sarana periklanan, televisi mendominasi 72 persen porsi belanja iklan dengan nilai sekitar Rp 88 triliun sepanjang Januari-Juli 2020. Belanja iklan digital menempati posisi kedua dengan proporsi 20 persen atau berkisar Rp 24,2 triliun.
Saat ini, Executive Director Nielsen Media Indonesia Hellen Katherina menilai, sejumlah merek lebih memilih untuk mengintegrasikan iklannya dalam program yang membuka jangkauan konsumen lebih besar. Dari sisi bentuknya, iklan dalam bentuk animasi menjadi salah satu pilihan untuk mengatasi keterbatasan anggaran dan ruang rekaman (shooting) dengan tetap mengedepankan isu kesehatan dalam pesan yang disampaikan.
Pandemi Covid-19 mendorong pemilik jenama beradaptasi dan menyesuaikan gaya komunikasi yang ada pada iklan. Caranya beragam, seperti mengusung sisi edukasi tentang hidup sehat dan bersih serta menunjukkan kontribusi perusahaan kepada masyarakat melalui donasi.