Sulawesi Utara Disiapkan Jadi Sentra Benih Jagung Hibrida
Sulawesi Utara disiapkan menjadi sentra produksi benih jagung hibrida varietas JH37 untuk memenuhi kebutuhan kawasan timur Indonesia serta ekspor.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Tongkol jagung hibrida siap dipanen di Desa Leleko, Remboken, Minahasa, Sulut, Jumat (11/9/2020).
MINAHASA, KOMPAS — Sulawesi Utara disiapkan menjadi sentra produksi benih jagung hibrida varietas JH37 untuk memenuhi kebutuhan kawasan timur Indonesia serta ekspor. Telah ada 250 hektar lahan khusus benih jagung hibrida yang tersebar di enam kabupaten dan kota. Benih dikembangkan korporasi petani yang bermitra dengan perusahaan pengolah.
Di Kabupaten Minahasa saja, terdapat 150 hektar lahan pengembangan jagung hibrida JH37 yang terpusat di Kecamatan Remboken. Empat kelompok tani yang mengembangkan lahan itu tengah menyiapkan diri memasuki masa panen raya benih, dimulai dari panen di lahan seluas 11,5 hektar di Desa Leleko.
Michael Lumentut (39), petani penangkar dari Kelompok Tani Suka Maju, mengatakan, panen akan meluas hingga 60 hektar pada Oktober mendatang. ”Desember nanti, panen bakal meluas sampai 110 hektar dari luas tanam 150 hektar. Kami bisa dapatkan 6,8 ton tongkol jagung dari tiap hektar,” katanya, Jumat (11/9/2020).
Para petani benih yang tergabung dalam korporasi petani itu sudah mahir memproduksi benih varietas JH37 dan telah mengantongi izin dari Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Sulut. Nantinya, tongkol jagung yang dipanen akan dijual kepada PT Tunas Widji Inti Nayottama (Twinn), perusahaan mitra mereka.
PT Twinn bertugas mengolahnya lagi menjadi benih yang siap ditanam, lalu mendistribusikannya di dalam ataupun luar negeri. Dari tiap 6,8 ton tongkol yang dipanen petani, PT Twinn bisa mengolahnya lagi menjadi 2,5 ton benih jagung.
”Petani mendapatkan nilai tambah yang besar hanya perlu memanen tongkol, tidak usah memipil jagung dan mengeringkannya. Itu jadi tanggung jawab PT Twinn. Harga bagi petani juga sudah bagus karena sudah disepakati dengan MOU (nota kesepakatan),” kata Michael.
Distributor PT Twinn Wilayah Sulut, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara Michael Saukota mengatakan, benih yang diolah akan diperiksa terlebih dahulu oleh Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal) Maros, Sulawesi Selatan. Benih akan dijual kepada pemerintah untuk disalurkan kepada petani dan diekspor.
Kami harap Direktorat Perbenihan Kementerian Pertanian bisa memperluasnya tahun depan sehingga Sulut bisa menjadi sentra jagung untuk kawasan timur Indonesia.
Kepala Balitsereal Maros Muhammad Azrai mengatakan, Sulut kini memiliki 250 hektar lahan pengembangan benih jagung hibrida JH37. Selain 150 hektar di Minahasa, sentra pengembangan jagung tersebar juga terdapat di Minahasa Selatan (60 hektar), Minahasa Tenggara (20 hektar), Minahasa Utara (50 hektar), Tomohon (53 hektar), dan Manado (47 hektar).
Hal ini menjadikan Sulut sentra pengembangan benih jagung hibrida JH37 terbesar kedua di Indonesia setelah Jawa Timur, sekitar 590 hektar. Namun, produktivitas benih jagung di Sulut menjadi yang tertinggi di Indonesia dibandingkan Jawa Timur, yakni sekitar 6 ton per hektar.
”Kami harap Direktorat Perbenihan Kementerian Pertanian bisa memperluasnya tahun depan sehingga Sulut bisa menjadi sentra jagung untuk kawasan timur Indonesia. Saat nanti pandemi Covid-19 berlalu, kita harap hubungan dagang dengan Filipina bisa kembali pulih. Untuk sementara, PT Twinn sudah mempersiapkan ekspor benih ke Timor Leste,” kata Azrai.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Wakil Gubernur Sulawesi Utara Steven Kandouw memanen tongkol jagung hibrida di Desa Leleko, Remboken, Minahasa, Sulut, Jumat (11/9/2020).
Menurut Azrai, peluang Sulut menjadi pemasok utama ekspor benih jagung hibrida sangat besar. Sebab, selain tanah yang subur, Sulut juga telah sukses mengembangkan korporasi petani. Sejak lima tahun, para petani telah mendapat pelatihan penangkaran benih.
Produksi bibit di dalam negeri pun disebutnya akan membawa banyak untung bagi petani lokal. Di samping itu, pengangguran bisa dikurangi, sedangkan pendapatan asli daerah bisa ditingkatkan.
Sementara itu, Direktur Perbenihan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan M Takdir Mulyadi mengatakan, pihaknya berkomitmen mengembangkan lahan benih jagung hibrida sampai 500 hektar pada 2021. Sebab, kebutuhan Indonesia bagian timur dan peluang ekspor sangat besar, terutama ke Filipina dan Timor Leste.
”Filipina sangat antusias mengimpor jagung kita karena produktivitas jagung mereka hanya 3-4 ton per hektar, sedangkan jagung hibrida JH37 ini secara genetik bisa mencapai 9 ton per hektar. Karena itu, kami akan mengembangkan yang di Sulut sambil memperluas ke provinsi lain, seperti Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat,” kata Takdir.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Hamparan lahan jagung hibrida di Desa Leleko, Remboken, Minahasa, Sulut, Jumat (11/9/2020).
Takdir juga menyatakan, pemerintah akan mendampingi petani dalam memperkuat kelembagaan korporasi petani. ”Saat ini, petani di Minahasa sudah punya mitra PT Twinn. Kalau petani sudah bisa membentuk badan hukum dan kelembagaan ekonomi, tidak menutup kemungkinan bisa mengolah dan menjual hasil panen sendiri,” katanya.
Sementara itu, Wakil Gubernur Sulut Steven Kandouw mengatakan, pemerintah tidak akan mengurangi anggaran untuk bidang pertanian dan perkebunan. Untuk penanganan Covid-19, pemprov telah menganggarkan Rp 7 miliar yang sama besar untuk bidang pertanian dan perkebunan. Dana itu berasal dari belanja tak terduga untuk penanganan pandemi sebesar Rp 185 miliar.
”Pertanian adalah bidang yang sangat tahan terhadap guncangan. Buktinya, PDRB (produksi domestik bruto regional) Sulut paling besar disumbang oleh pertanian, peternakan, dan perikanan,” kata Steven.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut, lapangan usaha pertanian di Sulut masih tumbuh sekitar 2 persen dengan sumbangan PDRB sebesar Rp 6,8 triliun selama triwulan II-2020. Sektor ini menyumbang kontribusi sebesar 22,21 persen pada PDRB Sulut.